Home » 2023 » July

Monthly Archives: July 2023

Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan Tema Gaya Hidup Berkelanjutan

Oleh: Mita Septiana

SMP Muhammadiyah 10 Kota Yogyakarta, DIY

A. PENDAHULUAN

    Implementasi kurikulum merdeka telah berjalan kurang lebih tiga tahun di Indonesia dan memberikan warna yang lebih eksploratif pada sistem pendidikan nasional kita. Pelaksanaan kurikulum merdeka terbagi tiga waktu pelaksanaan yaitu intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan pembelajaran intrakurikuler memliki ragam dan konten agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Hal ini disebabkan ada keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar dimiliki oleh guru sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik (Kemendikbudristek, 2022). Untuk mengoptimalkan konsep dan keilmuan oleh peserta didik maka perlu penguatan atau disebut dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

    Pelaksanaan P5 berbasis pada proyek (project-based learning). Pembeda pembelajaran berbasis proyek dalam program intrakurikuler di dalam kelas. P5 memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam profil pelajar Pancasila. Dengan harapan adanya P5 ini satuan pendidikan dapat menyiapkan peserta didik lebih peduli pada mengatasi persoalan sendiri dan adaptif terhadap perubahan lingkungannya. 

    Ada delapan tema dalam P5, tetapi dalam artikel ini tema yang diangkat adalah gaya hidup berkelanjutan. Hal yang menjadi pertimbangan dalam mengangkat tema di atas adalah persoalan yang mendasar di sekitar sekolah dan lingkungan masyarakat yaitu tentang pengelolaan sampah. Nampak sampah dianggap hal yang sepele, tetapi jika tidak ditangani secara serius akan membawa bencana dan keberlangsungan kehidupun ekosistem lingkangan kita, seperti pencemaran air, tanah, dan udara. Salah satu fakor penyebabnya adalah membuang sampah sembarang tempat. Mengatasi masasalah lingkungan tidak hanya mengatasi satu persoalan, tetapi multi dimensi seperti membangun pemberdayaan dan kesadaran masyarakat, ekonomi, efiseinsi, dan akan meneruskan hidup keberlanjutan. Oleh karena itu, penanaman kesadaran ini harus dimulai di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan kerja.  Hal itu berhubungan dengan aktivitas manusia terhadap kelangsungan kehidupan, khususnya di lingkungan sekitar.  Oleh sebab itu, paling tidak, di level sekolah segera membangun budaya tata kelola sekolah yang bermatabat dengan melibatkan semua komunitas sekolah. Dampak baik pengelolaan sampah dengan P5 akan membawa dampak pada pengurangan resiko kerusakan lingkungan, menambah keindahan lingkungan sekolah, siswa diajak kritis mampu mengelola secara inovatif yang dapat memberikan dampak ekonomi untuk para siswa.

    Di SMP Muhammadiyah di Kota Yogyakarta, yaitu SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta telah mengambil gaya hidup berkelanjutan. Hal tersebut penting untuk diteliti karena di zaman sekarang siswa berhadapan dengan problematika limbah sampah dan ditantang untuk bisa ikut andil dalam pengolahan sampah yang bernilai guna. Melalui proyek tersebut, siswa diharapkan akan mengembangkan secara spesifik tiga  dimensi profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, serta bergotong-royong.

    P5 tema gaya hidup berkelanjutan ini penting karena siswa adalah generasi penerus bangsa dimasa depan. Masa depan siswalah sebagai agen perubahan yang bisa menjaga lingkungan dan menjadi bagian dari pelaksanaan SDG’s (sustainable development goals) yang menjadi acuan pembangunan di Indonesia, termasuk dalam bidang pendidikan (Makrifah et al., 2023). Hasil penelitian Rachmawati  (2022) menunjukkan bahwa P5 menjadikan nuansa baru dalam pendidikan di Indonesia saat ini, yang mana dengan adanya alokasi waktu terpisah membuat guru lebih bisa berinovasi merencanakan proyek sesuai pemilihan dimensi dan karakteristik peserta didik. Selain itu, juga memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menjalankan proses pembelajaran yang berorientasi pada proyek. Namun, tidak dipungkiri adanya perubahan kurikulum baru ini diperlukan kerjasama, komitmen yang kuat, kesungguhan dan implementasi nyata dari semua pihak, sehingga profil pelajar pancasila dapat tertanam pada diri peserta didik.

    Tujuan mengimplementasikan P5 tema gaya hidup berkelanjutan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta untuk mengetahui keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam membangun mutu lulusan dalam kurikulum merdeka melalui program sekolah penggerak (PSP). Keberhasilan melaksanakan PSP sangat tergantung peran kepemimpinan kepala sekolah. Oleh sebab itu, syarat yang harus dimiliki kepala sekolah tidak hanya memiliki kualifikasi saja tetapi perlu kecakapan lainya seperti, kecakapan manajerial, leardeship, dan intraneurship untuk membangum sekolah unggul dan mutu yang pada akhirnya percontohan untuk sekolah sekitarnya.  

    PSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia yaitu terciptanya pelajar Pancasila yaitu pelajar yang memiliki berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.  Melalui PSP berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi dan karakter yang diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru) (Syafi’i, 2021). Setelah keberhasilan mewujudkan PSP tersebut, kepala sekolah juga dituntut untuk mampu memimpin dalam pelaksanaan IKM yang didalamnya memuat P5.

    B. DESKRIPSI HASIL PEMBAHASAN P5

    1. Hasil Implementasi  (P5) Gaya Hidup Berkelanjutan

    Hasil pelaksanaan kegiatan P5 tema gaya hidup berkelanjutan yaitu sampah membawa berkah. Pelaksanaan P5ini dimulai dari tahap pengenalan, pelaksanaan, dan evaluasi.  Kegiatan setiap tahap P5 memiliki tujuan masing-masing dan dapat diambil esensinya oleh para siswa.

    Tahap pengenalan bertujuan agar siswa mengenali dan memahami sampah sebagai faktor penyebab pencemaran lingkungan khususnya sampah plastik yang sulit teruraikan. Saat ini semakin banyak di lingkungan sekitar kita. Para siswa akan memahamai bahwa sampah akan membahayakan kesehatan dan kelangsungan hidup manusia atau lingkungan.

    Setelah tahap pengenalan, siswa masuk dalam tahap kontekstualisasi dengan melakukan riset terpadu dan mandiri, serta melihat konteks lingkungan sekitar yang berkaitan dengan potensi pencemaran lingkungan oleh sampah plastik. Selama proses proyek ini berjalan, siswa tidak hanya membentuk pengetahuan, tetapi juga membangun kesadaran dan melakukan penyelidikan secara kritis sehingga pada akhirnya dapat merencanakan solusi aksi dari situasi yang telah mereka ketahui dan pahami. Pada tahap ini, siswa menuangkan aksi nyata mereka dengan melakukan pengelolaan sampah dan menjadi gaya hidup serta mampu menyuarakan bagi komunitas sekolah agar terbangun kesadaran yang lebih luas. Selain itu, juga merencanakan beberapa solusi program sekolah agar komunitas sekolah dapat berkontribusi untuk   mengurangi sampah plastik dan pengelolaan sampah menjadikan berkah untuk siswa lain bagi yang membutuhkannya seperti membantu pembayaran sekolah.

    Indikator keberhasilan capaian penilaian (CP) yang terdapat di dalam tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila (P3) tersebut yaitu sebagai berikut.

    Tabel 1. Indikator Keberhasilan Capaian Penilaian

    NoDimensi P5Elemen P5Sub-elemen P5Target Pencapaian di Akhir
    1Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak MuliaAkhlaq terhadap AlamMemahami Keterhubungan Ekosistem BumiMemahami konsep sebab-akibat di antara berbagai ciptaan Tuhan dan mengidentifikasi berbagai sebab yang mempunyai dampak baik atau buruk, langsung maupun tidak langsung, terhadap alam semesta
    Menjaga Lingkungan Alam SekitarMemahani dan menjaga Lingkungan Alam SekitarMewujudkan rasa syukur dengan berinisiatif untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan alam sekitarnya dengan mengajukan alternatif solusi dan mulai menerapkan solusi tersebut
    Akhlaq terhadap ManusiaMemahami hubungan silaturahmi sesama manusiaMewujudkan hubungan baik antara siswa, guru, dan masyarakat lainnya, menumbuhkan sikap sopan santun terhadap sesama, dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat
    2Bernalar KritisBerfikir dengan bernalarMengajukan pertanyaanMengajukan pertanyaan untuk klarifikasi dan interpretasi informasi, serta mencari tahu penyebab dan konsekuensi dari informasi tersebut
    Berfikir kritisMengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasanMengidentifikasi, mengklarifikasi, dan menganalisis informasi yang relevan serta memprioritaskan beberapa gagasan tertentu
    Evaluasi mandiriMengidentifikasi, merefleksi dan mengevaluasi secara mandiriMembuktikan penalaran dengan berbagai argumen dalam mengambil suatu kesimpulan atau keputusan
    3Gotong RoyongBerbagiMenumbuhkan rasa saling tolong menolong, dan rendah hatiMengupayakan memberi hal yang dianggap penting dan berharga kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan di sekitar tempat tinggal

        Berdasarkan tabel indikator keberhasilan capaian penilaian, penilaian kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan P5 tersebut dilakukan oleh guru dalam bentuk Rapor P5. Nilai diambil berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan siswa dalam P5 dan pengerjaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) selama pelaksanaan P5.

        2. Hasil Kepemimpinan dalam Membangun Mutu Lulusan dalam Kurikulum Merdeka

          Tercapainya mutu lulusan yang berkualitas tidak lepas dari pengaruh seorang pemimpin di sekolah. Sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian termasuk didalamya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana (motor penggerak) dalam rangka menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta tidak merasa terpaksa merupakan pengertian kepemimpinan (Achmad, 2016). Pemimpin yang menjadi kunci pokok keberhasilan siswa yaitu guru sebagai pemimpin siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut karena guru adalah orang yang memiliki kedekatan tinggi dengan siswa dan menjadi pemimpin bagi siswa di sekolah (K & Riani, 2020). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2012) juga menyatakan bahwa kunci mutu pendidikan nasional terletak pada mutu pendidikan (sekolah) dan kunci mutu sekolah terletak pada mutu kegiatan belajar mengajar di kelas. Mutu kegiatan belajar mengajar pada akhirnya diukur dari mutu hasil belajar yang dicapai siswa.

          Berhasil tidaknya siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak lepas dari peran seorang guru. Akan tetapi, kinerja guru yang berkualitas dalam melaksanakan tupoksinya tidak lepas pula dari peran kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan mutu karena tanpa kepemimpinan yang baik proses peningkatan mutu tidak dapat dilakukan dan diwujudkan (Ivan Fanani Qomusuddin & Ubun Bunyamin, 2020). Kepemimpinan kepala sekolah menjadi indikator keberhasilan sekolah tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan serta dalam menciptakan mutu lulusan yang berkualitas.

          Sekarang ini, siswa dihadapkan dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Perkembangan teknologi tersebut ada dampak positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi kesehatan mental siswa maupun mempengaruhi kualitas pendidikan. Jika siswa tidak bisa mengendalikan dampak perkembangan teknologi ini, seperti telah kecanduan game online atau melihat hal-hal yang negatif dari gadget maka kesehatan mental siswa akan menurun yang dapat mempengaruhi kualitas akademik siswa pula. Dengan demikian, pemerintah melaluli kebijakan baru dalam penerapan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka memiliki tujuan untuk mengemas konsep pembelajaran yang menyenangkan dan memanfaatkan perkembangan digitalisasi untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang berkualitas serta menciptakan mutu lulusan yang berkualitas pula. Hal tersebut, selaras dengan yang diungkapkan oleh Nasution (2021) bahwa kurikulum merdeka belajar ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia dan tujuan merdeka belajar adalah agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia pula. Kurikulum merdeka menciptakan pembelajaran aktif dan kreatif (Malikah et al., 2022, p. 5913). Dalam kurikulum merdeka konsep pembelajaran yang menyenangkan, aktif, dan kreatif salah satunya dengan memberikan kegiatan proyek kepada siswa yaitu Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

          Implementasi pelaksanaan P5 yaitu dapat menciptakan lulusan yang berkualitas dengan terbentuk dari implementasi nilai-nilai yang tertanam dalam pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, serta kreatif. Profil Pelajar Pancasila yang dibentuk dari implementasi kurikulum merdeka di sekolah ingin membekali siswa dengan nilai-nilai tersebut agar dapat membudaya dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk bekal di masa depan.

          Dengan demikian, siswa yang memiliki bekal nilai-nilai dalam Profil Pelajar Pancasila akan memiliki kualitas unggul untuk bekal hidup di masa yang akan datang.

          a. Mendukung kebijakan Pemerintah Mengikuti PSP

            Kepala sekolah di SMP Muhammdiyah 10 Kota Yogyakarta dinilai berhasil mendukung program P5 sebab kepala sekolah mampu dan berupaya meningkatkan perkembangan hasil pembelajaran siswa yang sesuai dengan kompetensi dan karakter pelajar Pancasila. Sebelumnya sekolah belum  efektif melaksanakan pembentukan karakter siswa karena lebih fokus pada hasil akademik. Sebagai upaya untuk melanjutkan dan mengembangkan kebijakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui kebijakan kemenristekdikti nomor 371/M/2021 (2021) menginisiasi Program Sekolah Penggerak. Dalam hal ini kepala sekolah berupaya mendorong satuan pendidikannya melakukan transformasi diri untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, kemudian melakukan pengimbasan ke sekolah lain untuk melakukan peningkatan mutu serupa.

            b. Mendukung program Pemerintah Mengikuti Kurikulum Merdeka.

            Kemampuan kepala sekolah pada lini ini dinalai berhasil secara efektif, sebab kurikulum merdeka yang dibuat sekolah dibuat untuk menyempurnakan kekurangan dalam implementasi kurikulum 2013, apalagi ketika masa pandemi Covid-19 siswa mengalami lost learning. Kurikulum merdeka yang dibuat sekolah sebagai upaya mengejar dan mengatasi lost learning sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang cepat beradaptasi dengan perkembangan dan kemajuan tatanan kehidupan dunia yang menuntut serba cepat (Hilmin et al., 2022). Kepemimpinan yang sukses dalam membangun mutu lulusan salah satunya yaitu dengan mengimplementasikan kebijakan penerapan kurikulum merdeka yang telah dianjurkan oleh pemerintah tersebut.

            Keberhasilan pelaksanaan program terkait mendukung program pemerintah yaitu mengikuti kurikulum merdeka ini juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah. Kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai motivator dalam hal melaksanakan strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada guru dalam melaksanakan kurikulum merdeka di pembelajaran.

            c. Mengadakan Kegiatan sesuai Karakteristik Sekolah dan Siawa.

            Program ini efektif dilaksanakan karena kurikulum merdeka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk berinovasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada siswa. Lokus ini trenyata mampu mengatasi permasalahan di sekolah sebab pada saat ini pembelajaran masih berfokus pendekatan teachers center. Dengan penerapan konsep merdeka belajar pada kurikulum merdeka sekolah dapat memberikan kebebasan dalam menentukan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik sekolah serta siswa. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar atau media/sumber belajar ajar variatif sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik (Kemendikbudristek, 2022). Hasil implimentasi P5 pada PSP ini didukung  pendapat Marisa (2021) yang menyatakan bahwa kurikulum merdeka belajar ini berkaitan dengan bagaimana seorang pendidik mampu menyampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan pada pembentukan karakter peserta didik.

            Keberhasilan pelaksanaan program terkait mengadakan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik sekolah dan peserta didik ini juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah tersebut. Kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai manager (pengelola) yang merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan sekolah agar tercapai sesuai tujuan. Keberhasilan pelaksanaan program ini juga karena pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya yaitu menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Dalam gaya kepemimpinan demokratis tersebut guru didorong untuk berbagi ide dan pendapat meskipun pemimpin mempertahankan keputusan akhirnya (Cherry, 2006). Dengan begitu guru lebih terlibat dalam proses dan lebih termotivasi dan kreatif dalam memberika ide kreatif dalam membuat kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa dan sekolah.

            d. Memanafaat Sunber Daya Sekolah Potensial

            Program ini efektif dilaksanakan karena pengembangan sumber belajar yang baik harus disesuaikan dengan kondisi sekolah serta karakteristik siswa dalam sekolah tersebut. Hal ini lebih efektif diterapkan karena untuk mengatasi pengembangan sumber belajar yang tidak sesuai atau tidak relevan dengan potensi wilayah dalam sekolah tersebut. Kurikulum merdeka dalam hal ini memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan di masing-masing  sekolah  yaitu guru,  dan  peserta  didik dapat mengembangkan  pembelajaran (Hamzah, 2022).

            Salah satu keberhasilan PSP adalah kebijakan dan penataan serta memanfatkan berbagai fasilitas sumber belajar untuk mendukung proses pembelajaran. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah. Hasil kajian ini sependapat dengan pernyataan (Mukayat, 2021) bahwa kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai manager dalam merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaan program agar dapat mencapai tujuan, serta sebagai leader yang memberikan petunjuk kepada guru dalam menggunakan sumber belajar yang tepat. Keberhasilan pelaksanaan program ini juga tidak lepas dari gaya kepemimpinan delegatif (Laissez-Faire) kepala sekolah (Cherry, 2006). Guru diberikan kebebasan untuk membuat keputusan terkait penggunaan sumber belajar yang tepat yang telah tersedia di sekolah yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran.

            e. Penerepan Prinsip-Prinsip Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler serta Pelaksanaan Proyek.

            Kebijakan sekolah pada kegiatan ini dinilai efektif dilaksanakan sebab relevan dengan pelaksanaan kurikulum merdeka yang memuat salah satu kegiatan P5). Tujuan kegiatan P5 tersebut yaitu fokus pada penanaman karakter siswa yang dapat membudaya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan P5 tersebut efektif dalam mengatasi permasalahan di sekolah sekarang ini yang belum fokus pada penanaman karakter siswa tetapi lebih fokus pada akademik siswa. Hal ini sesuai dengan struktur kurikulum merdeka jenjang SMP atau fase D. Struktur kurikulum merdeka, khususnya jenjang SMP atau fase D terdapat dua struktur yaitu pembelajaran intrakurikuler dan Projek P5 adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya (Sufyadi et al., 2021, p. 6).

            Keberhasilan pelaksanaan program terkait menggunakan prinsip pelajar Pancasila dalam pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler maupun kegiatan proyek ini juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah. Kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai motivator dalam hal melaksanakan strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai prinsip pelajar Pancasila. Kepala sekolah juga berperan sebagai leader dalam hal melakukan pengawasan dan memberikan petunjuk dalam pelaksanaan pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan proyek yang sesuai prinsip pelajar Pancasila. Keberhasilan pelaksanaan program ini juga karena pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah demokratis (Cherry, 2006) karena guru dalam melaksanakan pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan proyek diberikan kebebasan untuk menyampaikan ide serta kreativitasnya.

            f. Meningkatkan Kualitas SDM dengan Kegiatan Pelatihan dan Bimbingan Teknis (Bimtek) sesuai dengan Perkembangan Kurikulum Merdeka.

            Program kepala sekolah ini efektif dilaksanakan karena program bimtek dapat meningkatan skill guru, apalagi dalam pengembangan yang sesuai dengan kurikulum merdeka. Guru perlu mendapatkan banyak pengetahuan melalui kegiatan pelatihan-pelatihan tersebut. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2016) bahwa pelaksanaan pembelajaran dipengaruhi oleh sekitarnya diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki implikasi terhadap peningkatan kualitas guru yang berdampak terhadap proses belajar mengajar. Dengan adanya peningkatan mutu guru maka akan berdampak terhadap mutu lulusan atau output dan outcome. Dalam proses belajar mengajar guru memegang peran yang sangat penting karena kunci utama didalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah mutu para gurunya.

            Keberhasilan pelaksanaan program terkait meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan pelatihan atau bimtek sesuai dengan perkembangan kurikulum merdeka juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah. Kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai motivator dalam hal melaksanakan strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada guru dalam mengikuti pelatihan. Keberhasilan pelaksanaan program ini juga karena kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan birokrasi (Mattayang, 2019). Kepala sekolah dengan tegas memerintahkan guru untuk mengikuti pelatihan dan bimtek guna menunjuang profesionalisme guru dalam pembelajaran, khususnya terkait penerapan kurikulum merdeka. Pelaksanaan pelatihan tersebut juga demi kebaikan para guru dalam meningkatkan kemampuannya.

            g. Mengoptimalkan Sarana dan Prasarana dalam Mendukung Kegiatan Pembelajaran maupun Kegiatan Proyek Siswa.

            Kebijakan sekolah ini juga dinilai efektif dalam pelaksanaannya karena tercapainya suatu program atau kegiatan salah satunya dengan tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Untuk sekolah penggerak, pemerintah juga telah memberikan bantuan BOS Kinerja yang dapat digunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran maupun kegiatan P5. Untuk meningkatkan lulusan yang berdaya saing pun dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung (Endaryono et al., 2021). Pendapat lain yang mendukung pernyataan ini yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Megasari (2014) bahwa pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan sangat penting dikelola dengan baik karena sarana prasarana merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen pendidikan. Fungsi pengelolaan sarana dan prasarana sangat mendasar sekali dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikator proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.

            Keberhasilan pelaksanaan program terkait mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam mendukung kegiatan pembelajaran maupun kegiatan proyek siswa ini juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) dalam memberikan petunjuk serta pengawasan dalam pengoptimalan sarana dan prasarana (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai administrator karena bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian, secara keseluruhan keberhasilan pelaksanaan program sekolah karena didukung dari peran kepala sekolah sebagai penanggung jawab keterlaksanaan program-program sekolah tersebut.

            C. SIMPULAN

              Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tema ini relevan dengan kehidupan di zaman sekarang karena siswa berhadapan dengan problematika limbah sampah dan ditantang untuk bisa ikut andil dalam pengolahan sampah yang bernilai guna. Melalui proyek tersebut, siswa diharapkan akan mengembangkan secara spesifik tiga  dimensi Profil Pelajar Pancasila, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, serta bergotong-royong.

              Dengan demikian, keterlaksanaan berbagai program tersebut bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan sesuai profil pelajar Pancasila yang dapat diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga untuk membangun mutu lulusan yang berkualitas. Maka dari itu, kepemimpinan yang sukses dalam membangun mutu lulusan dalam kurikulum merdeka ini sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan mutu sekolah pula.

              DAFTAR PUSTAKA

              Achmad, A. K. (2016). Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1, 115–126. https://doi.org/10.24952/ibtidaiyah.v2i1.5622

              Cherry, K. (2006). Leadership style. Retrieved From. https://psychology.about.com/od/leadership/

              Endaryono, B. T., Wasliman, I., Iriantara, Y., & Sauri, U. S. (2021). Gaya kepemimpinan demokratis kepala smk dalam meningkatkan mutu lulusan berdaya saing di smk bina mandiri dan smk karya guna 2 kota bekasi. JABE (Journal of Applied Business and Economic), 7(3), 357. https://doi.org/10.30998/jabe.v7i3.9125

              Ginting, R., & Haryati, T. (2012). Kepemimpinan dan konteks peningkatan mutu pendidikan. Jurnal Ilmiah CIVIS, II(2), 1–17.

              Hamzah, M. R. (2022). Kurikulum merdeka belajar sebagai wujud pendidikan yang memerdekakan peserta didik. Arus Jurnal Pendidikan (AJUP), 2(3), 221–226.

              Hilmin, H., Noviani, D., & Nafisah, A. (2022). Kebijakan pemerintah daerah dalam penerapan kurikulum merdeka. Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 2(2), 148–162. https://journal.amikveteran.ac.id/index.php/Khatulistiwa/article/view/565

              Ivan Fanani Qomusuddin, & Ubun Bunyamin. (2020). Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap kinerja guru. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(2), 61–76. https://doi.org/10.36418/japendi.v1i2.3

              K, K., & Riani, R. (2020). Kepemimpinan guru di sekolah. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah …, XI(2), 84–92. https://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/gm/article/view/453

              Kemendikbudristek. (2022). Buku Saku: Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi, 9–46. http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/25344

              Makrifah, A. N., Harsiatib, T., & Mashfufahb, A. (2023). Penerapan assessment for learning dalam projek penguatan profil pelajar pancasila (p5) tema gaya hidup berkelanjutan di kelas 1 sd. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(2), 369–378.

              Malikah, S., Winarti, W., Ayuningsih, F., Nugroho, M. R., Sumardi, S., & Murtiyasa, B. (2022). Manajemen pembelajaran matematika pada kurikulum merdeka. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5912–5918. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3549

              Marisa, M. (2021). Inovasi kurikulum “merdeka belajar” di era society 5.0. Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidiikan Dan Humaniora), 5(1), 72. https://doi.org/10.36526/js.v3i2.e-ISSN

              Mattayang, B. (2019). Tipe dan gaya kepemimpinan: Suatu tinjauan teoritis. JEMMA | Journal of Economic, Management and Accounting, 2(2), 45. https://doi.org/10.35914/jemma.v2i2.247

              Megasari, R. (2014). Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di smpn 5 bukittinggi. Jurnal Administrasi Pendidikan FIP UNY, 2(1), 636–648.

              Mendikbudristek. (2022). Keputusan menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi republik indonesia nomor 56/m/2022 tentang pedoman penerapan kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran. In Menpendikbudristek (pp. 1–112). Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. jdih.kemendikbud.go.id

              Munajat, J. (2021). Manajemen kepemimpinan kepala sekolah untuk pengembangan profesionalisme guru suatu upaya untuk membangkitkan kepedulian para pemangku kepentingan pendidikan di sekolah (E. T. Rukmansyah (ed.); I). Bintang Pustaka Madani.

              Nasution, S. W. (2021). PROSIDING PENDIDIKAN DASAR: Assesment kurikulum merdeka belajar di sekolah dasar. MAHESA Research Center, 1(1), 135–142. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.181

              Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek penguatan profil pelajar pancasila dalam Impelementasi kurikulum prototipe di sekolah penggerak jenjang sekolah dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3613–3625. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2714

              Sufyadi, S., Harjatanaya, T. Y., Adiprima, P., Satria, M. R., Andiarti, A., & Herutami, I. (2021). Panduan pengembangan projek penguatan profil pelajar pancasila (T. Hartini (ed.); I). Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

              Syafi’i, F. F. (2021). Merdeka belajar: sekolah penggerak. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DASAR “Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0,” November, 46–47.

              Minat Menulis Siswa

              Oleh Armi Kholifah

              SD Negeri Kalipucang, Kasihan Bantul Yogyakarta

              Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Tarigan (1986:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Hal ini mengandung pengertian bahwa dengan tulisan dapat membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita melalui sebuah tulisan tanpa saling bertatap muka. Oleh karena itu siswa perlu memiliki kemampuan menulis dengan baik. Namun fenomena yang ditemui oleh penulis, beberapa siswa lebih suka melakukan aktivitas kreatif visual daripada menulis. Ada juga sebagian siswa yang memiliki kebiasaan suka membeli buku tulis tetapi tidak pernah menulis. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi kebiasaan siswa tersebut, penulis melakukan wawancara mendalam terhadap 10 siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Kalipucang.

              Dari hasil wawancara dengan siswa, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan atau minat siswa lebih tertarik melakukan aktivitas kreatif visual daripada menulis adalah kurangnya motivasi dan minat dalam menulis, keterbatasan keterampilan menulis, dan kurangnya dorongan dari lingkungan. Sementara faktor yang mempengaruhi kebiasaan siswa yang tidak pernah menulis tetapi rajin membeli buku tulis adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya menulis dan rasa takut atau tidak nyaman untuk menulis.

              Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut?

              Untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dapat dilakukan dengan memberikan latihan menulis secara teratur dan sistematis, sedangkan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan menulis narasi, dapat menggunakan media pembelajaran. Hamalik (dalam Arsyad, 2011: 15-16) menyatakan bahwa penggunaan media pembalajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Dalam hal preferensi siswa terhadap aktivitas kreatif visual daripada menulis, guru dapat mempertimbangkan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih visual dan kreatif. Misalnya, guru dapat meminta siswa untuk membuat poster atau video pendek untuk mengekspresikan gagasan mereka.

              Selain meningkatkan keterampilan, minat dan motivasi siswa, dorongan dan dukungan juga sangat diperlukan terutama dari teman-teman sebaya, guru. dan juga orang tua.

              Kurangnya pemahaman tentang pentingnya menulis merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan solusi yang beragam. Salah satu solusi untuk mengatasi kurangnya pemahaman tentang pentingnya menulis adalah dengan meningkatkan kesadaran siswa tentang manfaat menulis, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam karir di masa depan. Guru juga dapat memperkenalkan kegiatan menulis yang menyenangkan dan kreatif kepada siswa, sehingga siswa dapat memahami bahwa menulis bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan dan tidak membosankan.

              Gambar 1. Menulis yang menyenangkan dengan permainan

              Selain memperbaiki pemahaman urgensi menulis, rasa takut atau tidak nyaman dalam menulis juga perlu diatasi. Guru dapat membantu siswa untuk mengatasi ketakutan mereka dengan memberikan dukungan dan bimbingan dalam menulis. Guru juga dapat memberikan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Faktor tekanan sosial dari teman sebaya dan kebiasaan membeli barang-barang yang tidak diperlukan juga perlu diperhatikan. Dengan beberapa pendekatan-pendekatan tersebut, minat menulis siswa dapat lebih meningkat.

              Daftar Pustaka

              Abidin, Y., dkk. (2017). Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.

              Miles, M., Michael H., dan Johny S. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. California: SAGE Publications.

              Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif:Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

              Syah, M. (2014). Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

              Inovasi dalam Pembelajaran Procedure Text: Menghadirkan PBL dengan Pemanfaatan Barang Bekas di Era Kurikulum Merdeka

              Oleh: Syafaruddin Marpaung, S.Pd.,M.Hum.

              SMA Negeri 2 Kota Tanjungbalai

              Dalam era perkembangan teknologi dan informasi yang pesat, pendidikan memiliki tantangan baru dalam menghadirkan pembelajaran yang menarik dan relevan bagi siswa. Kurikulum Merdeka merupakan konsep pendidikan yang memberikan kebebasan kepada guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam Kurikulum Merdeka adalah Project Based Learning (PBL). Model PBL menggabungkan konsep pembelajaran melalui proyek nyata yang menuntut siswa untuk aktif berkolaborasi, berpikir kritis, dan memecahkan masalah secara kreatif.

              Dalam konteks Kurikulum Merdeka pada pelajaran Bahasa Inggris SMA terdapat materi procedure text. Materi ini diajarkan pada Fase E dan Fase F, kelas X, XI, dan XII. Penggunaan model PBL saat membelajarkan procedure text dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas mereka. Salah satu topik yang dapat diangkat dalam materi procedure text adalah pemanfaatan barang bekas untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah. Barang-barang bekas yang tidak terpakai seperti paralon, botol plastik, triplek, kotak kardus, koran bekas, potongan kayu, perca kain, kaleng, karet ban, dan lain-lain. Semua barang bekas tersebut dapat diubah menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat, seperti tripod pembuatan video pembelajaran, papan nama kelompok, papan pengumuman, keranjang koran, tempat lampu, vas dan pot bunga, lukisan, tempat pensil, rak sederhana, dan lain sebagainya.

              Pemanfaatan barang bekas dalam pembelajaran memiliki alasan yang sangat kuat. Banyak barang-barang bekas yang terbuang percuma dan berakhir menjadi limbah, padahal masih berpotensi untuk dapat dimanfaatkan kembali. Dengan memanfaatkan barang bekas tersebut, kita dapat mengajarkan siswa tentang pentingnya mengurangi limbah dan mengedukasi mereka tentang konsep daur ulang. Selain itu, penggunaan barang bekas juga dapat mengembangkan sikap kreatif, inovatif, dan berkelanjutan pada siswa. Mereka akan belajar untuk melihat peluang dalam hal-hal yang sebelumnya dianggap sebagai limbah dan mengubahnya menjadi barang-barang yang memiliki nilai dan manfaat bagi kegiatan pembelajaran.

              Selama ini, materi procedure text dalam pelajaran Bahasa Inggris lebih banyak berfokus pada proses pembuatan makanan dan minuman, terlebih-lebih pada materi procedure text di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan identifikasi penulis pada buku-buku paket Bahasa Inggris baik tingkat SMP dan SMA hampir semua berisikan materi procedure text tentang pembuatan makanan dan minuman. Meskipun penting untuk mempelajari langkah-langkah dalam proses memasak, siswa dapat merasa bosan dan kurang termotivasi dengan konten yang monoton tersebut. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kreativitas dalam menemukan ide-ide baru yang berhubungan dengan procedure text dan dapat menarik minat siswa. Pemanfaatan barang bekas sebagai konteks dalam pembelajaran procedure text dapat memberikan variasi yang menarik dan menyegarkan bagi siswa, sehingga mereka akan lebih termotivasi dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

              Dalam penelitian sebelumnya (Sugiharyanti, 2022), ditemukan bahwa penerapan model pembelajaran PBL pada pelajaran Bahasa Inggris mampu meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan hasil belajar siswa. Melalui PBL, siswa akan belajar melalui pengalaman nyata dan memecahkan masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Mereka akan belajar berkolaborasi dalam tim, mengembangkan keterampilan menulis dan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, dan menciptakan produk akhir yang dapat dipresentasikan kepada orang lain.

              Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut tentang implementasi Kurikulum Merdeka dengan penerapan model pembelajaran PBL pada pelajaran Bahasa Inggris dengan materi procedure text yang mengangkat pemanfaatan barang bekas. Diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi guru dalam merancang pembelajaran yang bermakna, menarik, dan relevan dengan kebutuhan siswa dalam era pendidikan yang terus berkembang.

              Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) pada Materi Procedure Text

              Procedure text merupakan jenis teks yang digunakan untuk memberikan instruksi langkah demi langkah tentang bagaimana melakukan suatu kegiatan atau proses tertentu. Tujuan dari procedure text adalah untuk memberikan panduan yang jelas kepada pembaca agar mereka dapat melakukan suatu tindakan dengan benar dan efektif (Bafadal, 2017). Generic structure dari procedure text terdiri dari:

              • Goal/Introduction: bagian ini menjelaskan tujuan atau hasil akhir yang ingin dicapai dari langkah-langkah yang akan dijelaskan dalam teks.
              • Materials/Ingredients: bagian ini berisi daftar bahan atau peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan proses.
              • Steps/Methods: bagian ini menjelaskan langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
              • Result / Closing: bagian ini menyimpulkan proses atau memberikan catatan tambahan yang relevan dengan tujuan atau prosedur yang dijelaskan.

              Procedure text telah dipelajari siswa di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan dilanjutkan di tingkat SMA. Procedure text perlu dipelajari karena memiliki beberapa alasan penting. Pertama, procedure text membantu siswa memahami bagaimana melakukan suatu tindakan dengan benar, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks profesional. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam berbagai bidang, seperti memasak, perawatan kesehatan, dan kegiatan teknis lainnya. Kedua, mempelajari procedure text membantu siswa mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris mereka. Mereka akan belajar kosakata dan frasa yang berkaitan dengan proses dan tindakan, serta mengasah keterampilan membaca dan memahami teks dalam Bahasa Inggris (Jaja et al., 2021).

              Berdasarkan isinya, procedure text dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) jenis, yaitu:

              1. Teks Proses Pembuatan: jenis teks ini menjelaskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk membuat atau menghasilkan sesuatu. Contohnya: resep makanan, minuman, pembuatan kerajinan tangan, dan lain-lain.
              2. Teks Proses Operasional: jenis teks ini memberikan instruksi tentang bagaimana menggunakan atau mengoperasikan suatu perangkat atau sistem. Contohnya:  petunjuk penggunaan mesin fotokopi, mesin cuci, alat vacuum cleaner, panduan penggunaan aplikasi komputer, atau instruksi penggunaan perangkat lunak.
              3. Teks Proses Perbaikan: jenis teks ini memberikan langkah-langkah untuk memperbaiki suatu masalah atau merawat suatu perangkat. Contohnya:  panduan perbaikan komputer, petunjuk perawatan mobil, atau langkah-langkah perbaikan pipa yang bocor.

              Kebanyakan procedure text pada buku-buku paket memuat isi tentang proses pembuatan makanan dan minuman sehingga penulis mencoba memberikan pilihan lain tentang proses pembuatan produk dari bahan-bahan bekas yang tidak terpakai. Produk tersebut bisa dimanfaatkan di dalam kelas. Menggunakan jenis procedure text tersebut, siswa akan belajar tentang proses konversi bahan bekas menjadi barang-barang yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka akan terlibat dalam praktik langsung dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konsep daur ulang dan pentingnya mengurangi limbah.

              Model pembelajaran Project Based Learning (PBL) merupakan salah satu model yang dapat diintegrasikan dengan Kurikulum Merdeka untuk meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa (Aroka et al., 2023). Implementasi model PBL dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan materi procedure text tentang pemanfaatan barang-barang bekas menjadi barang nilai berguna memiliki beberapa tujuan, antara lain:

              • meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan Bahasa Inggris secara aktif dan efektif.
              • mengembangkan keterampilan siswa dalam memahami, menginterpretasi, dan mengikuti instruksi dalam Bahasa Inggris.
              • mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menghasilkan ide-ide baru dalam pemanfaatan barang-barang bekas.
              • memperkenalkan konsep-konsep ramah lingkungan kepada siswa dan mendorong mereka untuk menjadi individu yang peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.
              • mengaitkan pembelajaran Bahasa Inggris dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui topik yang relevan dan menarik.

              Berikut adalah langkah-langkah penerapan PBL pada materi procedure text pemanfaatan barang bekas:

              • Penjelasan Konsep dan Tujuan: guru menjelaskan kepada siswa tentang konsep daur ulang, pentingnya pemanfaatan barang bekas, dan tujuan dari pembelajaran ini.
              • Pembentukan Kelompok: siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok diberikan tanggung jawab untuk memilih salah satu jenis procedure text terkait pemanfaatan barang bekas.
              • Riset dan Perencanaan: setiap kelompok melakukan riset tentang jenis procedure text yang mereka pilih, mencari informasi tentang langkah-langkah, bahan yang dibutuhkan, dan hasil akhir yang diharapkan. Mereka juga merencanakan cara presentasi yang menarik untuk membagikan hasil kerja mereka. Mereka menuliskan dalam bentuk procedure text. Kemudian dibimbing dan diperbaiki oleh guru bidang studi. Beberapa hasil tulisan procedure text siswa dapat dilihat pada gambar berikut

              Gambar 1. Beberapa Tulisan Procedure text Siswa setelah Diperbaiki

              • Implementasi Proyek: siswa melaksanakan proses pembuatan barang bekas sesuai dengan langkah-langkah yang mereka pelajari. Mereka aktif berkolaborasi, berbagi ide, dan memecahkan masalah yang muncul selama proses.
              • Presentasi dan Evaluasi: setiap kelompok mempresentasikan hasil akhir proyek mereka kepada kelas. Presentasi kelompok disampaikan dalam Bahasa Inggris. Sebelum melakukan presentasi, siswa terlebih dahulu menuliskan isi procedure text tersebut. Kemudian mereka mendiskusikan hasil tulisannya baik dengan teman kelompok dan guru pendamping. Mereka boleh merekam dan mengunggah hasil presentasi tersebut di media sosial. Siswa juga diminta mendiskusikan proses, tantangan, dan pelajaran yang mereka dapatkan. Guru memberikan umpan balik dan evaluasi terhadap presentasi dan hasil kerja siswa.

              Gambar 2. Presentasi Procedure Text oleh Siswa

              • Refleksi dan Pembelajaran: siswa melakukan refleksi pribadi dan kelompok tentang proses pembelajaran. Mereka mempertimbangkan apa yang telah mereka pelajari, kendala yang dihadapi, serta kemungkinan pengembangan lebih lanjut dalam pemanfaatan barang bekas.

              Dengan mengikuti langkah-langkah PBL ini, siswa akan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi, dan kreativitas mereka (Indriani, 2022). Mereka juga akan mengalami pembelajaran yang bermakna dan relevan dengan kehidupan sehari-hari sambil menjelajahi potensi pemanfaatan barang bekas dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Melalui kombinasi antara materi procedure text pemanfaatan barang bekas dan model pembelajaran PBL, siswa akan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang konsep daur ulang, kemampuan berbahasa Inggris, serta keterampilan berpikir kritis dan kreativitas yang penting dalam era pendidikan yang terus berkembang.

              Gambar 3 Dokumentasi Berbagai Hasil Produk Kerajinan Siswa dari Bahan Bekas

              Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Model PBL pada Pelajaran Bahasa Inggris SMA tentang Procedure Text.

              Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengimplementasi model PBL pada KBM khususnya materi procedure text, terdapat beberapa tantangan. Berikut adalah beberapa tantangan yang mungkin timbul dan solusi yang dapat diterapkan:

              • Manajemen waktu: proses PBL membutuhkan waktu yang cukup sehingga perlu dilakukan perencanaan waktu yang efektif agar semua tahapan dapat diselesaikan. Guru dapat mengatur jadwal yang baik dan memberikan panduan yang jelas kepada siswa. Kegiatan mengerjakan produk tersebut dapat juga dilakukan di luar jam pelajaran setelah pulang sekolah. Namun, kegiatan tersebut sebaiknya tetap dilaksanakan di lingkungan sekolah.
              • Keterampilan guru: guru perlu memiliki pemahaman yang baik tentang model PBL dan mampu memberikan bimbingan yang efektif kepada siswa. Guru dapat mengikuti pelatihan atau melakukan penelitian lebih lanjut tentang model PBL serta terus meningkatkan keterampilan mereka.
              • Pengelompokan siswa: pembentukan kelompok yang efektif dapat menjadi tantangan karena perbedaan kemampuan dan kepribadian siswa. Guru dapat mempertimbangkan berbagai faktor saat melakukan pengelompokan, seperti gaya belajar siswa, kemampuan, minat, dan kepribadian siswa untuk memastikan kerja sama yang baik dalam kelompok. Melalui pengelompokan siswa tersebut berarti guru telah melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi (Herwina, 2021). Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan tuntutan dari Kurikulum Merdeka. Dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi tersebut, guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.
              • Evaluasi: proses evaluasi dalam model PBL juga perlu diperhatikan. Guru dapat menggunakan berbagai instrumen evaluasi yang sesuai, seperti penilaian produk, penilaian kelompok, atau penilaian individu untuk mengukur pencapaian siswa.

              Dengan mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan menerapkan solusi yang tepat, implementasi model PBL dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan materi procedure text tentang pemanfaatan barang-barang bekas menjadi barang nilai berguna dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

              DAFTAR PUSTAKA

              Aroka, R., Kustati, M., Sepriyanti, N., Pascasarjana, P., Islam, S. P., Imam, U. I. N., & Padang, B. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Di SMA Negeri 9 Padang. 3, 9609–9619.

              Bafadal. (2017). The use of origami in teaching writing procedure text of the second grade at sma muhammadiyah mataram in academic year 2016/2017 ( 1 ). Indonesian Journal of English Language Teaching, 7(2), 31–38.

              Herwina, W. (2021). Optimalisasi Kebutuhan Murid Dan Hasil Belajar Dengan Pembelajaran Berdiferensiasi. Perspektif Ilmu Pendidikan, 35(2), 175–182. https://doi.org/10.21009/pip.352.10

              Indriani, L. (2022). Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Bahasa Inggris. Jurnal Ilmiah Pendidik Indonesia ISSN 2830-781X, 1(1), 15–22.

              Jaja, J., Rahayu, S., & Pujiatna, T. (2021). Bahan Ajar Teks Prosedur Berorientasi Kebudayaan Lokal (Local Culture Oriented Procedure Text Teaching Materials). Indonesian Language Education and Literature, 6(2), 290. https://doi.org/10.24235/ileal.v6i2.7794

              Sugiharyanti, E. (2022). Penerapan Model Project Based Learning Berbantuan Moodle E-Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 7(2), 212–220. https://doi.org/10.51169/ideguru.v7i2.364