Home » 2023 » August

Monthly Archives: August 2023

Optimalisasi Peran Perpustakaan dalam Menumbuhkan Literasi

Oleh: Jefrianus Kolimo, S.Pd., Gr

SMP Negeri 2 Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, NTT

Perpustakaan memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi masyarakat.  Dari tahun ke tahun, saat ini jumlah perpustakaan di Indonesia sudah mencapai angka 164.610 unit. Jumlah tersebut hanya kalah dari India. Jumlah Perpustakaan di India tercatat sebanyak 323.605 unit (Media Indonesia.com, 14/03/2019). Karena itu Indonesia berada pada urutan kedua negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak di dunia setelah India. Namun demikian, kondisi ini dapat dikatakan sebuah anomali. Hal ini disebabkan perpustakaan belum mampu meningkatkan literasi masyarakat. Padahal, jika membicarakan masalah literasi maka buku adalah kunci utama dalam meningkatkan literasi. Perpustakaan merupakan tempat untuk mengakses buku yang menjadi sumber ilmu pengetahuan.

Data berbagai riset menjelaskan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia khususnya terkait minat baca memang belum baik. Misalnya, hasil riset yang dikeluarkan oleh ‘’World Most Literate National Ranked’’ pada Tahun 2016 tentang minat baca. Indonesia berada pada peringkat ke 60 dari 61 negara yang di Survey. Selanjutnya Tahun 2018, berdasarkan riset yang dilakukan Central Connecticut State University AS yang kemudian dibagikan oleh UNESCO menunjukan bahwa kegemaran masyarakat Indonesia akan bahan bacaan pun tak banyak mengalami perubahan. Minat baca rakyat Indonesia hanya 0,0001 persen (Harian Kompas, 06/05/2022). Jika dinarasikan, dari 1000 warga negara Indonesia yang ditemukan, hanya 1 yang gemar membaca buku.

Perpustakaan Berkualitas

Dengan tidak mengabaikan fakta bahwa rendahnya minat baca masyarakat, hal lain yang perlu kita kaji lebih lanjut adalah bagaimana pelayanan perpustakaan kita. Apakah perpustakaan kita memang hanya unggul secara kuantitas dan belum optimal dalam hal kualitas? Apakah  benar, perpustakaan  tidak punya peranan dalam mendukung masyarakat kita untuk berliterasi? Bagaimana gambaran seharusnya perpustakaan yang berkualitas itu sendiri?

Penulis adalah salah satu penggiat dan pengikut instagram perpustakaan nasional (@perpusnas.go.id). Meskipun  berada di daerah yang jauh dari kawasan  perpustakaan nasional, tetapi dari informasi-informasi yang disajikan menjadikan masyarakat dapat mengakses berbagai ragam koleksi buku terbaru. Selain itu juga perpustakaan mampu menjadi tempat penyelenggaran even kegiatan menarik dan bermanfaat bagi masyarakat, seperti: menonton film, bedah buku, seminar, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta beberapa jenis perlombaan bagi masyarakat. Selain itu, melalui akun tersebut, saya pun dapat mengetahui informasi terkait telah tersedia atau terbit buku-buku terbaru. Selain itu juga, penulis dapat mengakses informasi terkait buku-buku lama yang masih bermanfaat bagi kehidupan. Penulis merasa senang dan mengapresiasi dengan informasi-informasi yang telah disajikan dan kedepan diharapkan dapat berpartisipasi aktif mengambil bagian dalam memajukan perpustakaan agar bermanfaat bagi penggunanya.

Merujuk dari pengalaman tersebut, tidak dapat  disangkal bahwa apa yang ditampilkan atau yang ada di dalam gedung perpustakaan nasional menunjukkan bahwa fungsi perpustakaan  tidak lagi hanya sebagai  tempat untuk menyimpan buku. Perpustakaan nasional juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan kegiatan lain yang menarik dan bermanfaat. Tujuannya pun tidak semata-mata untuk meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung sehingga bisa dekat dengan buku.  Situasi ini menunjukkan perpustakaan tidak hanya selalu identik dengan kegiatan membaca tetapi perpustakaan yang secara kualitas tidak perlu lagi untuk diperdebatkan. Sebab fungsi perpustakaan tidak lagi hanya sebatas sebagai gedung penyimpanan ilmu pengetahuan dan kekayaan intelektual. Perpustakaan juga harus menjadi sarana yang mampu menarik minat masyarakat agar semakin dekat dengan aktivitas membaca buku.

Perpustakaan Daerah

Perpustakaan nasional adalah perpustakaan yang menjadi simbol dari infrastruktur literasi sebuah negara. Semakin maju sebuah perpusatakaan nasional maka akan menunjukkan semakin baik di mata negara lain. Dukungan anggaran, fasilitas, dan sumber daya manusia yang memadai merupakan modal penting dalam menunjang pengembangan literasi masyarakat.

Pengembangan perpustakaan di daerah pun seharusnya dapat mencontoh pengembangan dari perpustakaan nasional kita. Terkadang kita masih menjumpai, bahwa masih ada perpustakaan di daerah  yang bahkan belum  memiliki akun media sosial. Padahal media sosial sangat efektif jika dipakai sebagai media untuk mempromosikan apa saja yang ada di dalam perpustakaan sekaligus mengajak masyarakat untuk berkunjung. Karena itu tidak mengherankan jika gedung perpustakaan di daerah-daerah banyak yang sepi akan pengunjung. Hasil survey Litbang Kompas 2022 yang dilakukan pada tanggal 9-11 Agustus 2022 dengan melibatkan 504 responden dari 34 Provinsi dengan sampel acak menunjukkan bahwa tercatat sebanyak 39,5 persen responden yang mengaku tidak pernah berkunjung  dan 52,2 persen sangat jarang ke perpustakaan daerah. 43 persen responden menjawab perpustakaan di daerah tempat tinggalnya lebih sering sepi. Lebih memprihatinkan lagi sebanyak 31,5 persen responden bahkan tidak mengetahui keberadaan perpustakaan yang ada di daerahnya (Harian Kompas, 21/08/2022).  

Hasil survey tersebut tidak mengagetkan banyak pihak sebab saat ini banyak perpustakaan di daerah belum optimal dalam memberikan pelayanan literasi bagi masyarakat. Sebagian masyarakat hanya mengetahui perpustakaan hanya sebagai  peminjaman dan tempat penyimpanan buku-buku saja. Sehingga tidak heran jika  masih ada sebagian perpustakaan di daerah yang terlihat sepi dan belum optimal dalam memberikan pelayanan bagi para pengunjungnya.

Beberapa persoalan di atas dan hadinya perkembangan teknologi seperti kehadiran perpustakaan digital secara tidak langsung juga turut mempengaruhi peran perpustakaan yang ada di daerah dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.  I-pusnas danE-perpusdikbud adalah contoh perpustakaan digital yang jauh lebih praktis dibandingkan jika seseorang harus berkunjung ke perpustakaan daerah. Mencari, meminjam ataupun membaca buku dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Hanya dengan menginstal beberapa aplikasi tersebut di perangkat gawai maka selanjutnya ragam jenis buku sudah dapat dengan mudah diakses dimana saja dan kapan saja. Meskipun demikian tidak diragukan lagi, bahwa peran perpustakaan daerah masih sangatlah penting. Dari aspek efektivitas, jika dibandingkan dengan medium layar, membaca dengan medium kertas masih lebih efektif dalam membangun pemahaman seseorang terhadap sebuah bacaan. Riset yang dilakukan oleh Virginia Clinton yang adalah seorang asisten profesor dibidang psikologi pendidikan dari Universitas of North Dakota, AS, menunjukan perbedaan yang dimaksud. Riset yang dituangkan dalam jurnal yang berjudul reading for paper compared to screen: a systematic  review and metaanalysis (2019) menjelaskan bahwa membaca pada kertas lebih efektif dibandingkan dengan membaca pada layar (Harian Kompas, 21/09/2021). Keunggulan kertas terletak pada format media yang memiliki tata letak . Dimensi tata letak seperti posisi teks di lembar kanan atau kiri buku merupakan hal yang mudah untuk dicerna oleh otak. Selain itu, keunggulan membaca pada medium kertas lainnya adalah kecenderungan untuk selalu tetap konsisten pada bahan bacaan. Sedangkan ketika membaca dengan medium layar, sebaliknya seseorang lebih cenderung tergoda untuk melakukan aktivitas lain yang ada pada gawai tersebut. Karena itu, keberadaan Perpustakaan di daerah sebagai salah satu tempat mengakses sekaligus untuk membaca buku masih sangat penting keberadaannya.

Sebagai Ujung Tombak Literasi di Daerah

Meski begitu, mengingat nasib banyak perpustakaan daerah kita yang tidak sebaik perpustakaan nasional baik dalam aspek infrastruktur maupun sumber daya manusia maka tidak mengherankan jika pencapaian literasi kita khususnya terkait minat baca buku masih tetap akan begitu-begitu saja.  Apalagi merujuk pada data Indeks Aktivitas Literasi Membaca 2019 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa terdapat 15 daerah dari total 34 provinsi di Indonesia termasuk dalam kategori sangat rendah dalam mengakses bahan bacaan (Puslitjakdikbud, 2019). Aspek akses terhadap bahan bacaan sendiri merupakan aspek penyumbang terbesar rendahnya indeks aktivitas literasi membaca. Akses terhadap bahan bacaan capaiannya hanya sebesar 23,09 persen. Karena itu data tersebut menyiratkan bahwa perpustakaan daerah menjadi salah satu ujung tombak peningkatan capaian literasi di daerah.

Selain perpustakaan, keberadaan jaringan toko buku pun sebenarnya dapat menjadi alternatif lain masyarakat dalam mengakses buku. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan jaringan toko buku tersebar tidak merata atau sebagian besar hanya berada di pusat kota. Maka dari itu, perpustakaan di daerah masih sangat penting keberadaannya. Sebabnya peningkatan kualitas perpustakaan di daerah harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan pada aspek penyediaan infrastruktur, penyediaan sumber daya manusia, dan aspek-lain penunjang lainnya yang terkait sehingga upaya peningkatan minat baca masyarakat dapat segera terwujud.