Home » 2012 » April

Monthly Archives: April 2012

Software Pengolah Video Beserta Pendukungnya

 

Beberapa waktu yang lalu ada kunjungan dari teman-teman mahasiswa dan juga beberapa guru ke unit Media Audio Visual. Dari pertemuan tersebut banyak pertanyaan yang muncul mengenai cara mengolah atau mengedit video sehingga menjadi sebuah tontonan yang enak dilihat. Selain itu mereka juga ingin mengetahui proses pembuatan video dari awal hingga berbentuk DVD/VCD kepingan, dan software apa yang digunakan dalam pembuatan video tersebut.

Bagus dan tidaknya sebuah film/video ditentukan oleh bermacam-macam factor. Tetapi pada dasarnya film/video yang bagus adalah yang mampu menyampaikan pesan melalui tayangan gambar secara maksimal dan enak dilihat dan juga bisa membuat pemirsa masuk ke dalam cerita atau alur tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat film/video tersebut. Untuk film/video yang berkaitan dengan materi turorial, alur cerita dalam video harus jelas dan mudah dimengerti.

Film/video yang bagus akan tercipta jika semua proses pembuatan disiapkan dengan bagus. Mulai dari pemilihan tema, ide cerita, penulisan naskah, script, pengambilan gambar, dan juga pemilihan  kameramen, editor hingga kepada pemeran dalam film itu. Tidak ketinggalan juga peralatan produksi yang mendukung dan bisa dioperasikan agar mencapai hasil maksimal.

Untuk pengolahan video, khususnya dalam proses editing banyak software yang bisa digunakan saat ini. Sebenarnya setiap software editing film memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Bahkan saat ini sudah ada freeware portable sehingga tidak perlu menginstal kedalam komputer. Dengan demikian, kapan saja dan kemana saja kita dapat melakukan penyuntingan dengan software yang kecil ukurannya hanya dengan menggunakan flashdisk.

Agar hasil video/film yang kita buat bagus dan menarik tidak cukup dengan menggunakan satu software saja. Beberapa software pendukung sangat diperlukan, misalnya untuk pembuatan grafis, animasi dan efek-efek lain guna menambah keindahan film yang kita buat. Berikut ini beberapa software untuk mengedit video:

1.      Adobe Premiere Pro

2.      Pinacle Studio’s

3.      Edius

4.      Movie Maker

5.      Avid FreeDV

6.      Wax,

7.      Apple iMovie, dll

 

Untuk pengolahan audio dapat menggunakan software berikut:

  1. Adobe Audition
  2. CoolEdit, dll

Pengolahan grafis dapat menggunakan :

  1. CoreDraw
  2. Adobe Illustrator
  3. Adobe Photoshop

Software pembuatan animasi 3D dapat menggunakan:

  1. 3Dmax
  2. Maya
  3. Blender, dll

Untuk pembuatan efek-efek boleh juga memakai software berikut:

  1. Adobe After Effect, ada juga yang portable
  2. Particle Illusion

Namun yang terpenting dalam pembuatan film/video adalah kreatifitas, keuletan, serta kesabaran dalam mengolah detil demi detil film yang kita kerjakan. Selamat berkarya!

 

Wasidi

Kontes Penulisan Artikel Media Teknologi Informasi

 

Bulan Februari 2012 yang lalu Unit Media Teknologi Informasi (MTI) PPPPTK Matematika menyelenggarakan Kontes Penulisan Artikel  Tahap I (diharapkan ada tahap berikutnya), di mana  pada tahap pertama ini mengambil tema “Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika di kelas.” Kegiatan ini dipublikasikan melalui Facebook Page Unit MTI. Sasaran dari kontes ini adalah guru matematika semua jenjang sekolah, pemerhati matematika. Tujuan kontes ini adalah menumbuhkan minat menulis guru-guru matematika dan juga untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan media teknologi informasi untuk pembelajaran di kelas. Dalam kontes ini ditetapkan ketentuan penulisan, diantaranya:

  • Artikel dituangkan dalam bentuk narasi (diharapkan menyertakan file atau foto jika diperlukan).
  • Tidak ada format penulisan yang baku, yang penting singkat, padat, dan ide tersampaikan.
  • Artikel adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
  • Artikel yang dikirim boleh dipublikasikan untuk umum.

Pada akhir kontes berhasil dihimpun 12 artikel yang menurut juri memenuhi kriteria kontes. Penjurian dilakukan oleh widyaiswara TI dari PPPPTK Matematika dengan kriteria penilaian:

  • Kualitas tulisan, terutama ide dan kejelasan cara penyampaian.
  • Keaslian/orisinalitas.
  • Kelengkapan dokumen, yakni menyertakan file-file media yang digunakan.

Dari 12 artikel yang memenuhi kriteria, kemudian dilakukan penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria penilaian dan hasilnya ada 3 artikel terbaik dengan urutan sebagai berikut:

1.      Visualisasi Perkalian dengan ‘Powerful’ Powerpoint, yang ditulis oleh Abdul Karim dari SD Nasima Semarang, Jawa Tengah.

2.      Pembuatan bahan ajar elektronik dengan eXe, yang ditulis oleh Ema Butsi Prihastari, mahasiswi Pascasarjana UNNES, Semarang, Jawa Tengah.

3.      Making Mathematics Learning Excited : kejutan-kejutan di Edmodo, yang ditulis oleh Yani Pieter Pitoy, dari SMK Negeri 1 Sonder, Minahasa, Sulawesi Tenggara.

Dengan ide cerdas dan baik, Abdul karim menggunakan powerpoint yang disanding dengan Visual Basic Application untuk menjelaskan konsep perkalian, di mana siswa diberikan tutorial singkat tentang konsep perkalian sekaligus visualisasi perkalian dua bilangan dan siswa bisa langsung mencoba atau mempraktekkan sendiri. Setelah mempelajari teori secara singkat, kemudian siswa diberikan lembar kerja perkalian dua bilangan. Dalam tulisannya Abdul karim juga menjelaskan bahwa dengan tool yang sederhana dapat digunakan untuk menghasilkan karya yang powerfull. Wah, inovatif dan kreatif!

Selain karyanya yang cukup menarik dan inovatif, ada kutipan kalimat di dalam artikel yang ditulis Abdul Karim yang perlu kita cermati bersama yaitu “Kesulitan belajar dan menguasai matematika dasar, penjumlahan,pengurangan, perkalian, dan pembagian berawal dari proses pembelajaran yang salah. Anak, umumnya ketika pertama kali belajar matematika, langsung masuk ke tahap pembelajaran abstrak. Yang dimaksud dengan pembelajaran abstrak adalah anak langsung dikenalkan dengan simbol angka. Hal ini bertentangan dengan proses belajar yang benar.”

Ide Ema Butsi tidak kalah menarik, di dalam artikelnya Ema Butsi memaparkan tentang bagaimana menggunakan eXe untuk membuat bahan ajar matematika elektronik. Ema Butsi juga memberikan langkah demi langkah cara membuat bahan ajar dengan eXe, bahkan dilengkapi dengan RPP, storyboard dan flowchart media yang akan dibuat. Cukup lengkap dan kreativitasnya patut ditiru!

Edmodo, social network mampu meningkatkan gairah belajar matematika siswa SMK 1 Sonder, di mana siswa lebih bersemangat belajar matematika, bahkan ketagihan untuk mengerjakan soal-soal matematika. Hal ini terjadi karena Sang Guru, Yani Pieter Pitoy yang merupakan alumni diklat Mathematics Mobile Learning (MML) PPPPTK Matematika menerapkan materi social network yang didapat pada waktu diklat MML tersebut. Ya, Yani menggunakan Edmodo untuk mengeksplorasi kegiatan pembelajaran dan juga sebagai media pembelajaran matematika. Hasilnya cukup mengejutkan, siswa sangat antusias belajar matematika, karena mereka merasa pelajaran matematika kini lebih menarik dan menyenangkan. Sebuah pendekatan pembelajaran yang patut dikembangkan dan ditiru oleh pendidik lainnya.

Berikut daftar peserta yang mendapatkan juara :

Juara I : Abdul Karim

  1. link download hasil karya berupa artikel
  2. link download hasil karya berupa software

Juara II : Ema Butsi

  1. link download hasil karya berupa artikel

Juara III : Yani Pieter Pitoy

  1. link download hasil karya berupa artikel

 

Pustakawan-Guru

 

Pustakawan-Guru

Istilah Teacher-Librarian atau pustakawan-guru di Indonesia sampai saat ini belum popular seperti di negara lain seperti Amerika, Australia dan Singapura. Yang lebih parah, ada yang salah mengartikan pustakawan-guru adalah guru yang ditunjuk menjadi pengelola perpustakaan karena kurangnya jam mengajar. Pustakawan-guru perlu diperkenalkan karena di masa yang akan datang profesi ini menunjang kemajuan mutu pendidikan di Indonesia.

Seperti disampaikan Ketua Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia, Hanna Latuputia, seorang teacher-librarian harus memiliki dua kompetensi yaitu sebagai ”Guru” dan sebagai ”Pustakawan”. Pustakawan harus memahami pedagogik, sehingga pustakawan secara efektif dapat membantu proses KBM di sekolah. Guru harus menguasai keilmuan perpustakaan sehingga selain dapat mengajar juga dapat mengelola perpustakaan.

Selain istilah teacher-librarian, muncul istilah library media specialist, yaitu seorang pengajar yang memiliki latar belakang kepustakaan (Librarianship). Di Amerika seorang teacher-librarian harus memiliki ijazah sarjana muda, sertifikat pendidikan dasar dan menengah serta wajib memiliki sertifikat Negara dalam bidang program (library media). Singkatnya, seorang teacher-librarian harus memiliki kualifikasi pengajar dan kualifikasi pustakawan. Hal ini didasari bahwa seorang teacher-librarian merupakan seorang pendidik sekaligus manager informasi dengan pemahaman menyeluruh atas dua bidang tersebut.

Teacher-librarian memegang peranan kunci dalam tiga aspek, yaitu kunci dalam kurikulum (curriculum leader), sebagai spesialis informasi (information specialist) dan sebagai manager layanan informasi (information services manager) (Suherman, 2009)

Selama ini masih banyak perpustakaan sekolah yang belum efektif karena kurangnya kesadaran para pimpinan sekolah sebagai pengambil kebijakan fungsi perpustakaan. Dampaknya adalah perpustakaan belum apat dimanfaatkan secara optimal dalam proses KBM terutama dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam literasi informasi. Padahal literasi informasi ini sangat penting dalam membangun kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran seumur hidup (life long education).

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Suherman, 2009.  Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah. Bandung: MQS Publishing

————-, 2010. Talk Show Teacher Librarian or Librarian as a teacher. http://ekakusmayadi.wordpress.com/2010/02/07/talk-show-teacher-librarian-or-librarian-as-a-teacher/. Diakses tanggal 5 Juni 2012

Arsidi dkk. Perpustakaan  Sebagai Sumber Belajar. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Tenaga Perpustakaan Sekolah di Jakarta, 2012.

 

Petunjuk Penggunaan Program Iteman

 

Petunjuk Penggunaan Program Iteman

Oleh: Estina Ekawati

ITEMAN adalah salah satu program analisis butir soal yang dapat digunakan untuk menganalisa hasil tes.

ITEMAN (Item and Test Analysis) merupakan analisis butir empirik model klasik. Anda dapat mendownloadnya di sini.

Setelah didownload kemudian anda extract dan simpan dalam folder tersendiri, misalkan anda beri nama ANALISIS.

download petunjuk penggunaan program iteman

Download File: Program Iteman

Beberapa Teori Belajar

 

Oleh : Angga Kristiyajati

Belajar adalah suatu aktifitas atau kegiatan dimana terdapat sebuah proses dan tahapan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan kegiatan tersebut. Belajar adalah merupakan proses perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku atau pemikiran sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar adalah dampak darui adanya interaksi antara rangsangan dan tanggapan. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Berikut adalah beberapa tokoh tentang teori belajar:

Edward L Thorndike

Lahir di Williamsburg, Massachusetts, U.S. pada tanggal 31 Agustus 1874 dan wafat pada tanggal 9 Agustus 1949 di Montrose, New York.

Edward Lee Thorndike adalah ahli psikologi yang melakukan penelitian pada perilaku hewan dan proses pembelajaran yang saat ini dikenal sebagai Theoruy of Connectionism, yang menyatakan bahwa perilaku respond terhadap stimulus tertentu dibentuk oleh suatu rangkaian kegiatan coba-coba (Trial and error) yang mempengaruhi neural connections antara stimulus dan respond yang paling diinginkan.

Ia memahami bahwa perubahan adptif pada perilaku binatang dapat dianalogikan pada pembelajaran pada manusia dan mengusulkan rangkaian perilaku tersebut (connection) bisa diramalkan oleh aplikasi dua hukum, yaitu:

1. Law of Effect (Hukum Efek)

Hukum efek menyatakan bahwa tingkah laku respon yang paling dekat diikuti oleh hasil yang memuaskan dapat dipastikan untuk menjadi pola yang mapan dan menjadi teladan. Respon yang sama akan diberikan apabila stimulus yang sama diberikan lagi.

2. Law of Exercise (Hukum Latihan)

Hukum latihan menyatakan bahwa perilaku akan semakin kokoh apabila hubungan stimulus-respon sering dilakukan.

Thorndike juga menyatakan bahwa reward akan menguatkan perilaku hubungan stimulus-respon yang diharapkan (benar) dan punishment akan melemahkan perilaku hubungan stimulus-respond yang tidak diharapkan (salah).

(Sumber : Britannica Ultimate Reference Suite 2007)

B. F. Skinner

Lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna, Pennsylvania, U.S.

Wafat pada 18 Agustus 1990, Cambridge, Massachusetts

(Sumber : Britannica Ultimate Reference Suite 2007)

Teori belajar Skinner didasarkan atas gagasan bahwa belajar adalah fungsi perubahan perilaku individu secara jelas. Perubahan perilaku tersebut diperoleh sebagai hasil respon individu terhadap kejadian (stimulus) dari lingkungan. Penelitian yang dilakukan Skinner dipengaruhi oleh percobaan Pavlov dan ide-ide John Watson (bapak behaviorisme). Salah satu hasil penelitiannya yang terkenal adalah kotak Skinner (Skinner’s Box). Ketertarikan Skinner terhadap perilaku individu terletak pada stimulus-respon (SR) yang dihasilkan.

Penguatan merupakan unsur terpenting dari teori SR Skinner. Penguatan stimulus diberikan berulang-ulang agar dapat memperkuat respon yang dikehendaki. Sehingga perilaku individu dikontrol oleh penguatan stimulus yang mengikutinya. Ukuran perilaku individu yang terpenting adalah tingkatan atau kecepatan responnya. Perilaku individu yang diamati Skinner agak berbeda dengan perilaku yang diamati dalam teori behaviorisme sebelumnya (Pavlov, Thorndike, Hull). Dalam teori behaviorisme Skinner, dikenal istilah responden dan operan. Responden merupakan respon-respon individu yang secara otomatis diperoleh melalui stimulus yang sudah dikenal dan relatif tetap. Sedangkan dalam pengkondisian operan, stimulus awal tidak selalu dapat diketahui, individu hanya sekedar memunculkan respon-respon yang dikontrol oleh penguatan stimulus yang mengikutinya. Menurut Skinner, perilaku operan lebih berperan dalam kehidupan manusia disbanding perilaku responden. Hal inilah yang mendasari teori Skinner tenang pengkondisian operan (operant conditioning).

Robert Gagne

Teori belajar yang disebut pula teori perkembangan mental berisi uraian tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi terhadap mental peserta didik (Ruseffendi, 1988). Dalam perkembangannya, ”belajar” memiliki definisi tersendiri. Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan (Sudjana, 1991: 5). Burton (dalam Knowles, 1986:5) menyatakan ”learning is change in the individual, due to the interaction of that individual, and his environment, which fills a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment”. Ini menyiratkan bahwa belajar adalah suatu perubahan secara individu, berkaitan dengan interaksi antara individu dengan lingkungannya, dalam pemenuhan kebutuhannya dan membuat mereka lebih cakap dalam hubungannya dengan lingkungannya.

Disisi lain, Gagne menyatakan bahwa ”Learning is a change in human disposition or capability, which can be retained, and which is not simply ascribable to the process of growth”. Ini berarti bahwa belajar adalah perubahan dalam pembawaan atau kesanggupan manusia, yang dapat dikendalikan, dan tidak dapat disederhanakan menjadi suatu proses perkembangan.

Lebih lanjut, melalui penelitiannya Gagne (dalam Bell-Gredler, 1986:116) mengidentifikasi tiga prinsip yang memberikan kontribusi terhadap kesuksesan pengajaran. Ketiga prinsip tersebut diantaranya: (1) Menyediakan pengajaran dalam sekelompok komponen tugas yang membangun kearah tugas akhir; (2) memastikan bahwa setiap komponen tugas merupakan bagian yang dikuasai; dan (3) rangkaian komponen tugas untuk menjamin transfer optimal untuk tugas akhir.

William Brownell

William Artur Brownell dilahirkan tanggal 19 mei 1895 dan wafat pada tanggal 24 mei 1977, yang mendedikasikan hidupnya dalam dunia pendidikan. Brownell (1935) “…he characterized his point of view as the “meaning theory.” In developing it, he laid the foundation for the emergence of the “new mathematics.” He showed that understanding, not sheer repetition, is the basis for children’s mathematical learning…” pada penelitiannya mengenai pembelajaran anak khususnya pada aritmetika mengemukakan belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan belajar pengertian atau yang dikenal dengan Meaning Theory (teori bermakna) dan dalam perkembangannya ia meletakkan pondasi munculnya matematika baru. Jika dilihat dari teorinya ini sesuai dengan teori belajar-mengajar Gestalt yang muncul pada pertengahan tahun 1930. Dimana menurut teori Gestalt, latihan hafalan atau yang dikenal dengan sebutan drill adalah sangat penting dalam kegiatan pengajaran. Cara drill diberikan setelah tertanam pengertian.

Meaning Theory yang diperkenalkan oleh Brownel merupakan alternatif dari Drill Theory (teori latihan hafal/ulangan). Menurut Brownell dalam belajar orang membutuhkan makna, bukan hanya sekedar respon otomatis yang banyak. Maka dengan demikian teori drill dalam pembelajaran matematika yang dikembangkan atas dasar teori asosiasi atau teori stimulus respon, menurutnya terkesan bahwa proses pembelajaran matematika khususnya aritmetika dipahami semata-mata hanya sebagai kemahiran.

Jean piaget

Lahir pada tanggal 9 Agustus 1896 di Neuchâtel, Switzerland

Meninggal pada 16 September 1980 di Geneva

(Sumber : Britannica Ultimate Reference Suite 2007)

Jean Piaget adalah anak tertua dari pasangan suami istri Arthur Piaget, seorang profesor Kesusastraan abad pertengahan dan Rebecca Jackson, pada usia 11 tahun di Neuchâtel Latin high school, dia menulis suatu ulasan tentang albino sparrow, Piaget telah diberi gelar sebagai seorang interaktionis dan juga konstruktivis.

Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut:

a) Periode Sensorimotor (0-2 tahun)

b) Tahapan Praoperasional (2-7 tahun)

c) Tahapan Operasional Konkrit (7-11 tahun)

d) Tahapan Operasional Formal (11 tahun ke atas)

Dalam bukunya yang berjudul To Understand Is to Invent, Piaget mengatakan bahwa prinsip dasar dari metode aktif dapat dijelaskan sebagai berikut: Untuk memahami harus menemukan atau merekonstruksi melalui penemuan kembali dan kondisi seperti ini harus diikuti jika menginginkan seseorang dibentuk guna mampu memproduksi dan mengembangkan kreativitas dan bukan hanya sekedar mengulangi. Dalam pembelajaran aktif, guru harus memiliki keyakinan bahawa siswa akan mampu belajar sendiri.

Jerome Bruner

Lahir pada tanggal 1 Oktober 1915 di New York, N.Y., U.S.

Tulisan-tulisan Bruner membantu untuk menggambarkan konsep milik Piaget tentang level perkembangan kognitif di dalam kelas. Bukunya yang berjudul The Process of Education(1960) adalah buku miliknya yang paling banyak diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Buku tersebut berisi tentang studi dari reformasi kurikulum. Pada bukunya tersebut dia menerangkan bahwa setiap subjek bisa dipikirkan pada setiap anak pada setiap level perkembangan, jika subjek tersebut disampaikan secara tepat. Menurut bruner setiap anak memiliki kekhawatiran dan ketertarikan yang alami yang mampu menjadikan mereka berkompeten di berbagai tugas. Jika tugas disampaikan terlalu sulit maka akan mengakibatkan mereka menjdai bosan. Seorang guru, menurut Bruner, harus menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang tepat dengan level perkembangan kognitif siswa. Bruner juga mempelajari persepsi anak, dimana dia menyimpulkan bahwa nilai individu masing-masing anak secara signifikan mempengaruhi persepsi mereka.

(Sumber : Britannica Ultimate Reference Suite 2007)

Zoltan Dienes

Dienes membagi 6 tahapan dalam mempelajari matematika

Tahapan I

Sebagian besar orang ketika dihadapkan pada situasi dimana mereka tidak yakin bagaimana mengatasinya, mereka akan melakukan suatu aktifitas “trial and error”.

Tahapan II

Setelah beberapa kali percobaan, biasanya terjadi keseragaman dalam sebuah situasi, yang bisa dirumuskan sebagai suatu aturan permainan(Rules of a game)

Tahapan III

Suatu kali ketika kita mendapatkan anak-anak memainkan sejumlah permainan matematika, maka tiba saatnya ketika permainan-permainan tersebut bisa didiskusikan dan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya.

Tahapan IV

Akan tiba saatnya ketika siswa telah mengindentifikasi muatan abstrak dari sejumlah permainan dan praktis membawa beberapa gambaran dari inti dan maksud dari aktifitas-aktifitas yang beragam tersebut.

Tahapan V

Pada level ini sudah saatnya untuk mempelajari representasi atau memetakan dan menyelidiiki beberapa sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh semua permainan tersebut.

Tahapan VI

Tahapan uraian dari simbolisasi bisa didapatkan dengan sangat panjang dan terkadang berlebihan. Pada tahapan ini siswa dapat melakukan aktifitas deduksi.

 


REFERENSI

Bruner, Jerome S(eymour). (2009). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica.

Thorndike, Edward L.. (2009). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica.

Skinner, B.F. . (2009). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica.

http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_M._Gagn%C3%A9

Piaget, Jean. (2009). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica.

Bruner, Jerome S(eymour). (2009). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica.

http://www.zoltandienes.com/sixstages.html

Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. MIPA UPI. Bandung.

Subarinah, Sri (2006). Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Dikti, Jakarta.

William Arthur Brownell, Education: Berkeley , University of California: In Memoriam, September 1978

Crain, William. (2007). Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hergenhahn B.R & Olson M.H,. (2008) Theories of Learning (Edisi ketujuh). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Hill, F. Winfred. (2009). Theories of Learning. Bandung: Nusamedia.

Hudojo H,. (1988). Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

Skemp, R.R. (1971). The Psychology of learning mathematics. Suffulk: Ricard Clay Ltd.

Uno H.B,. (2008). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara

tip.psychology.org/skinner.html

 

Mendidik Siswa Menghargai Pendapat Orang Lain

 

MENDIDIK SISWA MENGHARGAI PENDAPAT ORANG LAIN

ditulis oleh Puji Iryanti

Situasi apa yang terjadi ketika seorang siswa atau sekelompok siswa melakukan presentasi di kelas? Seringkali banyak siswa lain tidak memperhatikan dengan baik apa yang dibicarakan oleh siswa atau kelompok yang sedang berbicara. Situasi ini penulis temukan ketika mendapat kesempatan mengamati peserta Course on Joyful Mathematics Learning SEAMEO QITEP in Mathematics yang praktik mengajar di kelas 2 salah satu SD swasta yang cukup terkenal di Yogyakarta. Karena kebiasaan yang ada, siswa selalu berbicara keras dan tidak bergantian berbicara. Akibatnya ketika siswa diskusi dalam kelompok setiap siswa ingin bicara dan semuanya berteriak. Kelas menjadi gaduh sekali karena semua kelompok berkelakuan sama. Tapi, tunggu dulu. Jangan menyalahkan mereka dulu sebelum mengetahui apakah guru sudah mendidik siswa menghargai pendapat orang lain.

Perhatikan gambar yang diambil dari dua sampel video study 2011 yang dikoordinir oleh World Bank Jakarta berikut ini.

Gambar 1. Presentasi Klasikal Siswa Video 1

Terlihat pada Gambar 1 salah seorang siswa yang sedang menuliskan jawaban diskusi kelompoknya. Pada gambar hanya seorang siswa saja yang memperhatikan siswa yang sedang presentasi tersebut sedangkan guru dan siswa lain sama sekali tidak memperhatikan. Ini artinya bahwa guru dan hampir semua siswa sama sekali tidak menghargai siswa yang sedang melakukan presentasi.

Gambar 2. Presentasi Klasikal Siswa Video 2

Pada Gambar 2 terlihat siswa sedang menuliskan jawaban yang sudah diperolehnya. Hanya guru saja yang memperhatikan siswa tersebut sementara siswa lain asyik bekerja dalam kelompoknya. Mencermati 3 situasi kelas di atas, mengapa terjadi demikian? Tentu peran guru dalam situasi itu sangat besar sehingga menyebabkan para siswa tidak menghargai seorang siswa yang sedang presentasi sekaligus tidak menghargai pendapat orang lain.

Ada budaya kelas yang baik dari beberapa negara tetangga yang dapat ditiru sehubungan dengan menghargai pendapat orang lain. Sejak di sekolah dasar siswa Kamboja dan Vietnam sudah dibiasakan menghargai pendapat orang lain. Ketika guru mengajukan pertanyaan, banyak tangan-tangan kecil yang terangkat menyatakan bahwa siswa-siswa pemilik tangan itu ingin menjawab pertanyaan guru. Tetapi sewaktu guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut, siswa tersebut langsung berdiri dan menjawab pertanyaan sementara siswa yang lain diam mendengarkan jawaban temannya. Setelah siswa itu selesai menjawab dan guru meminta siswa yang lain menanggapi barulah siswa tersebut memberikan pendapatnya.

Banyak guru yang tidak menyadari bahwa menghargai pendapat orang lain itu dimulai dari situasi di kelas bahkan dapat dimulai sejak dini dari sekolah dasar (SD). Berbicara dan mendengarkan adalah dua hal yang saling berkaitan. Etika berbicara atau berpendapat dan mendengarkan harus diajarkan kepada siswa sejak dini.  Menghargai pendapat orang lain dimulai dari mendengarkan atau memperhatikan atau menganalisa apa yang sedang dijelaskan. Siswa tidak akan menjadi pendengar yang baik jika tidak dibiasakan. Mendengarkan adalah pekerjaan yang jauh lebih berat dibandingkan berbicara. Pendengar yang baik berusaha menangkap ide-ide yang dilontarkan oleh pembicara sehingga pada gilirannya ia dapat menanggapi pembicara tadi. Oleh karena itu bukan berarti bahwa dengan menghargai pendapat orang lain itu siswa hanya menjadi pendengar yang pasif saja, tetapi yang paling penting siswa diminta untuk menangkap ide-ide yang dilontarkan oleh pembicara dan kemudian dapat menanggapinya.

Guru sebagai pengelola kelas harus menerapkan aturan yang dipatuhi oleh kelas sehingga siswa belajar menghargai pendapat siswa lain. Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan alternatif acuan dalam mendidik siswa menghargai pendapat orang lain.

1.      Guru membuat kode tertentu yang sudah disepakati ketika kelas gaduh sehingga ketika kelas melihat/mendengar kode itu mereka langsung diam.

2.      Ketika ada siswa yang presentasi/bicara baik di depan kelas maupun di kelompok siswa yang lain diam mendengarkan atau memperhatikan dan berusaha menangkap atau menganalisis apa yang dibicarakan atau dipresentasikan. Para siswa harus bergantian bicara sehingga siswa yang lain tidak bingung siapa yang harus didengarkan.

3.      Ketika guru atau siswa melakukan presentasi di depan kelas, siswa yang ingin memberikan pendapat mengangkat tangan terlebih dahulu dan setelah dipersilahkan bicara barulah ia bicara dan sebaiknya ia berdiri agar kelas mengetahui siapa yang sedang berbicara.

4.      Ketika seorang siswa sedang presentasi, guru minta siswa/kelompok lain berhenti bekerja, menyesuaikan posisi duduk sehingga menghadap ke presenter dan memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu sebelum meminta siswa melakukan presentasi guru harus yakin bahwa:

a.       apa yang dipresentasikan memang layak diketahui oleh siswa lain karena berbeda cara menyelesaikan soal/masalah atau karena soal/masalah yang diselesaikan benar-benar berbeda.

b.      hampir semua kelompok/siswa sudah menyelesaikan pekerjaannya sehingga mereka mendengarkan atau mengamati presentasi yang sedang dilakukan.

5.      Guru meminta siswa yang tidak presentasi untuk mengamati dan menganalisis jawaban atau penyelesaian soal/masalah yang sedang dipresentasikan. Ketika tiba waktunya untuk untuk memberikan tanggapan, mereka menanggapi berdasarkan analisis yang dilakukan dan tidak keluar dari konteks yang dibicarakan/dipresentasikan serta dilakukan dengan santun sesuai aturan yang disepakati.

6.      Siswa menyadari perbedaan pendapat adalah hal biasa tertapi perbedaan pendapat itu harus diutarakan dengan santun. Guru mengonfirmasi perbedaan pendapat ini berdasarkan kaidah keilmuan topik yang sedang dibahas.

Apabila beberapa hal di atas dapat diterapkan di kelas maka tidak akan terjadi lagi ketika salah seorang siswa atau kelompok atau guru presentasi di depan kelas siswa yang lain tidak mendengarkan. Selanjutnya setelah aturan-aturan itu menjadi budaya maka siswa akan terbiasa santun berbicara dan menghargai orang lain yang sedang berbicara atau presentasi tidak hanya di kelas saja tetapi dalam forum-forum lain yang lebih besar.

Mengenal SQ Sebagai Salah Satu Dari Ragam Kecerdasan

oleh : rumiati

T : Saya pernah mendengar tentang IQ dan EQ, dan sekarang saya mendengar tentang SQ. Singkatan apakah itu?

J : IQ adalah singkatan dari Intellectual Quotient artinya taraf kecerdasan intelektual, EQ atau lebih tepat disebut EI (Emotional Intelligence) artinya kecerdasan emosi, sedangkan SQ atau lebih tepat disebut SI adalah singkatan dari Spiritual Intelligence artinya kecerdasan ruhaniah.

T :  Bisakah anda menjelaskan apa maksudnya?

J :  IQ adalah kemampuan untuk berpikir, bernalar dan memecahkan masalah menggunakan logika. EI atau lebih populer disebut EQ adalah kemampuan untuk memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi tersebut untuk membimbing pikiran dan tindakan. Sedangkan SI atau SQ adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan makna dan nilai, untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa jalan hidup yang kita pilih memiliki makna yang lebih baik daripada yang lain.

T : Anda menyebutkan taraf kecerdasan, jadi apakah tiga macam kecerdasan itu dapat diukur ?

J  : Seperti mungkin telah anda ketahui IQ dapat diukur dengan menggunakan alat ukur/tes IQ yang validitasnya cukup tinggi. Cara pengukuran IQ sudah dibakukan dengan angka, tetapi memang belum ada alat ukur yang cukup dapat dipercaya untuk EQ dan SQ. Itulah sebabnya sebutan EQ dan SQ sebenarnya kurang tepat, karena kata Quotient bisa berarti taraf, tetapi kata ini sudah terlanjur populer di masyarakat. Istilah yang lebih tepat adalah EI dan SI. Andaikan mungkin diukur, saya kira alat ukur untuk SQ dan IQ tidak tepat jika berbentuk kuantitatif.

T :  Bagaimana sejarahnya hingga ketiga kecerdasan itu diperkenalkan ?

J  : IQ dikenalkan kira – kira pada awal abad 20 ini. Semula orang mengira IQ inilah sebagai satu-satunya kecerdasan yang menentukan keberhasilan manusia. Sampai kira-kira awal tahun 1990-an , Daniel Goleman menemukan bahwa IQ bukan satu-satunya hal yang mempengaruhi keberhasilan manusia dalam belajar. Orang –orang yang memiliki IQ tinggi ternyata tidak selalu memperoleh keberhasilan seperti yang diinginkan. Ada kualitas-kualitas emosional lain yang penting bagi keberhasilan seperti : empati, pengendalian diri, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan , sikap hormat dan lain-lain. Dan di akhir abad ini, Danah Zohar dan Ian Marshall memperkenalkan kecerdasan lain yang membedakan manusia dengan mesin dan dengan hewan yaitu kecerdasan Spiritual.

T : Anda menyatakan bahwa SQ membedakan manusia dengan mesin dan hewan. Apa maksudnya ?

J :  IQ atau boleh dikatakan sebagai kemampuan logika, tentu dimiliki oleh komputer. Komputer sebagai benda kreasi manusia justru mungkin mengalahkan manusia dalam hal berpikir logis dan taat azas. Sementara hewan juga memiliki kecerdasan emosi dalam tingkat rendah, ketika dia dapat menempatkan dirinya sesuai dengan emosi yang dimilikinya. Sedangkan semua itu tidak cukup untuk menjadi alasan bagi manusia untuk tetap meneruskan hidupnya.

T : Apakah maksudnya SQ yang dimiliki manusia membantu manusia untuk menemukan hakekat dan makna dirinya ?

J :  Ya, benar.Sepanjang jaman manusia selalu berhadapan dengan pertanyaan tentang siapa dirinya, dari mana dia berasal, mengapa dan untuk apa dia hidup. Menurut Victor Frankl dalam Man’s search for meaning, pencarian manusia akan makna merupakan motivasi utamanya dalam hidup . Makna itu unik dan spesifik dan hanya dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri. Keberadaan SQ dalam diri manusialah yang membantu manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan penemuan makna diri ini.

T : Apa yang terjadi jika manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya akan makna ini ?

J :  Kehidupan jaman modern yang ditandai dengan banyaknya kemudahan dalam bidang materi justru menyebabkan kehampaan manusia dalam bidang ruhani. Ketika hubungan antarmanusia menjadi renggang, ketika lingkungan semakin rusak dan tercemar, dan manusia hidup dalam ketidakpastian nilai, akhirnya menyebabkan kehampaan dalam diri manusia. Semua ini jika tidak dipedulikan akan mengancam kelangsungan manusia sendiri sebagai spesies pemimpin di muka bumi.  Jadi sebagaimana IQ dan EQ, SQ merupakan salah satu penentu bagi keberhasilan manusia untuk bertahan hidup dan untuk meningkatkan mutu kehidupannya, bahkan SQ dapat dilihat dalam kerangka yang lebih luas sebagai landasan semua aspek yang dimiliki IQ dan EQ. SQ membantu manusia untuk membangun dirinya secara utuh.

T : Anda tadi mengatakan bahwa masyarakat modern yang materialistik justru memiliki tingkat SQ yang rendah. Bisakah anda menjelaskannya lebih jauh dengan contoh yang jelas ?

J :  Baiklah saya ingin mengutip percakapan yang diberikan Danah Zohar dan Ian Marshall tentang nelayan (N)  dan pengusaha (P) dalam bukunya SQ-The Ultimate Intelligence.

P : Ikan anda bagus-bagus. Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk menangkapnya

N  :    Hanya sebentar

P : Mengapa anda tidak menghabiskan waktu lebih lama di laut untuk mendapatkankan ikan lebih banyak ?

N  :    Ini sudah cukup untuk biaya hidupku dan keluargaku hari ini

P   :   Tapi untuk apa waktu anda yang selebihnya?

N  :    Saya tidur larut, memancing di laut, bercengkerama dengan istri dan anak-anak saya, berjalan-jalan ke desa dan bermain gitar dengan kawan-kawan saya. Pokoknya hidup saya sibuk, Tuan.

P : Saya seorang MBA lulusan Harvard, menurut saya anda seharusnya menghabiskan waktu lebih banyak di laut agar mendapat ikan lebih banyak. Dengan keuntungan dari situ anda dapat membeli perahu baru, sehingga anda mendapat ikan yang lebih banyak lagi, dan tentu saja keuntungan yang lebih banyak. Lalu anda membeli perahu lagi dan akhirnya anda mungkin akan mempunyai armada nelayan. Sehingga akhirnya anda dapat langsung menjual ikan ke pabrik, membuat perusahaan pengalengan ikan sendiri dan anda tinggal mengontrol produk, pemrosesan dan distribusi. Perusahaan anda akan berkembang pesat.

N   :   Berapa waktu yang diperlukan untuk semua itu ?

P    :   Mungkin 15 sampai 20 tahun

N   :    Lalu setelah itu apa ?

P  :   Anda bisa menjual saham kepada masyarakat dan anda akan mendapat uang berjuta-juta.

N  :    Berjuta-juta? Lalu untuk apa?

P  :  Ya, sekarang anda dapat menghabiskan waktu untuk memancing, untuk bersantai dengan istri dan anak-anak anda, berjalan-jalan ke desa dan bermain gitar dengan teman-teman anda.

Anda melihat bahwa pengusaha tersebut bodoh secara spiritual, sedangkan nelayan tersebut lebih memahami  hal yang paling bermakna dalam hidupnya. Materialisme dapat membodohkan manusia secara spiritual, ketika hal tersebut menjadi satu-satunya tujuan. Tetapi jangan salah sangka,  kebodohan spiritual di jaman ini tidak hanya menimpa orang–orang yang secara materi telah tercukupi, tetapi juga kalangan yang secara materi kekurangan, yaitu mereka yang sukar memperoleh akses terhadap materi tetapi terus memaksakan diri karena pengaruh dan desakan lingkungan. Pada mereka tetap terdapat kehampaan diri yang harus diisi. Disinilah letak peran kecerdasan spiritual. Orang yang mempunyai kecerdasan Spritual tidak hanya sanggup menyerap nilai-nilai yang ada dan cocok dengan dirinya , tetapi juga menciptakan nilai-nilai baru untuk memaknai hidupnya

T : Lalu mungkinkah kecerdasan spiritual itu ditingkatkan dan bagaimana caranya?

J : Ini sebuah berita bagus. Berbeda dengan IQ yang menurut para ahli adalah bawaan sejak lahir, dan hampir tidak mungkin untuk di tingkatkan, SQ mungkin dilatih dan ditingkatkan seperti halnya EQ. Meningkatkan SQ dapat dilakukan dengan belajar mendengarkan suara hati. Menurut Danah Zohar di dalam diri manusia terdapat Godspot atau titik Tuhan. Dari sanalah sumber suara hati berasal. Ada dua hal sederhana yang dapat dilakukan. Pertama berusahalah mendengarkan suara hati. Suara hati tidak mungkin berbohong. Suara hati menuntun kepada hal-hal yang benar. Suara hati bisa disebut fitrah manusia. Lalu  lakukanlah tindakan sesuai dengan suara hati. Yang kedua adalah melakukan refleksi. Berusahalah memandang suatu masalah dari berbagai sudut. Jika itu menyangkut hubungan antar manusia, anda dapat melakukan refleksi dengan diri anda sendiri. Jika anda tidak ingin diperlakukan seperti itu, janganlah melakukan hal yang sama kepada orang lain. Mungkin ini tampak terlalu sederhana, bukankah setiap orang bebeda? Itu memang benar. Tetapi tetap ada nilai-nilai universal seperti cinta, kasih sayang, persaudaraan, persahabatan, tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya. Anda bisa berusaha memprioritaskan tindakan sejalan dengan nilai-nilai tersebut.

Mari kita berusaha berpikir melingkar dengan memperhatikan semua aspek.

Pustaka:

Ary Ginanjar Agustian. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual. 2001. Jakarta: Penerbit Arga.

Danah Zohar dan Ian Marshall. SQ, memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan. 2002. Bandung: Pustaka MizaN

Menyusun Judul PTK

 

Mencari artikel tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya di internet sudah banyak, buku-buku yang mebahas tentang PTK ini pun juga sudah banyak penerbit yang mencetak. Baik dari cara menyusun proposal hingga cara menyusun laporannya. Namun, ketika searching tentang cara membuat/menyusun Judul PTK ini masih jarang.

Guru dalam hal ini sebagai pelaku utama PTK, melaksanakan PTK dengan bertolak pada permasalahan di kelas. Permasalahan guru maupun permasalahan siswa. Permasalahan ini terjadi karena adanya kesenjangan antara idealisme dari harapan yang diinginkan dengan kenyataan yang ada.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyikapi permasalahan di kelas adalah

  1. Introspeksi yang terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas Anda
  2. Temukan masalahnya
  3. Tentukan fokus masalahnya
  4. Lakukanlah Penelitian Tindakan Kelas

Dengan demikian, maka PTK yang akan dilaksanakan benar-benar permasalahan yang ada di kelasnya sendiri, dan tertuju pada peningkatan kualitas proses  pembelajaran, bukan ke hasil saja.

Kemudian, bagaimanakah membuat judul PTK itu? Aturan apa saja dalam membuat judul PTK? Dari beberapa referensi yang saya baca, berikut beberapa aturan dalam menyusun judul PTK:

  1. Memuat what, who, dan how
  2. Menarik, ringkas dan jelas

Sebagai contoh, kita cermati kasus berikut ini.

Sebagian besar siswa kelas 3 SD MAJUJAYA masih belum paham tentang materi perkalian. Guru di kelas tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk menjelaskan materi perkalian ke siswa, ada beberapa siswa yang sudah paham, sehingga guru menginginkan perlu adanya pembelajaran kelompok.

Dari kasus tersebut, guru akan melakukan PTK. Maka langkah awal adalah menyusun judul PTK.

Pertanyaan yang harus dijawab untuk menyusun judul PTK,

  1. What (Apa), Meningkatkan pemahaman perkalian matematika dan keaktifan siswa.
  2. How (Bagaimana), Melalui teknik think pair share dengan memanfaatkan kartu perkalian
  3. Who (Siapa), Siswa kelas 3 SD MAJUJAYA

Dari jawaban pertanyaan di atas, maka kita rangkai menjadi judul PTK yaitu “Upaya meningkatkan pemahaman perkalian matematika dan keaktifan siswa kelas 3 SD Majujaya dalam pembelajaran melalui teknik think pair share dengan memanfaatkan kartu perkalian”.

Dari judul PTK tersebut, maka kita susun rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah melalui teknik think pair share dengan memanfaatkan kartu perkalian dapat meningkatkan pemahaman perkalian matematika siswa kelas 3 SD Majujaya?
  2. Apakah melalui teknik think pair share dengan memanfaatkan kartu perkalian dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas 3 SD Majujaya?

Sebagai latihan, berdasarkan situasi pembelajaran yang Bapak-Ibu alami di kelas, susunlah:

  1. Judul PTK
  2. Rumusan Masalah

 

Sebagai bahan presentasi, saya lampirkan download file materi dalam .ppt

Oleh: Estina Ekawati

Membuat Portable LMS Dengan Poodle

Dewasa ini E-Learning semakin banyak digunakan dan dibutuhkan. Seiring dengan banyaknya kalangan yang ingin mengimplementasikan E-Learning, maka kebutuhan terhadap perangkat lunak  untuk membangun sistem E-Learning semakin besar. Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membangun E-Learning adalah Moodle. Moodle merupakan learning management system (LMS) atau virtual learning environment (VLE) yang bersifat open source dan memiliki fitur-fitur yang cukup lengkap untuk penyelenggaraan kelas virtual . Pada dasarnya Moodle didesain untuk  dijalankan dengan terkoneksi internet, sehingga bagi sebagian orang yang tidak ada koneksi internet agak kesulitan untuk menggunakan Moodle. Sebenarnya Moodle juga bisa digunakan secara offline dengan bantuan perangkat lunak semacam personal web server, namun oleh beberapa orang  cara ini dirasa masih rumit. Dibutuhkan sebuah cara untuk dapat menjalankan Moodle tanpa adanya koneksi internet dan dengan cara yang tidak rumit.

Download file artikel Poodle