Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan Tema Gaya Hidup Berkelanjutan
Oleh: Mita Septiana
SMP Muhammadiyah 10 Kota Yogyakarta, DIY
A. PENDAHULUAN
Implementasi kurikulum merdeka telah berjalan kurang lebih tiga tahun di Indonesia dan memberikan warna yang lebih eksploratif pada sistem pendidikan nasional kita. Pelaksanaan kurikulum merdeka terbagi tiga waktu pelaksanaan yaitu intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan pembelajaran intrakurikuler memliki ragam dan konten agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Hal ini disebabkan ada keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar dimiliki oleh guru sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik (Kemendikbudristek, 2022). Untuk mengoptimalkan konsep dan keilmuan oleh peserta didik maka perlu penguatan atau disebut dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Pelaksanaan P5 berbasis pada proyek (project-based learning). Pembeda pembelajaran berbasis proyek dalam program intrakurikuler di dalam kelas. P5 memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam profil pelajar Pancasila. Dengan harapan adanya P5 ini satuan pendidikan dapat menyiapkan peserta didik lebih peduli pada mengatasi persoalan sendiri dan adaptif terhadap perubahan lingkungannya.
Ada delapan tema dalam P5, tetapi dalam artikel ini tema yang diangkat adalah gaya hidup berkelanjutan. Hal yang menjadi pertimbangan dalam mengangkat tema di atas adalah persoalan yang mendasar di sekitar sekolah dan lingkungan masyarakat yaitu tentang pengelolaan sampah. Nampak sampah dianggap hal yang sepele, tetapi jika tidak ditangani secara serius akan membawa bencana dan keberlangsungan kehidupun ekosistem lingkangan kita, seperti pencemaran air, tanah, dan udara. Salah satu fakor penyebabnya adalah membuang sampah sembarang tempat. Mengatasi masasalah lingkungan tidak hanya mengatasi satu persoalan, tetapi multi dimensi seperti membangun pemberdayaan dan kesadaran masyarakat, ekonomi, efiseinsi, dan akan meneruskan hidup keberlanjutan. Oleh karena itu, penanaman kesadaran ini harus dimulai di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan kerja. Hal itu berhubungan dengan aktivitas manusia terhadap kelangsungan kehidupan, khususnya di lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, paling tidak, di level sekolah segera membangun budaya tata kelola sekolah yang bermatabat dengan melibatkan semua komunitas sekolah. Dampak baik pengelolaan sampah dengan P5 akan membawa dampak pada pengurangan resiko kerusakan lingkungan, menambah keindahan lingkungan sekolah, siswa diajak kritis mampu mengelola secara inovatif yang dapat memberikan dampak ekonomi untuk para siswa.
Di SMP Muhammadiyah di Kota Yogyakarta, yaitu SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta telah mengambil gaya hidup berkelanjutan. Hal tersebut penting untuk diteliti karena di zaman sekarang siswa berhadapan dengan problematika limbah sampah dan ditantang untuk bisa ikut andil dalam pengolahan sampah yang bernilai guna. Melalui proyek tersebut, siswa diharapkan akan mengembangkan secara spesifik tiga dimensi profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, serta bergotong-royong.
P5 tema gaya hidup berkelanjutan ini penting karena siswa adalah generasi penerus bangsa dimasa depan. Masa depan siswalah sebagai agen perubahan yang bisa menjaga lingkungan dan menjadi bagian dari pelaksanaan SDG’s (sustainable development goals) yang menjadi acuan pembangunan di Indonesia, termasuk dalam bidang pendidikan (Makrifah et al., 2023). Hasil penelitian Rachmawati (2022) menunjukkan bahwa P5 menjadikan nuansa baru dalam pendidikan di Indonesia saat ini, yang mana dengan adanya alokasi waktu terpisah membuat guru lebih bisa berinovasi merencanakan proyek sesuai pemilihan dimensi dan karakteristik peserta didik. Selain itu, juga memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menjalankan proses pembelajaran yang berorientasi pada proyek. Namun, tidak dipungkiri adanya perubahan kurikulum baru ini diperlukan kerjasama, komitmen yang kuat, kesungguhan dan implementasi nyata dari semua pihak, sehingga profil pelajar pancasila dapat tertanam pada diri peserta didik.
Tujuan mengimplementasikan P5 tema gaya hidup berkelanjutan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta untuk mengetahui keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam membangun mutu lulusan dalam kurikulum merdeka melalui program sekolah penggerak (PSP). Keberhasilan melaksanakan PSP sangat tergantung peran kepemimpinan kepala sekolah. Oleh sebab itu, syarat yang harus dimiliki kepala sekolah tidak hanya memiliki kualifikasi saja tetapi perlu kecakapan lainya seperti, kecakapan manajerial, leardeship, dan intraneurship untuk membangum sekolah unggul dan mutu yang pada akhirnya percontohan untuk sekolah sekitarnya.
PSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia yaitu terciptanya pelajar Pancasila yaitu pelajar yang memiliki berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Melalui PSP berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi dan karakter yang diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru) (Syafi’i, 2021). Setelah keberhasilan mewujudkan PSP tersebut, kepala sekolah juga dituntut untuk mampu memimpin dalam pelaksanaan IKM yang didalamnya memuat P5.
B. DESKRIPSI HASIL PEMBAHASAN P5
- Hasil Implementasi (P5) Gaya Hidup Berkelanjutan
Hasil pelaksanaan kegiatan P5 tema gaya hidup berkelanjutan yaitu sampah membawa berkah. Pelaksanaan P5ini dimulai dari tahap pengenalan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan setiap tahap P5 memiliki tujuan masing-masing dan dapat diambil esensinya oleh para siswa.
Tahap pengenalan bertujuan agar siswa mengenali dan memahami sampah sebagai faktor penyebab pencemaran lingkungan khususnya sampah plastik yang sulit teruraikan. Saat ini semakin banyak di lingkungan sekitar kita. Para siswa akan memahamai bahwa sampah akan membahayakan kesehatan dan kelangsungan hidup manusia atau lingkungan.
Setelah tahap pengenalan, siswa masuk dalam tahap kontekstualisasi dengan melakukan riset terpadu dan mandiri, serta melihat konteks lingkungan sekitar yang berkaitan dengan potensi pencemaran lingkungan oleh sampah plastik. Selama proses proyek ini berjalan, siswa tidak hanya membentuk pengetahuan, tetapi juga membangun kesadaran dan melakukan penyelidikan secara kritis sehingga pada akhirnya dapat merencanakan solusi aksi dari situasi yang telah mereka ketahui dan pahami. Pada tahap ini, siswa menuangkan aksi nyata mereka dengan melakukan pengelolaan sampah dan menjadi gaya hidup serta mampu menyuarakan bagi komunitas sekolah agar terbangun kesadaran yang lebih luas. Selain itu, juga merencanakan beberapa solusi program sekolah agar komunitas sekolah dapat berkontribusi untuk mengurangi sampah plastik dan pengelolaan sampah menjadikan berkah untuk siswa lain bagi yang membutuhkannya seperti membantu pembayaran sekolah.
Indikator keberhasilan capaian penilaian (CP) yang terdapat di dalam tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila (P3) tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 1. Indikator Keberhasilan Capaian Penilaian
No | Dimensi P5 | Elemen P5 | Sub-elemen P5 | Target Pencapaian di Akhir |
1 | Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia | Akhlaq terhadap Alam | Memahami Keterhubungan Ekosistem Bumi | Memahami konsep sebab-akibat di antara berbagai ciptaan Tuhan dan mengidentifikasi berbagai sebab yang mempunyai dampak baik atau buruk, langsung maupun tidak langsung, terhadap alam semesta |
Menjaga Lingkungan Alam Sekitar | Memahani dan menjaga Lingkungan Alam Sekitar | Mewujudkan rasa syukur dengan berinisiatif untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan alam sekitarnya dengan mengajukan alternatif solusi dan mulai menerapkan solusi tersebut | ||
Akhlaq terhadap Manusia | Memahami hubungan silaturahmi sesama manusia | Mewujudkan hubungan baik antara siswa, guru, dan masyarakat lainnya, menumbuhkan sikap sopan santun terhadap sesama, dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat | ||
2 | Bernalar Kritis | Berfikir dengan bernalar | Mengajukan pertanyaan | Mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi dan interpretasi informasi, serta mencari tahu penyebab dan konsekuensi dari informasi tersebut |
Berfikir kritis | Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasan | Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan menganalisis informasi yang relevan serta memprioritaskan beberapa gagasan tertentu | ||
Evaluasi mandiri | Mengidentifikasi, merefleksi dan mengevaluasi secara mandiri | Membuktikan penalaran dengan berbagai argumen dalam mengambil suatu kesimpulan atau keputusan | ||
3 | Gotong Royong | Berbagi | Menumbuhkan rasa saling tolong menolong, dan rendah hati | Mengupayakan memberi hal yang dianggap penting dan berharga kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan di sekitar tempat tinggal |
Berdasarkan tabel indikator keberhasilan capaian penilaian, penilaian kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan P5 tersebut dilakukan oleh guru dalam bentuk Rapor P5. Nilai diambil berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan siswa dalam P5 dan pengerjaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) selama pelaksanaan P5.
2. Hasil Kepemimpinan dalam Membangun Mutu Lulusan dalam Kurikulum Merdeka
Tercapainya mutu lulusan yang berkualitas tidak lepas dari pengaruh seorang pemimpin di sekolah. Sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian termasuk didalamya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana (motor penggerak) dalam rangka menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta tidak merasa terpaksa merupakan pengertian kepemimpinan (Achmad, 2016). Pemimpin yang menjadi kunci pokok keberhasilan siswa yaitu guru sebagai pemimpin siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut karena guru adalah orang yang memiliki kedekatan tinggi dengan siswa dan menjadi pemimpin bagi siswa di sekolah (K & Riani, 2020). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2012) juga menyatakan bahwa kunci mutu pendidikan nasional terletak pada mutu pendidikan (sekolah) dan kunci mutu sekolah terletak pada mutu kegiatan belajar mengajar di kelas. Mutu kegiatan belajar mengajar pada akhirnya diukur dari mutu hasil belajar yang dicapai siswa.
Berhasil tidaknya siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak lepas dari peran seorang guru. Akan tetapi, kinerja guru yang berkualitas dalam melaksanakan tupoksinya tidak lepas pula dari peran kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan mutu karena tanpa kepemimpinan yang baik proses peningkatan mutu tidak dapat dilakukan dan diwujudkan (Ivan Fanani Qomusuddin & Ubun Bunyamin, 2020). Kepemimpinan kepala sekolah menjadi indikator keberhasilan sekolah tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan serta dalam menciptakan mutu lulusan yang berkualitas.
Sekarang ini, siswa dihadapkan dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Perkembangan teknologi tersebut ada dampak positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi kesehatan mental siswa maupun mempengaruhi kualitas pendidikan. Jika siswa tidak bisa mengendalikan dampak perkembangan teknologi ini, seperti telah kecanduan game online atau melihat hal-hal yang negatif dari gadget maka kesehatan mental siswa akan menurun yang dapat mempengaruhi kualitas akademik siswa pula. Dengan demikian, pemerintah melaluli kebijakan baru dalam penerapan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka memiliki tujuan untuk mengemas konsep pembelajaran yang menyenangkan dan memanfaatkan perkembangan digitalisasi untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang berkualitas serta menciptakan mutu lulusan yang berkualitas pula. Hal tersebut, selaras dengan yang diungkapkan oleh Nasution (2021) bahwa kurikulum merdeka belajar ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia dan tujuan merdeka belajar adalah agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia pula. Kurikulum merdeka menciptakan pembelajaran aktif dan kreatif (Malikah et al., 2022, p. 5913). Dalam kurikulum merdeka konsep pembelajaran yang menyenangkan, aktif, dan kreatif salah satunya dengan memberikan kegiatan proyek kepada siswa yaitu Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Implementasi pelaksanaan P5 yaitu dapat menciptakan lulusan yang berkualitas dengan terbentuk dari implementasi nilai-nilai yang tertanam dalam pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, serta kreatif. Profil Pelajar Pancasila yang dibentuk dari implementasi kurikulum merdeka di sekolah ingin membekali siswa dengan nilai-nilai tersebut agar dapat membudaya dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk bekal di masa depan.
Dengan demikian, siswa yang memiliki bekal nilai-nilai dalam Profil Pelajar Pancasila akan memiliki kualitas unggul untuk bekal hidup di masa yang akan datang.
a. Mendukung kebijakan Pemerintah Mengikuti PSP
Kepala sekolah di SMP Muhammdiyah 10 Kota Yogyakarta dinilai berhasil mendukung program P5 sebab kepala sekolah mampu dan berupaya meningkatkan perkembangan hasil pembelajaran siswa yang sesuai dengan kompetensi dan karakter pelajar Pancasila. Sebelumnya sekolah belum efektif melaksanakan pembentukan karakter siswa karena lebih fokus pada hasil akademik. Sebagai upaya untuk melanjutkan dan mengembangkan kebijakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui kebijakan kemenristekdikti nomor 371/M/2021 (2021) menginisiasi Program Sekolah Penggerak. Dalam hal ini kepala sekolah berupaya mendorong satuan pendidikannya melakukan transformasi diri untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, kemudian melakukan pengimbasan ke sekolah lain untuk melakukan peningkatan mutu serupa.
b. Mendukung program Pemerintah Mengikuti Kurikulum Merdeka.
Kemampuan kepala sekolah pada lini ini dinalai berhasil secara efektif, sebab kurikulum merdeka yang dibuat sekolah dibuat untuk menyempurnakan kekurangan dalam implementasi kurikulum 2013, apalagi ketika masa pandemi Covid-19 siswa mengalami lost learning. Kurikulum merdeka yang dibuat sekolah sebagai upaya mengejar dan mengatasi lost learning sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang cepat beradaptasi dengan perkembangan dan kemajuan tatanan kehidupan dunia yang menuntut serba cepat (Hilmin et al., 2022). Kepemimpinan yang sukses dalam membangun mutu lulusan salah satunya yaitu dengan mengimplementasikan kebijakan penerapan kurikulum merdeka yang telah dianjurkan oleh pemerintah tersebut.
Keberhasilan pelaksanaan program terkait mendukung program pemerintah yaitu mengikuti kurikulum merdeka ini juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah. Kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai motivator dalam hal melaksanakan strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada guru dalam melaksanakan kurikulum merdeka di pembelajaran.
c. Mengadakan Kegiatan sesuai Karakteristik Sekolah dan Siawa.
Program ini efektif dilaksanakan karena kurikulum merdeka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk berinovasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada siswa. Lokus ini trenyata mampu mengatasi permasalahan di sekolah sebab pada saat ini pembelajaran masih berfokus pendekatan teachers center. Dengan penerapan konsep merdeka belajar pada kurikulum merdeka sekolah dapat memberikan kebebasan dalam menentukan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik sekolah serta siswa. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar atau media/sumber belajar ajar variatif sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik (Kemendikbudristek, 2022). Hasil implimentasi P5 pada PSP ini didukung pendapat Marisa (2021) yang menyatakan bahwa kurikulum merdeka belajar ini berkaitan dengan bagaimana seorang pendidik mampu menyampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan pada pembentukan karakter peserta didik.
Keberhasilan pelaksanaan program terkait mengadakan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik sekolah dan peserta didik ini juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah tersebut. Kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai manager (pengelola) yang merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan sekolah agar tercapai sesuai tujuan. Keberhasilan pelaksanaan program ini juga karena pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya yaitu menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Dalam gaya kepemimpinan demokratis tersebut guru didorong untuk berbagi ide dan pendapat meskipun pemimpin mempertahankan keputusan akhirnya (Cherry, 2006). Dengan begitu guru lebih terlibat dalam proses dan lebih termotivasi dan kreatif dalam memberika ide kreatif dalam membuat kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa dan sekolah.
d. Memanafaat Sunber Daya Sekolah Potensial
Program ini efektif dilaksanakan karena pengembangan sumber belajar yang baik harus disesuaikan dengan kondisi sekolah serta karakteristik siswa dalam sekolah tersebut. Hal ini lebih efektif diterapkan karena untuk mengatasi pengembangan sumber belajar yang tidak sesuai atau tidak relevan dengan potensi wilayah dalam sekolah tersebut. Kurikulum merdeka dalam hal ini memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan di masing-masing sekolah yaitu guru, dan peserta didik dapat mengembangkan pembelajaran (Hamzah, 2022).
Salah satu keberhasilan PSP adalah kebijakan dan penataan serta memanfatkan berbagai fasilitas sumber belajar untuk mendukung proses pembelajaran. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah. Hasil kajian ini sependapat dengan pernyataan (Mukayat, 2021) bahwa kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai manager dalam merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaan program agar dapat mencapai tujuan, serta sebagai leader yang memberikan petunjuk kepada guru dalam menggunakan sumber belajar yang tepat. Keberhasilan pelaksanaan program ini juga tidak lepas dari gaya kepemimpinan delegatif (Laissez-Faire) kepala sekolah (Cherry, 2006). Guru diberikan kebebasan untuk membuat keputusan terkait penggunaan sumber belajar yang tepat yang telah tersedia di sekolah yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran.
e. Penerepan Prinsip-Prinsip Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler serta Pelaksanaan Proyek.
Kebijakan sekolah pada kegiatan ini dinilai efektif dilaksanakan sebab relevan dengan pelaksanaan kurikulum merdeka yang memuat salah satu kegiatan P5). Tujuan kegiatan P5 tersebut yaitu fokus pada penanaman karakter siswa yang dapat membudaya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan P5 tersebut efektif dalam mengatasi permasalahan di sekolah sekarang ini yang belum fokus pada penanaman karakter siswa tetapi lebih fokus pada akademik siswa. Hal ini sesuai dengan struktur kurikulum merdeka jenjang SMP atau fase D. Struktur kurikulum merdeka, khususnya jenjang SMP atau fase D terdapat dua struktur yaitu pembelajaran intrakurikuler dan Projek P5 adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya (Sufyadi et al., 2021, p. 6).
Keberhasilan pelaksanaan program terkait menggunakan prinsip pelajar Pancasila dalam pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler maupun kegiatan proyek ini juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah. Kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai motivator dalam hal melaksanakan strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai prinsip pelajar Pancasila. Kepala sekolah juga berperan sebagai leader dalam hal melakukan pengawasan dan memberikan petunjuk dalam pelaksanaan pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan proyek yang sesuai prinsip pelajar Pancasila. Keberhasilan pelaksanaan program ini juga karena pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah demokratis (Cherry, 2006) karena guru dalam melaksanakan pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan proyek diberikan kebebasan untuk menyampaikan ide serta kreativitasnya.
f. Meningkatkan Kualitas SDM dengan Kegiatan Pelatihan dan Bimbingan Teknis (Bimtek) sesuai dengan Perkembangan Kurikulum Merdeka.
Program kepala sekolah ini efektif dilaksanakan karena program bimtek dapat meningkatan skill guru, apalagi dalam pengembangan yang sesuai dengan kurikulum merdeka. Guru perlu mendapatkan banyak pengetahuan melalui kegiatan pelatihan-pelatihan tersebut. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2016) bahwa pelaksanaan pembelajaran dipengaruhi oleh sekitarnya diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki implikasi terhadap peningkatan kualitas guru yang berdampak terhadap proses belajar mengajar. Dengan adanya peningkatan mutu guru maka akan berdampak terhadap mutu lulusan atau output dan outcome. Dalam proses belajar mengajar guru memegang peran yang sangat penting karena kunci utama didalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah mutu para gurunya.
Keberhasilan pelaksanaan program terkait meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan pelatihan atau bimtek sesuai dengan perkembangan kurikulum merdeka juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai inovator keberhasilan pelaksanaan program sekolah. Kepala sekolah sebagai inovator mampu menentukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai motivator dalam hal melaksanakan strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada guru dalam mengikuti pelatihan. Keberhasilan pelaksanaan program ini juga karena kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan birokrasi (Mattayang, 2019). Kepala sekolah dengan tegas memerintahkan guru untuk mengikuti pelatihan dan bimtek guna menunjuang profesionalisme guru dalam pembelajaran, khususnya terkait penerapan kurikulum merdeka. Pelaksanaan pelatihan tersebut juga demi kebaikan para guru dalam meningkatkan kemampuannya.
g. Mengoptimalkan Sarana dan Prasarana dalam Mendukung Kegiatan Pembelajaran maupun Kegiatan Proyek Siswa.
Kebijakan sekolah ini juga dinilai efektif dalam pelaksanaannya karena tercapainya suatu program atau kegiatan salah satunya dengan tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Untuk sekolah penggerak, pemerintah juga telah memberikan bantuan BOS Kinerja yang dapat digunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran maupun kegiatan P5. Untuk meningkatkan lulusan yang berdaya saing pun dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung (Endaryono et al., 2021). Pendapat lain yang mendukung pernyataan ini yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Megasari (2014) bahwa pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan sangat penting dikelola dengan baik karena sarana prasarana merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen pendidikan. Fungsi pengelolaan sarana dan prasarana sangat mendasar sekali dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikator proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.
Keberhasilan pelaksanaan program terkait mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam mendukung kegiatan pembelajaran maupun kegiatan proyek siswa ini juga tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) dalam memberikan petunjuk serta pengawasan dalam pengoptimalan sarana dan prasarana (Munajat, 2021). Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai administrator karena bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian, secara keseluruhan keberhasilan pelaksanaan program sekolah karena didukung dari peran kepala sekolah sebagai penanggung jawab keterlaksanaan program-program sekolah tersebut.
C. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tema ini relevan dengan kehidupan di zaman sekarang karena siswa berhadapan dengan problematika limbah sampah dan ditantang untuk bisa ikut andil dalam pengolahan sampah yang bernilai guna. Melalui proyek tersebut, siswa diharapkan akan mengembangkan secara spesifik tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, serta bergotong-royong.
Dengan demikian, keterlaksanaan berbagai program tersebut bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan sesuai profil pelajar Pancasila yang dapat diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga untuk membangun mutu lulusan yang berkualitas. Maka dari itu, kepemimpinan yang sukses dalam membangun mutu lulusan dalam kurikulum merdeka ini sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan mutu sekolah pula.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. K. (2016). Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1, 115–126. https://doi.org/10.24952/ibtidaiyah.v2i1.5622
Cherry, K. (2006). Leadership style. Retrieved From. https://psychology.about.com/od/leadership/
Endaryono, B. T., Wasliman, I., Iriantara, Y., & Sauri, U. S. (2021). Gaya kepemimpinan demokratis kepala smk dalam meningkatkan mutu lulusan berdaya saing di smk bina mandiri dan smk karya guna 2 kota bekasi. JABE (Journal of Applied Business and Economic), 7(3), 357. https://doi.org/10.30998/jabe.v7i3.9125
Ginting, R., & Haryati, T. (2012). Kepemimpinan dan konteks peningkatan mutu pendidikan. Jurnal Ilmiah CIVIS, II(2), 1–17.
Hamzah, M. R. (2022). Kurikulum merdeka belajar sebagai wujud pendidikan yang memerdekakan peserta didik. Arus Jurnal Pendidikan (AJUP), 2(3), 221–226.
Hilmin, H., Noviani, D., & Nafisah, A. (2022). Kebijakan pemerintah daerah dalam penerapan kurikulum merdeka. Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 2(2), 148–162. https://journal.amikveteran.ac.id/index.php/Khatulistiwa/article/view/565
Ivan Fanani Qomusuddin, & Ubun Bunyamin. (2020). Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap kinerja guru. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(2), 61–76. https://doi.org/10.36418/japendi.v1i2.3
K, K., & Riani, R. (2020). Kepemimpinan guru di sekolah. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah …, XI(2), 84–92. https://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/gm/article/view/453
Kemendikbudristek. (2022). Buku Saku: Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi, 9–46. http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/25344
Makrifah, A. N., Harsiatib, T., & Mashfufahb, A. (2023). Penerapan assessment for learning dalam projek penguatan profil pelajar pancasila (p5) tema gaya hidup berkelanjutan di kelas 1 sd. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(2), 369–378.
Malikah, S., Winarti, W., Ayuningsih, F., Nugroho, M. R., Sumardi, S., & Murtiyasa, B. (2022). Manajemen pembelajaran matematika pada kurikulum merdeka. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5912–5918. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3549
Marisa, M. (2021). Inovasi kurikulum “merdeka belajar” di era society 5.0. Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidiikan Dan Humaniora), 5(1), 72. https://doi.org/10.36526/js.v3i2.e-ISSN
Mattayang, B. (2019). Tipe dan gaya kepemimpinan: Suatu tinjauan teoritis. JEMMA | Journal of Economic, Management and Accounting, 2(2), 45. https://doi.org/10.35914/jemma.v2i2.247
Megasari, R. (2014). Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di smpn 5 bukittinggi. Jurnal Administrasi Pendidikan FIP UNY, 2(1), 636–648.
Mendikbudristek. (2022). Keputusan menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi republik indonesia nomor 56/m/2022 tentang pedoman penerapan kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran. In Menpendikbudristek (pp. 1–112). Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. jdih.kemendikbud.go.id
Munajat, J. (2021). Manajemen kepemimpinan kepala sekolah untuk pengembangan profesionalisme guru suatu upaya untuk membangkitkan kepedulian para pemangku kepentingan pendidikan di sekolah (E. T. Rukmansyah (ed.); I). Bintang Pustaka Madani.
Nasution, S. W. (2021). PROSIDING PENDIDIKAN DASAR: Assesment kurikulum merdeka belajar di sekolah dasar. MAHESA Research Center, 1(1), 135–142. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.181
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek penguatan profil pelajar pancasila dalam Impelementasi kurikulum prototipe di sekolah penggerak jenjang sekolah dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3613–3625. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2714
Sufyadi, S., Harjatanaya, T. Y., Adiprima, P., Satria, M. R., Andiarti, A., & Herutami, I. (2021). Panduan pengembangan projek penguatan profil pelajar pancasila (T. Hartini (ed.); I). Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Syafi’i, F. F. (2021). Merdeka belajar: sekolah penggerak. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DASAR “Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0,” November, 46–47.