Home » Pendidikan
Category Archives: Pendidikan
Meningkatkan Nasionalisme dan Keterlibatan Siswa melalui Metode BERKUDA MARINIR dalam Pembelajaran
Oleh Syafaruddin Marpaung, S.Pd., M.Hum.
SMA Negeri 2 Kota Tanjungbalai
Pendahuluan
Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa yang mencintai bangsa dan negara. Semangat nasionalisme dan cinta tanah air harus ditanamkan sejak dini kepada siswa. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa rasa nasionalisme di kalangan siswa saat ini mulai menipis. Hal ini disebabkan oleh arus globalisasi yang begitu kuat, sering kali lebih menonjolkan budaya asing daripada budaya sendiri (Nahak, 2019). Kurangnya menghargai perjuangan pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan semakin menurunkan semangat nasionalisme di kalangan siswa. Dengan mempertimbangkan hal ini, perlu ada pendekatan baru dalam pembelajaran yang dapat menggabungkan nilai-nilai kebangsaan dengan cara yang relevan dan menarik bagi siswa.
Di tengah gegap gempita menyambut perayaan kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia tahun 2024, kebutuhan akan inovasi pembelajaran yang relevan dan menarik semakin terasa. Kesadaran akan pentingnya pembentukan karakter dan semangat kebangsaan di kalangan siswa dapat ditingkatkan dengan memperkenalkan pendekatan baru dalam pendidikan. Untuk menjawab tantangan ini, saya memperkenalkan metode BERKUDA MARINIR (Bermain Kuis Mode Kertas Memakai Atribut Kemerdekaan dan Stiker). BERKUDA MARINIR adalah sebuah pendekatan yang memadukan teknologi kuis berbasis kertas dengan semangat nasionalisme dan reward, menciptakan pengalaman belajar yang dapat membekas dalam ingatan. Pembelajaran di sekolah seringkali menghadapi tantangan dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air pada proses belajar mengajar (Istianah et al., 2023).
Metode BERKUDA MARINIR hadir sebagai angin segar, menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi kejenuhan dalam pembelajaran. Tidak hanya sekadar kuis, metode ini mengintegrasikan atribut kemerdekaan seperti topi merah putih, serta memberikan reward berupa stiker motivasi. Dengan demikian, siswa tidak hanya mendapat pengetahuan, tetapi juga diajak untuk lebih menghargai dan mencintai tanah airnya. Semangat nasionalisme yang tertanam diharapkan dapat membangkitkan gairah belajar dan meningkatkan motivasi siswa dalam mencapai prestasi akademik (Yanuardianto, 2020). Pendekatan ini sejalan dengan semangat Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka yang menekankan pentingnya pembentukan karakter dan nilai-nilai kebangsaan dalam proses pembelajaran.

Pembahasan
Untuk membuat kuis mode kertas menggunakan Quizizz, pertama-tama kita perlu mengakses platform Quizizz. Kita dapat membuka website Quizizz dengan mengunjungi situs resmi https://quizizz.com. Kemudian, guru menyusun serangkaian pertanyaan pilihan ganda sesuai dengan materi. Setelah menyimpan kuis tersebut, guru dapat memainkannya dengan memilih mode kertas atau paper mode. Selanjutnya, guru mengunduh dan mencetak kartu-kartu soal yang sudah disesuaikan dalam bentuk Q-Cards. Kartu ini dilengkapi dengan kode QR unik yang mempermudah guru untuk memindai jawaban siswa menggunakan aplikasi Quizizz di perangkat seluler (Azizah et al., 2023). Ini menjadikan proses penilaian lebih efisien dan akurat, sambil tetap mempertahankan aspek interaktif dari kuis. Agar Q-Cards ini awet dan dapat dipakai di semua kelas, sebaiknya kartu ini dilaminating.

Selanjutnya, pastikan setiap siswa menerima lembaran Q-Cards sesuai dengan nomor urut di buku kehadiran. Guru juga harus menjelaskan instruksi cara menggunakannya. Guru dapat membuat kelas di Quizizz tersebut dan menginput nama-nama siswa. Dalam pelaksanaannya, guru menayangkan soal-soal di papan tulis melalui LCD projector dan siswa memilih jawaban dengan mengangkat Q-Cards yang sesuai. Di lembaran Q-Cards tertera huruf A, B, C, dan D. Setelah semua siswa memberikan jawaban, guru dapat menggunakan aplikasi Quizizz di gawai untuk memindai kode QR yang terdapat di Q-Cards siswa (Abadi et al., 2023). Hasil pemindaian langsung ditampilkan di layar, sehingga siswa dapat melihat skor mereka secara real-time. Metode ini tidak hanya memberikan variasi dalam pembelajaran berbasis kuis, tetapi juga menggabungkan teknologi dengan cara yang mudah diakses oleh siswa dan guru.

Metode BERKUDA MARINIR merupakan akronim dari Bermain Kuis Mode Kertas Memakai Atribut Kemerdekaan dan Stiker, menawarkan pendekatan inovatif dan menarik dalam pembelajaran. Dalam kegiatan BERKUDA MARINIR, siswa didorong untuk mengenakan atribut kemerdekaan, seperti topi merah putih, sebagai simbol semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Topi kemerdekaan merah putih ini dibuat siswa sendiri sesuai kreativitas mereka. Guru dapat memodifikasi kegiatan ini dengan meminta salah seorang siswa untuk menjelaskan maksud pertanyaan dan menyatakan jawabannya. Hal ini bertujuan untuk menggali kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan meningkatkan keberanian dalam menyatakan pendapat. Dengan pendekatan ini, pembelajaran menjadi lebih hidup dan melibatkan siswa secara penuh. Selanjutnya guru dan siswa berdiskusi membahas pertanyaan tersebut agar suasana pembelajaran lebih interaktif. Sebagai bentuk apresiasi dan motivasi, 10 siswa dengan skor tertinggi diberikan stiker motivasi di sesi akhir.

Penerapan metode BERKUDA MARINIR dalam pembelajaran memberikan contoh konkret bagaimana pendekatan ini dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris materi teks narrative guru dapat merancang kuis yang menggali unsur-unsur intrinsik cerita, seperti tema, alur, penokohan, dan latar. Siswa tidak hanya memahami isi cerita, tetapi juga menganalisis pesan moral dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Metode BERKUDA MARINIR juga dapat diadaptasi untuk berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh dalam pelajaran Sejarah, kuis dapat berfokus pada peristiwa penting kemerdekaan atau tokoh-tokoh pahlawan nasional. Dalam pelajaran Geografi, pertanyaan bisa berkaitan dengan kekayaan alam Indonesia atau keunikan budaya daerah. Dengan demikian, metode ini menjadi alat yang fleksibel dan efektif untuk mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan ke dalam berbagai aspek pembelajaran.

Metode BERKUDA MARINIR terbukti memberikan manfaat signifikan dalam meningkatkan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan interaktif yang diusung, dipadukan dengan elemen permainan dan kompetisi yang sehat berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan merangsang rasa ingin tahu siswa. Hal ini mendorong mereka untuk lebih aktif bertanya, berdiskusi, dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna dan tidak monoton. Dibandingkan dengan metode konvensional yang cenderung monoton dan kurang melibatkan partisipasi aktif siswa, metode BERKUDA MARINIR hadir sebagai alternatif yang lebih interaktif dan inovatif. Penggunaan kuis berbasis kertas yang dipadukan dengan teknologi pemindaian jawaban memberikan pengalaman belajar yang lebih dinamis dan menarik bagi siswa. Hal ini tidak hanya meningkatkan antusiasme mereka dalam belajar, tetapi juga mendorong mereka untuk berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa metode BERKUDA MARINIR terbukti efektif dalam meningkatkan keterlibatan dan menumbuhkan rasa nasionalisme siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pendekatan inovatif yang memadukan teknologi, atribut kemerdekaan, dan reward telah berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, interaktif, dan bermakna, serta mendorong siswa untuk lebih aktif dan bersemangat dalam belajar.
Oleh karena itu, metode BERKUDA MARINIR sangat direkomendasikan untuk diadaptasi dan diterapkan oleh para guru dan pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan semangat inovasi dan kreativitas, diharapkan para pendidik dapat terus mengembangkan metode-metode pembelajaran yang tidak hanya efektif dalam meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga mampu menumbuhkan karakter dan nilai-nilai positif pada generasi muda, termasuk semangat belajar dan cinta tanah air.
Keberhasilan implementasi metode BERKUDA MARINIR juga bergantung pada kolaborasi antara guru, sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya. Pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru sangat penting untuk memastikan bahwa mereka dapat menggunakan metode ini secara efektif. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan masyarakat juga diperlukan untuk menyediakan sumber daya yang memadai dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi penerapan metode ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, I., Afrizal, A. F., & Wahyuni, N. I. (2023). Kepraktisan Penggunaan Aplikasi Quizizz Paper Mode Sebagai Media Dalam Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Pancasila Kelas V di SD Negeri Lemahireng 05. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(10), 3. https://jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id/index.php/MAJIM/article/view/1148
Azizah, B. Y., Hermawan, I., & Farida, N. A. (2023). Penggunaan Aplikasi Quizizz Paper Mode dalam Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Islam Tarbiyyatul Falah Karawang. SALIHA: Jurnal Pendidikan & Agama Islam, 6(2), 281–300. https://doi.org/10.54396/saliha.v6i2.782
Istianah, A., Maftuh, B., & Malihah, E. (2023). Konsep Sekolah Damai: Harmonisasi Profil Pelajar Pancasila Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Education and Development, 11(3), 333–342. https://doi.org/10.37081/ed.v11i3.5048
Nahak, H. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara. Sosiologi Nusantara, 5(1), 65–67. Yanuardianto, E. (2020). Pembelajaran Edutainment Dalam Penanaman Karakter Cinta Tanah Air Pada Anak Usia Dini di Sekolah Dasar. EDUCARE: Journal of Primary Education, 1(3), 221–242. https://doi.org/10.35719/educare.v1i3.11
Inovasi My Life Map sebagai Asesmen Awal Nonkognitif di Tahun Ajaran Baru Kurikulum Merdeka
Oleh: Syafaruddin Marpaung, S.Pd., M.Hum
Guru SMA Negeri 2 Kota Tanjungbalai
Pendahuluan
Teknologi yang berkembang pesat menuntut guru untuk selalu beradaptasi. Guru harus selalu menemukan cara-cara baru yang lebih efektif dalam menyampaikan materi kepada siswa. Inovasi dalam pembelajaran memungkinkan guru untuk menciptakan lingkungan belajar dinamis dan interaktif. Inovasi juga dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Selain itu, inovasi membantu guru menghadapi berbagai tantangan pendidikan, seperti kebosanan siswa dan ketidaksiapan dalam menerima materi di tahun ajaran baru. Dengan mengembangkan inovasi pengajaran yang kreatif dan relevan, guru tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan (Amalia, 2022). Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru untuk merancang inovasi pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa.
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya fleksibilitas dalam proses belajar mengajar. Guru dapat menyesuaikan pendekatan pengajaran dengan karakteristik dan minat siswa. Dengan pendekatan ini, guru dapat mengembangkan materi dan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi dan menarik. Kurikulum Merdeka tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis tetapi juga pada pengembangan keterampilan hidup dan karakter siswa (Aisyah et al., 2023). Kebebasan bereksperimen dengan berbagai inovasi pembelajaran dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan.
Tahun ajaran baru biasanya diawali dengan kegiatan perkenalan diri antara guru dan siswa. Beberapa guru sering meminta siswa untuk menuliskan atau menceritakan pengalaman mereka selama liburan. Ada juga yang langsung memberikan pretes materi kepada siswa. Pendekatan ini sering membuat siswa merasa bosan dan takut, terlebih-lebih jika mereka mengerjakan soal pretes. Mereka masih terbawa suasana liburan sekolah. Oleh karena itu, dibutuhkan kegiatan yang lebih inovatif untuk mengawali tahun ajaran baru.
Salah satu inovasi yang dapat diterapkan mengawali tahun ajaran baru di Kurikulum Merdeka adalah aktivitas My Life Map. Kegiatan ini sebagai strategi asesmen awal nonkognitif. My Life Map memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggambarkan perjalanan hidup mereka, mulai dari masa lalu hingga harapan dan impian di masa depan. Melalui aktivitas ini, guru dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang latar belakang, minat, dan aspirasi setiap siswa. Hal ini sangat berguna untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, My Life Map membantu siswa untuk merefleksikan diri dan menetapkan tujuan belajar. Siswa menjadi lebih termotivasi dan siap menghadapi tahun ajaran baru. Kegiatan ini juga dapat mengurangi kejutan bagi siswa yang masih terbawa suasana liburan. Adaptasi akan dirasakan siswa tanpa merasa terbebani oleh transisi dari liburan ke suasana belajar.
Pembahasan
Asesmen adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk mengevaluasi pencapaian belajar siswa. Dalam Kurikulum Merdeka, asesmen dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu asesmen awal, formatif, dan sumatif. Asesmen awal dilakukan di fase pengenalan pembelajaran untuk mengidentifikasi kemampuan awal, kebutuhan, dan potensi siswa (Elizasri & Ilyas, 2022; Nur Budiono & Hatip, 2023; Watu et al., 2024). Asesmen awal dibagi menjadi dua, yaitu asesmen awal kognitif dan nonkognitif. Asesmen awal kognitif menilai kemampuan akademis siswa, seperti pengetahuan dan keterampilan belajar, sementara asesmen awal nonkognitif menilai aspek-aspek lain seperti motivasi, minat, dan sikap. Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran untuk memantau kemajuan belajar siswa dan memberikan umpan balik yang berguna (Antika et al., 2023; Nurhasanah et al., 2023; Rahman & Ririen, 2023). Asesmen sumatif dilakukan di akhir periode pembelajaran untuk mengevaluasi pencapaian belajar siswa secara keseluruhan. Salah satu bentuk inovatif dari asesmen awal nonkognitif adalah My Life Map.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan My Life Map adalah memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bermakna bagi siswa di awal tahun ajaran. Dengan menggunakan My Life Map, guru dapat mengurangi kejutan siswa terhadap materi pembelajaran yang baru dengan cara yang lebih personal dan menarik. Kegiatan ini dirancang untuk membantu siswa mengekspresikan diri mereka secara kreatif, sehingga mereka dapat merasa lebih nyaman dan termotivasi. Selain itu, My Life Map menawarkan alternatif yang lebih menarik daripada kegiatan bercerita pengalaman liburan yang sudah sering dilakukan. Dengan membuat peta perjalanan hidup, siswa tidak hanya merenungkan masa lalu, tetapi juga menetapkan tujuan untuk masa depan. Hal ini membantu mereka mengembangkan kesadaran dan rasa percaya diri yang lebih kuat. Melalui kegiatan ini, guru dapat menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis dan interaktif.
My Life Map adalah sebuah kegiatan di mana siswa membuat peta perjalanan hidup mereka dari masa lalu hingga masa depan. Konsep ini memungkinkan siswa untuk mengekspresikan diri secara kreatif dan reflektif. Siswa juga menggambarkan dan menuliskan pengalaman, aspirasi, dan tujuan hidup. Pelaksanaan My Life Map di kelas dengan memberikan kertas HVS kosong kepada setiap siswa. Kemudian siswa menulis dan menggambar menggunakan alat tulis seperti pensil, spidol, dan crayon. Guru memberikan panduan tentang elemen-elemen yang dapat dimasukkan, seperti momen penting dalam hidup, pencapaian, dan impian masa depan. Siswa bebas menghias dan mewarnai sesuai dengan kreativitas masing-masing. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini sederhana namun efektif, termasuk kertas HVS, alat tulis, pewarna, dan berbagai dekorasi yang mendukung visualisasi ide-ide mereka.
Langkah-langkah pelaksanaan My Life Map diawali dengan pendahuluan dan inspirasi untuk memotivasi siswa. Pertama, guru menyampaikan kuitpan inspiratif yang relevan untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dalam merancang peta hidup mereka. Kutipan ini berfungsi untuk memberikan pandangan positif dan menggugah pemikiran mereka tentang masa depan. Salah satu contoh kutipan inspiratif adalah : “Kita tidak dapat mengubah dari mana kita berasal, siapa orang tua kita, tapi kita bisa mengubah kehidupan kita 5 atau 10 tahun ke depan. Bagaimana perjalanan hidup kita, itu terserah kita sendiri.” – Anonim.
Selanjutnya, guru dapat memutar video tentang perjalan hidup tokoh inspiratif seperti BJ Habibie. Pemutaran video yang diiringi lagu dapat membangkitkan semangat siswa. Lagu “I Believe I Can Fly” oleh R. Kelly dapat dipilih karena mengandung pesan yang kuat tentang perjuangan, aspirasi, dan keberhasilan. Video dan lagu ini dapat menginspirasi siswa untuk berani bermimpi dan berusaha keras mencapai tujuan mereka. Lagu “I Believe I Can Fly” juga memberikan sentuhan emosional yang mendalam, mendorong siswa untuk percaya pada kemampuan mereka dan meyakini bahwa mereka bisa meraih mimpi-mimpi.

Setelah itu, guru memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang dimasukkan dalam My Life Map. Siswa diajak untuk mencantumkan berbagai elemen penting, seperti momen berkesan, pencapaian, dan impian masa depan. Guru juga menyediakan contoh My Life Map untuk membantu siswa memulai dan memberikan gambaran apa isi dari My Life Map. Dengan panduan yang terstruktur, siswa lebih mudah mengerjakan tugas, dan termotivasi untuk mengekspresikan diri. Siswa secara kreatif dan reflektif membuat peta perjalanan hidup.
Siswa menggambar dan menuliskan kejadian-kejadian yang telah mereka jalani, dimulai dari lahir, masuk TK, SD, SMP, hingga SMA. Siswa juga merencanakan masa depan setelah tamat SMA, seperti masuk perguruan tinggi, atau bekerja. Ada juga yang menuliskan melamar menjadi polisi atau aparat negara lainnya. Rencana hidup hingga menikah, berkeluarga, memiliki anak, cucu, hingga akhir hayat juga dituliskan. Siswa juga dapat menuliskan rencana melakukan ibadah haji atau perjalanan suci sesuai agama mereka.

Selanjutnya, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan diri. Siswa dapat memilih warna, gambar, dan berbagai dekorasi untuk memperkaya peta mereka. My Life Map yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan personal. Kebebasan ini memungkinkan setiap siswa untuk menampilkan kreativitas mereka yang mencerminkan kepribadian, aspirasi, dan perjalanan hidup.
Karena saya guru bahasa Inggris, siswa menuliskan My Life Map dalam bahasa Inggris. Kejadian yang sudah lewat ditulis dalam bentuk Simple Past Tense, kejadian saat ini dalam bentuk Simple Present Tense, dan rencana di masa depan dalam bentuk Simple Future Tense. Secara tidak sadar, siswa juga belajar tentang bentuk waktu melalui kegitan My Life Map. Bagi yang sudah terbiasa, ini mengingatkan kembali penggunaan tenses, sementara bagi yang belum paham, ini menjadi kesempatan untuk mengerti penggunaan tenses dasar dalam bahasa Inggris.

Langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dan presentasi di kelas. Guru mengajak siswa untuk membahas hasil My Life Map mereka secara bersama-sama, memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk berbagi cerita dan pengalaman yang mereka tuangkan dalam peta. Selain itu, beberapa siswa diminta untuk mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas. Presentasi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum dan memperkuat rasa percaya diri mereka. Diskusi dan presentasi juga mendorong interaksi antar siswa, memperkaya pemahaman mereka tentang satu sama lain, dan menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif dan kolaboratif.
Langkah terakhir adalah melakukan refleksi dan evaluasi tentang proses dan hasil kegiatan My Life Map. Guru mengajak siswa untuk merenungkan apa yang telah mereka pelajari selama kegiatan ini, termasuk tantangan yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasinya. Selain itu, guru memberikan umpan balik konstruktif kepada setiap siswa, membantu mereka memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan. Refleksi ini tidak hanya membantu siswa menginternalisasi pembelajaran mereka, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi guru tentang efektivitas metode yang digunakan, sehingga dapat terus memperbaiki pendekatan pengajaran di masa depan.

Refleksi My Life Map tidak hanya membantu siswa menginternalisasi pembelajaran mereka, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi guru tentang efektivitas metode yang digunakan, Hal ini memungkinkan guru memperbaiki pendekatan pengajaran di masa depan. Hasil dari kegiatan My Life Map menunjukkan pengaruh positif terhadap semangat belajar siswa. Melalui kegiatan ini, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar karena mereka merasa lebih terhubung dengan materi yang diajarkan. Selain itu, My Life Map membantu meningkatkan kesadaran diri dan rasa percaya diri siswa. Mereka diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri secara bebas. Kegiatan ini juga membuka peluang bagi penemuan bakat siswa dalam menggambar, melukis, dan mendesain, yang mungkin sebelumnya tidak teridentifikasi. Dengan demikian, My Life Map tidak hanya berfungsi sebagai alat pembelajaran, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan potensi dan keterampilan siswa.
Tidak ada inovasi pembelajaran yang tidak memiliki tantangan dalam pelaksanaannya. Begitu juga dengan kegiatan My Life Map. Beberapa tantangan yang dihadapi adalah manajemen waktu dan perbedaan tingkat kemampuan siswa dalam menggambar dan mengekspresikan diri. Selain itu, keterbatasan alat dan bahan juga dapat menjadi kendala. Untuk mengatasi tantangan ini, solusi yang diterapkan meliputi perencanaan waktu yang lebih matang dengan membagi kegiatan menjadi beberapa sesi, serta memberikan panduan dan dukungan yang lebih intensif kepada siswa yang memerlukan. Guru mengajak siswa untuk berkolaborasi dalam kelompok, saling membantu dan meminjamkan alat tulis. Dengan cara ini, tantangan dalam pelaksanaan kegiatan dapat diatasi, dan tujuan My Life Map dapat tercapai dengan lebih efektif.
Penutup
Secara keseluruhan, kegiatan My Life Map telah terbukti memberikan banyak manfaat bagi siswa. Semangat belajar, kesadaran diri, dan rasa percaya diri siswa semakin meningkat. Kegiatan ini juga berhasil mengidentifikasi dan mengembangkan bakat siswa dalam bidang seni seperti menggambar, melukis, dan mendesain. Keberhasilan kegiatan ini menunjukkan bahwa pendekatan yang kreatif dan personal dalam pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Oleh karena itu, saya mengajak guru-guru lain untuk mencoba kegiatan My Life Map di kelas mereka. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan, kita dapat membantu mereka mencapai potensi dan menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., Arisanti, K., & Yaqin, F. A. (2023). Adaptasi dan Inovasi Madrasah Ibtidaiyah Dalam Menyambut Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(1), 386–393. https://doi.org/10.31949/educatio.v9i1.4583
Amalia, M. (2022). Inovasi pembelajaran kurikulum merdeka belajar Di Era Society 5.0 untuk Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Sosial Sains, Pendidikan, Humaniora (SENASSDRA), 1(1), 1–6.
Antika, W., Sasomo, B., & Rahmawati, A. D. (2023). Analisis Asesmen Diagnostik Pada Model Pembelajaran Project Based Learning di Kurikulum Merdeka SMPN 3 Sine. Pedagogy, 8(1), 253.
Elizasri, & Ilyas, A. (2022). Pelaksanaan Asesmen Diagnostik Non Kognitif dalam Kurikulum Merdeka di MIN 2 Kota Sawahlunto. Jurnal Pustaka Cendekia Pendidikan, 01(01), 44–49. http://pcpendidikan.org/index.php/jpcp/article/view/8
Nur Budiono, A., & Hatip, M. (2023). Asesmen Pembelajaran Pada Kurikulum Merdeka. Jurnal Axioma : Jurnal Matematika Dan Pembelajaran, 8(1), 109–123. https://doi.org/10.56013/axi.v8i1.2044
Nurhasanah, A., Acesta, A., & Simbolon, M. E. (2023). Analisis Kebutuhan Pengembangan Assesmen Diagnostik Non Kognitif Jenjang Sekolah Dasar. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 10(2), 46–54. https://journal.uniku.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/8851
Rahman, K., & Ririen, D. (2023). Implementasi Asesmen Diagnostik Non Kognitif dalam Kebijakan Sekolah. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(5), 1815–1823. https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.3954
Watu, M. F., Sayangan, Y. V., Lawe, Y. U., Ngurah, D., Laksana, L., Guru, P., & Dasar, S. (2024). Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti PENERAPAN ASESMEN DIAGNOSTIK NON KOGNITIF PADA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 11, 615–625.
Menghidupkan Komunitas Belajar Sekolah
Oleh: Lina Puspitaning Rahayu, S.Pd.
Guru SD N Gembongan, Kulon Progo
Pendidik merupakan salah satu faktor penting dalam kemajuan pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa pendidik merupakan pendidik profesional yang memiliki tugas utama berupa mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik baik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, maupun pendidikan menengah. Menurut Undang-Undang tersebut, fungsi pendidik sangatlah vital bagi dunia pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki sejumlah kompetensi untuk menjalankan tugas utamanya sebagai seorang pendidik yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang pendidik agar dapat mendidik peserta didiknya dengan baik.
Keberhasilan peserta didik tidak lepas dari peran dan tanggung jawab pendidik di sekolah. Kualitas pendidik berbanding lurus dengan kualitas peserta didik dan kualitas satuan pendidikan. Apabila Indonesia memiliki pendidik-pendidik yang berkualitas, akan tercipta peserta didik dan pendidikan nasional yang berkualitas. Namun realitanya, masih terdapat pendidik-pendidik yang kompetensinya kurang memadai.
Hasil riset Center Education Regulation and Development Analysis (CERDAS) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa minat baca pendidik Indonesia masih tergolong rendah. Lebih lanjut, survei Bank Dunia pada tahun 2020 menunjukkan bahwa kualitas pendidik di Indonesia berada pada kategori rendah. Tidak jarang dijumpai di dalam satu satuan pendidikan, terjadi kesenjangan kompetensi antarpendidik, khususnya dalam kompetensi profesional. Ada pendidik yang memiliki kompetensi profesional sangat baik dan ada yang masih kurang. Contoh sederhananya, terjadi kesenjangan dalam hal penguasaan teknologi meski diketahui bahwa teknologi memiliki peran sangat penting untuk pembelajaran abad ke-21. Kesenjangan tersebut akan berdampak pada kualitas satuan pendidikan dan pengalaman belajar yang diterima oleh setiap peserta didik.
Kondisi di lapangan juga menunjukkan adanya kendala yang dialami oleh sejumlah pendidik untuk meningkatkan kompetensi profesional, belajar bersama, dan memecahkan permasalahan pembelajaran. Sejumlah permasalahan pembelajaran di kelas dialami oleh pendidik, misalnya rendahnya kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Tidak hanya itu, permasalahan lain seperti tiga dosa pendidikan (kekerasan seksual, intoleransi, dan perundungan) juga harus menjadi perhatian setiap pendidik. Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya membutuhkan solusi dari setiap pendidik di satuan pendidikan.
Komunitas Belajar
Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi pendidik serta permasalahan pembelajaran adalah melalui komunitas belajar. Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 4263 Tahun 2003 tentang Optimalisasi Komunitas Belajar dijelaskan bahwa komunitas belajar merupakan wadah bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk belajar bersama dan berkolaborasi secara rutin, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik. Komunitas belajar merupakan salah satu bentuk realisasi untuk membangun kolaborasi dengan sesama rekan pendidik.
Komunitas belajar dapat dilakukan di tingkat satuan pendidikan, atau disebut komunitas belajar intrasekolah. Pendidik dalam satu satuan pendidikan berkumpul untuk membahas beragam hal yang terkait dengan pembelajaran dan peserta didik. Pertemuan pendidik ini dilakukan secara rutin misalnya satu minggu sekali dengan agenda yang terjadwal dan terstruktur. Selain itu, pertemuan juga dapat dilakukan secara informal antarpendidik di lingkungan sekolah. Sekolah dapat menggunakan rapor pendidikan sebagai bahan untuk menentukan topik pertemuan komunitas belajar. Pendidik dalam satu sekolah dapat menentukan satu akar permasalahan yang direkomendasikan oleh rapor pendidikan. Akar masalah tersebut kemudian dibahas dan dicarikan solusi yang tepat sesuai dengan dukungan dan sumber daya yang dimiliki sekolah.
Dukungan Berbagai Pihak
Berdasarkan SE Dirjen GTK Nomor 4263 Tahun 2023 tentang Optimalisasi Komunitas Belajar juga dijelaskan bahwa peran pendidik, kepala sekolah, dan pengawas sekolah sangat penting terhadap transformasi pembelajaran paradigma baru. Keberhasilan komunitas belajar tidak lepas dari peran ketiga komponen tersebut. Komunitas belajar akan berhasil dan membawa dampak bagi kemajuan pendidikan apabila ketiga komponen tersebut melakukan perannya dengan penuh tanggung jawab.
Dalam komunitas belajar, pendidik tentunya harus memiliki semangat dan kepedulian untuk menggerakkan komunitas belajar. Kedisiplinan pendidik dalam belajar, berbagi dan berkolaborasi di komunitas belajar akan menjadi kunci kelangsungan komunitas belajar. Roh dari komunitas belajar adalah pendidik yang hausilmu sehingga tercipta iklim belajar yang positif untuk kemajuan pendidikan. Beberapa peran pendidik dalam komunitas belajar antara lain menetapkan waktu belajar bersama, berkolaborasi menyelesaikan masalah, berbagi praktik baik yang telah dilaksanakan, dan merefleksikan tindakan-tindakan yang telah dilakukan.
Keberhasilan komunitas belajar intrasekolah tidak lepas dari dukungan dan tanggung jawab dari kepala sekolah. Kepala sekolah bertugas untuk memberi dukungan dan motivasi kepada semua pendidik di satuan pendidikannya untuk dapat konsisten mengikuti komunitas belajar intrasekolah. Kepala sekolah memiliki peran untuk menggerakkan setiap pendidik di sekolahnya agar saling bergerak meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Tanpa dukungan kepala sekolah, komunitas belajar hanyalah sebuah nama, tanpa memiliki misi yang jelas. Kepala sekolah harus menjadi teladan bagi semua pendidik untuk menggerakkan komunitas belajar sehingga membawa dampak bagi kemajuan pendidikan di satuan pendidikan.
Peran pengawas sekolah juga tidak kalah penting dalam terselenggaranya komunitas belajar. Pengawas sekolah berperan untuk melakukan pendampingan kepada seluruh sekolah binaan dan untuk memberikan arahan kepada kepala sekolah dan pendidik tentang pembentukan komunitas belajar intrasekolah. Selain itu, pengawas juga memiliki peran dalam melakukan monitoring dan evaluasi terkait aktivitas komunitas belajar di setiap sekolah binaan. Tujuannya agar para pengawas mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi di komunitas belajar untuk kemudian dicarikan solusi yang tepat.
Manfaat Komunitas Belajar
Kolaborasi melalui komunitas belajar memiliki dampak yang luar biasa apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Komunitas belajar membawa manfaat bagi pendidik, peserta didik, dan sekolah. Bagi pendidik, komunitas belajar dapat menepis kesenjangan kompetensi antarpendidik. Pendidik saling belajar dan mengisi satu sama lain sehingga semua pendidik di satuan pendidikan memiliki kompetensi yang setara. Dengan adanya kesetaraan kompetensi antarpendidik, peserta didik akan memperoleh pengalaman belajar dengan kualitas yang sama, siapapun pendidiknya. Ekosistem dan budaya belajar melalui komunitas belajar pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas dan mutu satuan pendidikan.
Komunitas Praktisi SD Negeri Gembongan
Kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan SD Negeri Gembongan, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY, merupakan orang-orang yang haus ilmu. Sekolah ini rutin melaksanakan pertemuan komunitas belajar setiap satu bulan sekali selama kurang lebih satu tahun. Setiap bulan, komunitas belajar SD Negeri Gembongan membahas beragam hal terkait dengan capaian rapor pendidikan. Seperti misalnya di bulan September 2023, komunitas belajar SD Negeri Gembongan membahas tentang iklim keamanan sekolah yaitu perundungan. Topik ini diambil karena berdasarkan hasil rapor pendidikan, tingkat perundungan di SD Negeri Gembongan masih tinggi. Melalui komunitas belajar, para pendidik di sekolah ini membahas beragam upaya untuk mengurangi perundungan dan berencana untuk menggandeng beberapa pihak, seperti orang tua peserta didik dan tokoh-tokoh agama setempat.
Selain komunitas belajar intrasekolah, SD Negeri Gembongan juga memiliki komunitas belajar daring yang telah terdaftar di Platform Merdeka Mengajar (PMM)dengan nama “Komunitas Praktisi SD Negeri Gembongan”. Komunitas ini memiliki 29 pengikut. Penulis merupakan salah satu penggerak Komunitas Praktisi SD Negeri Gembongan pada PMM. Komunitas Praktisi SD Negeri Gembongan telah mengadakan webinar di PMM dengan topik “Menghijaukan Rapor Pendidikan dengan Penguatan Literasi di Kelas Awal”. Narasumber dalam webinar tersebut yaitu Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo dan dua pendidik SD Negeri Gembongan. Kegiatan webinar tersebut dihadiri kurang lebih 80 peserta. Antusiasme peserta sangat tinggi yang ditunjukkan dengan banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan dan menyambut baik webinar ini.
Salah satu kendala yang dialami oleh komunitas praktisi ini adalah waktu pelaksanaan. Sebelumnya, pertemuan komunitas belajar ini direncanakan setiap Jumat minggu kedua setiap bulan. Namun, rencana tersebut tidak selalu dapat dijalankan karena berbenturan dengan kegiatan lain. Oleh karena itu, pelaksanaannya terkadang mundur dari jadwal yang telah ditetapkan. Meski demikian, kegiatan komunitas belajar ini selalu rutin dilaksanakan setiap bulan.
Kegiatan komunitas belajar membawa dampak positif bagi SD Negeri Gembongan. Pendidik-pendidik bisa belajar banyak hal, termasuk mencoba merefleksikan setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Dari kegiatan refleksi ini, pendidik-pendidik menerima masukan dari sesama rekan pendidik untuk perbaikan pembelajaran. Melalui kegiatan komunitas belajar, pendidik-pendidik juga belajar beragam ilmu dalam menyikapi pembelajaran paradigma baru. Tulisan ini disusun untuk menggambarkan betapa pentingnya komunitas belajar dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidik dan satuan pendidikan. Keberhasilan komunitas belajar tidak lepas dari tanggung jawab dan konsistensi pendidik, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Kemajuan satuan pendidikan tidak lepas dari dukungan para pendidik yang terus belajar sepanjang hayat.
Kisi-Kisi Soal UKG 2015
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menggelar Uji Kompetensi Guru secara online yang dilaksanakan mulai tanggal 9 s.d 27 November 2015 di seluruh wilayah Indonesia. UKG tahun 2015 akan diikuti oleh semua guru dalam jabatan baik guru PNS maupun bukan PNS dengan jumlah jenis soal yang akan diujikan adalah 192 mata pelajaran/guru kelas/paket keahlian/BK. Hasil UKG ini akan menjadi bagian dari penilaian kinerja guru dan disamping itu, hasil UKG juga digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan profesi guru serta pemberian penghargaan dan apresiasi kepada guru.
Mengingat saat ini banyak beredar kisi-kisi soal UKG tahun 2015 di media online yang belum tentu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, maka PPPPTK Matematika dengan ini mengumumkan dan menghimbau kepada seluruh guru agar menggunakan kisi-kisi soal UKG 2015 dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun sumber yang kami rekomendasikan bagi seluruh guru untuk memperoleh kisi-kisi soal UKG tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Ketika Penugasan Kelompok disajikan di selembar Fotocopyan
Oleh : Estina
Beberapa waktu yang lalu kami berkesempatan untuk melakukan observasi pembelajaran di salah satu SD di Jawa Timur. Tepatnya adalah kelas IV SD. Materi yang disampaikan adalah materi penjumlahan dan pengurangan.
Salah satu metode pembelajaran yang dipakai guru pada proses pembelajaran tersebut adalah dengan belajar kelompok menyelesaikan tugas-tugas terkait dengan penjumlahan dan pengurangan.
Pada saat penugasan kelompok ini, guru memberikan satu lembar kertas yang berisi soal ke masing-masing kelompok. Soal antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya berbeda. Kemudian secara kelompok, soal-soal tersebut diselesaikan. Setelah batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal, kemudian guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk menuliskan ke papan tulis jawaban soal tersebut. Pada saat perwakilan masing-masing kelompok menuliskan jawaban di papan tulis, tidak nampak guru meminta siswa untuk menyalin jawaban tersebut, pun demikian tidak ada permintaan guru kepada siswa untuk menyalin tugas kelompok tersebut di buku mereka.
Melihat kondisi demikian, kami sempat berpikir, jika guru hanya memberikan penugasan pada selembar kertas, kemudian juga tidak meminta siswa untuk melihat, dan tidak nampak aktivitas siswa menyalin soal-soal beserta jawabnya, maka siswa tidak memiliki catatan soal-soal tersebut. Sehingga kemungkinan siswa tidak bisa mengulang kembali soal-soal tersebut untuk dikerjakan di rumah. Memang kondisi demikian ada positif dan negatifnya.
Positifnya adalah, waktu pembelajaran cenderung lebih efektif, karena guru tidak menuliskan soal dipapan tulis, tetapi diganti dengan soal pada fotocopyan. Biaya penggandaan cenderung relatif murah, karena satu kelompok yang terdiri dari beberapa siswa hanya mendapatkan satu lembar fotocopyan.
Namun demikian, juga ada dampak negatifnya. Di antaranya adalah tidak semua siswa memiliki salinan dari soal-soal yang diberikan oleh guru, sehingga siswa tidak bisa mengulang kembali soal yang diberikan oleh guru. Variasi soal masing-masing kelompok berbeda, sehingga jika siswa tidak kreatif maka dia tidak akan mendapatkan bank soal dari kelompok lain.
Melihat kondisi demikian, beberapa hal yang dapat dilakukan, sehingga siswa dapat memiliki bank soal dan memiliki referensi belajar di rumah adalah guru meminta siswa untuk menggandakan sendiri soal yang diberikan baik pada kelompoknya maupun kelompok lain, atau guru meminta siswa untuk menyalin soal beserta jawabannya saat wakil kelompok mengerjakan ke depan. Dengan demikian, siswa tetap memiliki catatan pada buku mereka masing-masing dan bisa mengulang kembali pembelajaran saat itu di lain waktu maupun di lain tempat. Mungkin hal ini hal sederhana, akan tetapi jika tidak disikapi dengan tepat maka siswa akan kekurangan referensi belajar.
Pentingnya Analisis Buku Siswa Dalam Implementasi Kurikulum 2013
Oleh : Adi Wijaya
Perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya salah satunya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah. Buku siswa menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Oleh karenanya peran guru sangat penting dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam daerah masing-masing. Dengan demikian, guru sebagai pengendali utama di dalam proses belajar mengajar di kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan guru yang sudah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional. Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal.
Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa Penting?
Oleh : Fadjar Shadiq
Dikenal dua macam penalaran, yaitu penalaran induktif (induksi) dan penalaran deduktif (deduksi). Analogi merupakan bagian dari penalaran induktif. Bagian penalaran induktif lainnya adalah ‘generalisasi’. Penalaran biasanya didefinisikan sebagai kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar. Pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar itu biasanya disebut premis. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa analogi merupakan bagian dari proses penarikan kesimpulan. Secara khusus, tulisan ini akan membahas tentang contoh-contoh analogi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pembelajaran matematika, definisinya, dan kegunaan serta keunggulannya.
Tiga Hal yang Sering Ditanyakan Guru
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Ketika memfasilitasi kegiatan diklat di PPPPTK Matematika ada tiga pertanyaaan yang sering ditanyakan peserta diklat.
Upaya Pemerataan Akses Pendidikan (DIKLAT) Melalui Berbagai Bentuk Kegiatan Diseminasi Hasil Diklat
Oleh: Adi Wijaya
Salah satu permasalahan yang dihadapi P4TK Matematika berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru adalah terbatasnya jumlah kuota diklat setiap tahunnya dibandingkan dengan jumlah guru Matematika yang ada di Indonesia.Dengan demikian peluang untuk dapat mengikuti diklat di P4TK Matematika secara tatap muka langsung sangatlah kecil. Dengan melihat kenyataan ini maka diseminasi atau pengimbasan hasil diklat kepada rekan sejawat di daerah masing-masing memegang peranan penting. Diseminasi hasil diklat dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan penyebarluasan informasi atau hasil yang diperoleh selama mengikuti diklat kepada orang lain yang tidak secara langsung mengikuti diklat. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan berbagai bentuk kegiatan diseminasi hasil diklat yang dapat digunakan sebagai upaya dalam mempercepat pemerataan akses pendidikan khususnya diklat. Berbagai bentuk kegiatan diseminasi hasil diklat yang diutarakan dirancang berdasarkan sasaran diseminasi hasil diklat yang akan dituju.
Diklat Guru Di Era Digital
Oleh : MUH. TAMIMUDDIN H
Sudah beberapa malam Kartiyem seperti tak mau lepas dari laptopnya. Guru matematika di wilayah Lampung Tengah ini hampir setiap saat selalu online. Meski lokasi tinggalnya jauh dari kota besar dan dengan sinyal yang seadanya tak menyurutkan semangatnya untuk belajar melalui Internet. Di pulau lain, tepatnya di Nunukan, Kalimantan TImur yang berbatasan dengan wilayah Malaysia, Maslaeni, yang juga guru matematika, beberapa hari terakhir juga memiliki kebiasaan serupa, sibuk berkutat dengan laptop dan Internet bahkan sampai larut malam. Maslaeni bahkan tak hanya harus berjuang dengan keberadaan sinyal Internet tapi juga dengan keberadaan aliran listrik yang sering padam, kontras dengan wilayah sebelah, yang notabene sudah masuk wilayah negri jiran, yang selalu terang benderang. Kartiyem dan Maslaeni adalah dua orang guru matematika dari ratusan guru lain yang tengah mengikuti kegiatan diklat (pendidikan dan pelatihan) guru matematika secara jarak jauh dan dilakukan sepenuhnya secara online.
Adalah PPPPTK Matematika yang merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mulai menapak lebih serius dalam pemberdayaan guru matematika se-Indonesia dengan mengambil jalur yang non-konvensional ini, dimana kegiatan dilaksanakan online. Untuk mengikuti diklat peserta tidak harus datang secara fisik tapi dengan mengakses situs web yang telah disediakan, yaitu etraining.p4tkmatematika.org.
Diklat E-Training
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, e-learning merupakan alternatif baru yang cukup menjanjikan. Beberapa lembaga pendidikan formal,khususnya perguruan tinggi, mulai memanfaatkan e-learning sebagai media pembelajarannya dan mulai diikuti kalangan lembaga kediklatan-pun mulai memanfaatkan e-learning sebagai media diklat, atau dalam hal ini sering disebut sebagai e-training.Efisiensi biaya dan luasnya jangkauan menjadikan e-training sebagai upaya baru untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan cara memberdayakan guru-guru yang jumlahnya jutaan melalui diklat. Dalam pembukaan kegiatan diklat online yang ditayangkan secara daring melalui situs Youtube, Kepala Pusat PPPPTK Matematika, Prof.Dr.rer.nat. Widodo, M.S. menyinggung mengenai tuntutan bagi guru-guru terutama dengan telah diberlakukannya Permenpan RB No. 16 tahun 2009 pasal 11 disebutkan bahwa guru tidak hanya mengajar dan menilai pembelajaran saja, tetapi guru harus melakukan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovasi. Termasuk dalam pengembangan diri adalah mengikuti diklat. Dengan diberlakukannya peraturan ini maka dipastikan nantinya banyak guru-guru yang harus mengikuti diklat agar kenaikan pangkatnya tidak terhenti. Padahal lembaga diklat seperti PPPPTK Matematika jumlahnya sangat terbatas dengan kapasitas untuk mendiklat guru yang juga tidak sepadan dengan kebutuhan. Sebagai contoh saja, untuk guru bidang studi matematika, ditambah guru sekolah dasar (yang notabene juga harus mengajar matematika) jumlahnya mencapai lebih dari 1,5 juta yang kesemuanya tentu harus terus menerus ditingkatkan baik wawasan keilmuan maupun keterampilan mengajarnya.
Jika hanya mengandalkan diklat konvensional dengan tatap muka saja maka dibutuhkan waktu puluhan tahun agar semua guru merasakan diklat. Selain jumlah sasaran masalah lainnya adalah biaya penyelenggaraan yang pasti akan sangat besar.
Kualitas dan Jangkauan
Dari sisi konten, ketersediaan materi secara digital akan menjamin materi sesuai standar. Peserta diklat dari wilayah manapun akan dapat memperoleh materi yang sama persis. Yang menjadi tantangan terbesar dari diklat semacam ini adalah bagaimana menjamin proses pembelajaran sesuai yang direncanakan, termasuk mencegah adanya kecurangan. Untuk itu evaluasi pembelajarannya harus dilakukan dengan khusus.
Sementara itu sebaran peserta ternyata cukup merata. Kekhawatiran awal bahwa guru-guru akan kesulitan mengikuti diklat seperti ini, mengingat faktor jangkauan internet dan rendahnya literasi TIK ternyata tidak sepenuhnya benar. Banyak guru-guru berinisiatif mengusahakan akses Internet sendiri, mengingat sekolah tidak tersedia atau tidak maksimal. Seringkali peserta juga harus pintar-pintar menyiasati keterbatasan, misalnya mengakses materi saat tengah malam dimana koneksi lebih cepat.Dari tulisan-tulisan peserta yang dipublikasikan di blog masing-masing, serta respon dan interaksi di forum diskusi, sebagian besar guru peserta diklat merasa sangat terbantu dan memperolah banyak manfaat dengan mengikuti diklat ini, meskipun semua proses dilakukan tanpa tatap muka sama sekali.
Jumlah sasaran yang lebih banyak, jangkauan lebih luas, biaya yang lebih efisien dan pelaksanaan yang fleksibel membuat e-training menjadi salah satu alternatif yang cukup menarik bagi peningkatan mutu guru yang nantinya diharapkan akan berimbas bagi peningkatan mutu pendidikan secara umum. Dengan e-training, Kartiyem, Maslaeni dan ribuan guru lain akan dapat meningkatkan kompetensi dengan lebih mudah bahkan tanpa harus meninggalkan kewajiban utamanya, yaitu mengajar di kelas.