Home » Posts tagged 'umum'

Tag Archives: umum

Mengenal Kemas Ulang Informasi

Oleh : Sri Pudjiastuti

            Informasi bermakna serangkaian simbol yang dimaknai sebagai pesan, direkam sebagai tanda, atau dikirm layaknya sinyal. Secara konseptual, informasi merupakan pesan (ucapan atau ekspresi) yang disampaikan. Menurut  kamus Meriam-Webster memberikan batasan bahwa informasi itu pengetahuan yang didapatkan tentang seseorang atau sesuatu; fakta atau rinci sebuah subjek.

Apakah yang disebut kemas ulang informasi ( Information Repackaging)? Kemas ulang informasi adalah mengemas informasi kembali, atau mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk lainnya. Kemas ulang informasi bisa berupa perubahan bahasa satu ke bahasa lain, misalnya terjemahan, intepretasi, dan bisa pula berupa perubahan fungsi seperti revisi, ringkasan, analisis, risalah, bahkan anotasi. Jadi tugas pustakawan dalam hal ini adalah bagaimana mengemas kembali informasi atau mentranster dari satu bentuk ke bentuk lain dengan kemasan yang lebih menarik.

Era saat ini menuntut perpustakaan tampil memainkan peran pelayanan penyebaran informasi, pelestarian budaya, dan melakukan kegiatan yang bermanfaat pada kehidupan sosial dan intelektual para pemustaka. Kemas ulang informasi merupakan jawaban dari tanggapan terhadap kemajuan teknologi dan ledakan informasi. Berikut ini adalah poin-poin penting yang berkenaan dengan kegiatan kemas ulang informasi.

download file artikel

Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa Penting?

Oleh : Fadjar Shadiq

Dikenal dua macam penalaran, yaitu penalaran induktif (induksi) dan penalaran deduktif (deduksi). Analogi merupakan bagian dari penalaran induktif. Bagian penalaran induktif lainnya adalah ‘generalisasi’. Penalaran biasanya didefinisikan sebagai kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar. Pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar itu biasanya disebut premis. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa analogi merupakan bagian dari proses penarikan kesimpulan. Secara khusus, tulisan ini akan membahas tentang contoh-contoh analogi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pembelajaran matematika, definisinya, dan kegunaan serta keunggulannya.

download file artikel

 

Hal yang terlupakan saat membuat presentasi

Oleh : Estina Ekawati

Membuat bahan presentasi bagi beberapa orang yang biasa berbicara di depan umum sangat biasa. Namun, terkadang masih banyak hal yang terkadang kita lupakan akan beberapa aturan sederhana ini. Termasuk yang saya alami sendiri.

Sewaktu mengikuti kegiatan Shortcourse on Module Writing Self Study di Plymouth, UK pada tanggal 11 s.d 23 November 2012, salah satu materi yang akan kami terima adalah Getting the Best from Powerpoint dan Using Powerpoint. Awalnya ketika membaca schedule ini kami, (24 peserta shortcourse yang ada adalah sebagian besar Widyaiswara yang sudah menjadi keseharian mereka dengan menyiapkan presentasi dengan Powerpoint ini) kurang semangat. Namun, ketika di kelas menerima materi, yang disampaikan oleh pemateri, Merceedes, College St, Marjon, adalah hal yang jarang kami pertimangkan sebelumnya. Yaitu tentang penyiapan bahan presentasi dan bagaimana membawakan presentasi.

download artikel ” yang terlupakan saat membuat presentasi”

Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar

 

Keberadaan perpustakaan sebagai sarana pendukung di suatu lembaga atau pun sekolah selama ini banyak mendapat sorotan, karena dinilai oleh banyak pihak masih perlu mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya perkembangan perpustakaan itu sendiri dan rendahnya minat pemustaka untuk berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Pengertian perpustakaan secara sederhana adalah salah satu bentuk organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemustaka (misalnya guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya. Dengan memanfaatkan perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi untuk memecahkan berbagai masalah, sumber untuk menentukan kebijakan tertentu, serta berbagai hal yang sangat penting untuk keperluan belajar. Hakikat perpustakaan adalah pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya.

Tujuan kegiatan perpustakaan adalah untuk menumbuhkan minat baca pemustaka, memperkenalkan teknologi informasi, membiasakan akses informasi secara mandiri serta menumbuhkan bakat dan minat pemustaka. Jika dilihat keterkaitannya dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Dilihat dari perannya, perpustakaan merupakan mitra siswa dalam belajar,  memberikan bimbingan/pendidikan kepada siswa dalam menggunakan perpustakaan dan sumber informasi, menyediakan informasi yang up to date (terbaru), menyiapkan ruang belajar, diskusi, dan penelitian. Intinya, perpustakaan merupakan “Sumber Belajar” yang tersedia dari berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah.

Pengertian sumber belajar sendiri menurut Association for Education Communication Technology (AECT) adalah berbagai sumber baik itu berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

Perpustakaan mempunyai peran dan andil yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas masyarakat pendidikan maupun masyarakat umum. Dengan kata lain perpustakaan berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan perpustakaan sebagai sumber belajar, antara lain:

  • Sebagian besar sekolah belum memiliki tenaga pengelola perpustakaan yang tetap
  • Perpustakaan belum difungsikan sebagai penyedia sumber belajar
  • Isi buku-buku wajib dan penunjang belum sesuai kebutuhan belajar
  • Luas ruang, meja, kursi untuk membaca juga belum sebanding dengan jumlah siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah.

Jika ingin dilakukan kajian lebih dalam, sebenarnya peluang untuk lebih memberdayakan perpustakaan telah terbuka. Adanya dasar yang dapat mendukung pengembangan perpustakaan sekolah antara lain:

  1. Adanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan dasar pijkakan kita dan memungkinkan semua lembaga pendidikan formal didukung oleh sarana dan prasarana (termasuk perpustakaan).
  2. Adanya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
  3. UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 23 yang menyebutkan bahwa sekolah perlu mengalokasikan anggaran dana sebesar minimal 5% dari APBS untuk pengembangan perpustakaan.
  4. Adanya metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dimana siswa dituntut untuk mengembangkan, dan memperdalam sendiri materi yang telah disampaikan oleh guru.

Berbagai upaya harus dilakukan untuk memaksimalkan fungsi perpustakaan sebagai sumber belajar, diantaranya:

  • Menyediakan bahan pustaka yang menarik dan sesuai kebutuhan pemustaka
  • Meningkatkan pelayanan perpustakaan agar menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi
  • Menyediakan waktu/jam berkunjung ke perpustakaan dengan memberikan tugas pada siswa sehingga mereka aktif mencari bahan informasi ke perpustakaan.
  • Mengintegrasikan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar.

Peran guru dan pengelola perpustakaan tidak dapat diabaikan dalam keberhasilan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar. Peran guru sangat besar karena guru yang paling sering berinteraksi dan memiliki hubungan langsung dengan siswa dalam pembelajaran dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan perpustakaan dalam proses KBM. Demikian juga dengan peran pengelola perpustakaan. Pengelola perpustakaan merupakan manajer informasi dan penanggung jawab program perpustakaan sekolah sebagai salah satu pelaksana visi dan misi sekolah. Dengan bimbingannya warga sekolah akan melek informasi, dapat menghasilkan karya dan kreasi sehingga terbentuk generasi cerdas dan berkualitas.

Dari uraian singkat  tadi dapat dipastikan bahwa dalam kegiatan belajar di lingkungan sekolah perlu didukung oleh sarana yang memadai. Termasuk didalamnya  perpustakaan sekolah yang berfungsi sebagai sumber belajar siswa. Sebagai sumber belajar perpustakaan sekolah mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Fungsi perpustakaan tersebut akan berjalan dengan baik apabila mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait yaitu penentu kebijakan pada tingkat departemen, tingkat daerah, tingkat sekolah (kepala sekolah, guru, dan pengelola perpustakaan) sehingga tercapai hakikat “Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar”.

 

Daftar Pustaka

Darmono, 2004.  Manajemen dan tata kerja perpustakaan sekolah. Cetakan ke-2. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia

Darmono, 2007. “Pengembangan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar” dalam  Jurnal  Perpustakaan Sekolah, Tahun 1 – Nomor 1 – April 2007

Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang  Standar   Nasional Pendidikan.

Indonesia. Undang-undang No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

Arsidi dkk. Perpustakaan  Sebagai Sumber Belajar. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Tenaga Perpustakaan Sekolah di Jakarta, 2012.

Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar

Oleh : Sri Pudjiastuti

Keberadaan perpustakaan sebagai sarana pendukung di suatu lembaga atau pun sekolah selama ini banyak mendapat sorotan, karena dinilai oleh banyak pihak masih perlu mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya perkembangan perpustakaan itu sendiri dan rendahnya minat pemustaka untuk berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Pengertian perpustakaan secara sederhana adalah salah satu bentuk organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemustaka (misalnya guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya. Dengan memanfaatkan perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi untuk memecahkan berbagai masalah, sumber untuk menentukan kebijakan tertentu, serta berbagai hal yang sangat penting untuk keperluan belajar. Hakikat perpustakaan adalah pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya.

Tujuan kegiatan perpustakaan adalah untuk menumbuhkan minat baca pemustaka, memperkenalkan teknologi informasi, membiasakan akses informasi secara mandiri serta menumbuhkan bakat dan minat pemustaka. Jika dilihat keterkaitannya dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Dilihat dari perannya, perpustakaan merupakan mitra siswa dalam belajar,  memberikan bimbingan/pendidikan kepada siswa dalam menggunakan perpustakaan dan sumber informasi, menyediakan informasi yang up to date (terbaru), menyiapkan ruang belajar, diskusi, dan penelitian. Intinya, perpustakaan merupakan “Sumber Belajar” yang tersedia dari berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah.

Pengertian sumber belajar sendiri menurut Association for Education Communication Technology (AECT) adalah berbagai sumber baik itu berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

Perpustakaan mempunyai peran dan andil yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas masyarakat pendidikan maupun masyarakat umum. Dengan kata lain perpustakaan berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan perpustakaan sebagai sumber belajar, antara lain:

  • Sebagian besar sekolah belum memiliki tenaga pengelola perpustakaan yang tetap
  • Perpustakaan belum difungsikan sebagai penyedia sumber belajar
  • Isi buku-buku wajib dan penunjang belum sesuai kebutuhan belajar
  • Luas ruang, meja, kursi untuk membaca juga belum sebanding dengan jumlah siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah.

Jika ingin dilakukan kajian lebih dalam, sebenarnya peluang untuk lebih memberdayakan perpustakaan telah terbuka. Adanya dasar yang dapat mendukung pengembangan perpustakaan sekolah antara lain:

  1. Adanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan dasar pijkakan kita dan memungkinkan semua lembaga pendidikan formal didukung oleh sarana dan prasarana (termasuk perpustakaan).
  2. Adanya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
  3. UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 23 yang menyebutkan bahwa sekolah perlu mengalokasikan anggaran dana sebesar minimal 5% dari APBS untuk pengembangan perpustakaan.
  4. Adanya metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dimana siswa dituntut untuk mengembangkan, dan memperdalam sendiri materi yang telah disampaikan oleh guru.

Berbagai upaya harus dilakukan untuk memaksimalkan fungsi perpustakaan sebagai sumber belajar, diantaranya:

  • Menyediakan bahan pustaka yang menarik dan sesuai kebutuhan pemustaka
  • Meningkatkan pelayanan perpustakaan agar menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi
  • Menyediakan waktu/jam berkunjung ke perpustakaan dengan memberikan tugas pada siswa sehingga mereka aktif mencari bahan informasi ke perpustakaan.
  • Mengintegrasikan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar.

Peran guru dan pengelola perpustakaan tidak dapat diabaikan dalam keberhasilan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar. Peran guru sangat besar karena guru yang paling sering berinteraksi dan memiliki hubungan langsung dengan siswa dalam pembelajaran dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan perpustakaan dalam proses KBM. Demikian juga dengan peran pengelola perpustakaan. Pengelola perpustakaan merupakan manajer informasi dan penanggung jawab program perpustakaan sekolah sebagai salah satu pelaksana visi dan misi sekolah. Dengan bimbingannya warga sekolah akan melek informasi, dapat menghasilkan karya dan kreasi sehingga terbentuk generasi cerdas dan berkualitas.

Dari uraian singkat  tadi dapat dipastikan bahwa dalam kegiatan belajar di lingkungan sekolah perlu didukung oleh sarana yang memadai. Termasuk didalamnya  perpustakaan sekolah yang berfungsi sebagai sumber belajar siswa. Sebagai sumber belajar perpustakaan sekolah mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Fungsi perpustakaan tersebut akan berjalan dengan baik apabila mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait yaitu penentu kebijakan pada tingkat departemen, tingkat daerah, tingkat sekolah (kepala sekolah, guru, dan pengelola perpustakaan) sehingga tercapai hakikat “Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar”.

Daftar Pustaka

Darmono, 2004.  Manajemen dan tata kerja perpustakaan sekolah. Cetakan ke-2. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia

Darmono, 2007. “Pengembangan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar” dalam  Jurnal  Perpustakaan Sekolah, Tahun 1 – Nomor 1 – April 2007

Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang  Standar   Nasional Pendidikan.

Indonesia. Undang-undang No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

Arsidi dkk. Perpustakaan  Sebagai Sumber Belajar. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Tenaga Perpustakaan Sekolah di Jakarta, 2012.


Psikologi Pertumbuhan model-model kepribadian sehat

 

oleh : rumiati

Fokus utama dari psikologi pertumbuhan adalah mempelajari kodrat manusia dari sisi yang sehat, bukan yang sakit. Tujuannya adalah membuka potensi manusia agar dapat mengaktualisasi diri dan bakat-bakatnya supaya menjadi pribadi yang utuh dan sehat. Berikut ini adalah model-model kepribadian sehat menurut beberapa ahli yang dikutip dari buku Duane Schultz (1991):

  1. Model Allport : Pribadi yang sehat adalah pribadi yang matang, yaitu pribadi yang tidak dikontrol oleh trauma dan konflik masa lalu. Pribadi ini didorong ke depan oleh suatu visi dan visi itu mempersatukan kepribadiaannya serta membawanya melewati tantangan demi tantangan yang terus berubah. Kebahagiaan bukan merupakan tujuan utama. Kebahagiaan hanyalah merupakan hasil sampingan dari proses mencapai tujuan. Pribadi ini akan terus berusaha mencari motif-motif dan tujuan baru begitu tujuan lamanya tercapai. Kriteria kepribadian yang matang adalah: perluasan perasaan diri, hubungan yang hangat dengan orang lain, keamanan emosional, persepsi yang realistik, serta memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas.
  2. Model Rogers : Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi sepenuhnya. Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari pribadi sehat ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih bertindak bebas, kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi ”ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa bersembunyi dibalik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya.
  3. Model Fromm: Pribadi yang sehat adalah pribadi yang produktif yaitu pribadi yang dapat menggunakan secara penuh potensi dirinya. Ada empat segi tambahan dari kepribadian sehat yaitu cinta, pikiran, kebahagiaan, dan suara hati yang produktif. Cinta yang produktif adalah cinta yang memperhatikan serta membantu pertumbuhan dan perkembangan orang lain. Pikiran yang produktif adalah pikiran yang berfokus pada gejala-gejala dan mempelajarinya secara keseluruhan, bukan hanya dalam potongan-potongan. Suara hati yang produktif adalah suara hati yang memimpin dan mengatur dirinya sendiri.
  4. Model Maslow: Sejak lahir manusia didorong untuk memenuhi kebutuhannya yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk memiliki dan kebutuhan cinta serta penghargaan. Kebutuhan itu harus dipenuhi sebelum muncul kebutuhan aktualisasi diri. Dan pribadi yang sehat adalah pribadi yang mengaktualisasi diri yaitu pribadi yang dapat menggunakan bakat, kualitas, dan kapasitas dirinya secara penuh. Ada sejumlah sifat orang yang mengaktualisasi diri antara lain: dapat mengamati realitas secara efisien, menerima orang lain dan diri sendiri, spontan, sederhana, wajar, membutuhkan privasi dan independensi serta memiliki perhatian terhadap masalah-masalah di luar diri mereka.  Para pengaktualisai diri memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaan dan memikul tugas tanggungjawab atas pekerjaan itu secara kreatif.
  5. Model Jung: pribadi yang sehat adalah pribadi yang terindividuasi, yaitu pribadi yang menjadi dirinya sendiri. Mereka mampu mengungkapkan dirinya secara utuh.. Ciri-ciri orang serupa itu adalah adanya penerimaan dan toleransi terhadap kodrat manusia, dapat menerima apa yang tidak diketahui dan misterius, serta memiliki kepribadian universal.
  6. Model Frankl: Pribadi yang sehat adalah pribadi yang mengatasi diri, yaitu memberikan diri sepenuhnya pada suatu tujuan atau seseorang dan terus menerus mencari bukan diri kita tetapi arti hidup kita. Dalam bukunya ”man’s search  for meaning” Frank menyatakan bahwa dorongan fundamental yang ada dalam diri manusia adalah kemauan akan arti. Tanpa memperoleh arti dari kehidupan, tidak ada alasan untuk meneruskan hidup. Sedang arti hidup itu bersifat unik dan khas bagi tiap individu. Sifat-sifat pribadi yang mengatasi diri antara lain: memiliki orientasi ke depan, memiliki komitmen terhadap pekerjaan, mampu memberi dan menerima cinta, bebas memilih langkah tindakan mereka sendiri dan bertanggung jawab terhadap pilihan tersebut.
  7. Model Perls: Pribadi yang sehat adalah pribadi yang berpijak dengan aman pada momen kehidupan sekarang. Mereka dikatakan sebagai orang ‘disini dan sekarang’. Mereka bukan tawanan dari trauma masa lalu atau khayalan masa depan. Ciri-ciri mereka antara lain: Memiliki kesadaran penuh dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa mereka, dapat mengungkapkan perasaan secara terbuka, bersedia memikul tanggungjawab atas kehidupannya sendiri, serta tidak dapat diatur dari luar

Berdasarkan model-model kepribadian sehat menurut ahli-ahli dapat disimpulkan bahwa. pribadi yang sehat adalah pribadi yang tidak pernah berhenti tumbuh. Setiap hari manusia menjalani pengalaman-pengalaman baru dan akibatnya mereka berubah. Orang yang memiliki kesempatan cukup besar mencapai kesehatan psikologis adalah orang-orang yang cukup bebas dan aman dengan dirinya sendiri untuk mengadakan percobaan-percobaan dengan petunjuk berbeda untuk melihat petunjuk mana yang berlaku dalam kehidupan mereka. Model manakah yang paling pas dengan anda?

 

Sumber: Psikologi Pertumbuhan, model-model kepribadian sehat, Duane Schultz, Kanisius:1991

 

Mengenal Sistem Layanan Perpustakaan

 

Secara umum, layanan perpustakaan  mengenal 2 (dua) system yang berbeda, yaitu layanan tertutup (Closed access) dan layanan terbuka (Open access). Layanan tertutup adalah layanan dimana pemustaka tidak dapat mengambil sendiri koleksi bahan pustaka yang dicari. Pemustaka menunjukkan data buku yang diperlukan kepada petugas, lalu petugas akan mencarikan bahan pustaka yang dimaksud. Keuntungan layanan ini adalah koleksi tetap tertata rapid an dapat meminimalisir kehilangan.  Sistem ini banyak digunakan oleh perpustakaan yang koleksinya masih terbatas atau koleksi khusus /non cetak seperti koleksi audio visual yang rentan terhadap kerusakan. Kekurangannya, pemustaka tidak bisa leluasa mencari bahan pustaka yang dimaksud atau mencari alternatif lain dengan subyek yang sama apabila bahan pustaka yang dimaksud tidak ditemui. Pemustaka tidak bebas melihat dan mencari bahan pustaka yang ada sehingga kurang mendukung upaya peningkatan minat baca.

Pada layanan terbuka, pemustaka mencari sendiri bahan pustaka yang diinginkan langsung dari rak atau dibaca di tempat, petugas pelayanan hanya membantu jika diperlukan. Kekurangan system ini adalah tatanan dan susunan bahan pustaka di rak akan mudah berubah, resiko hilang dan rusak juga cukup besar. Akan tetapi kelebihan layanan ini adalah meningkatkan minat pemustaka karena mereka bebas melihat isi, bentuk atau pun ilustrasi yang ada. Layanan ini biasanya berlalu untuk perpustakaan yang mempunyai koleksi dalam jumlah besar serta memiliki sarana prasarana yang menunjang sistem ini, terutama untuk penataan koleksi serta keamanan koleksi.

Jadi untuk memberikan layanan perpustakaan bagi pemustaka, harus dirancang sebaik mungkin dan ditetapkan kebijakan sistem layanan yang digunakan. Tentu saja kebijakan tersebut tidak terlepas dari kondisi dan kemampuan masing-masing baik dari segi fasilitas, sumber daya manusia, jumlah serta macam koleksi yang ada. Ketepatan menentuka kebijakan layanan yang digunakan sangat membantu pemustaka menemukan informasi yang dibutuhkan.

(dari Manajemen Layanan, materi Pelatihan penguatan Kemampuan Tenaga Perpustakaan Sekolah, 2012)

 

Software Pengolah Video Beserta Pendukungnya

 

Beberapa waktu yang lalu ada kunjungan dari teman-teman mahasiswa dan juga beberapa guru ke unit Media Audio Visual. Dari pertemuan tersebut banyak pertanyaan yang muncul mengenai cara mengolah atau mengedit video sehingga menjadi sebuah tontonan yang enak dilihat. Selain itu mereka juga ingin mengetahui proses pembuatan video dari awal hingga berbentuk DVD/VCD kepingan, dan software apa yang digunakan dalam pembuatan video tersebut.

Bagus dan tidaknya sebuah film/video ditentukan oleh bermacam-macam factor. Tetapi pada dasarnya film/video yang bagus adalah yang mampu menyampaikan pesan melalui tayangan gambar secara maksimal dan enak dilihat dan juga bisa membuat pemirsa masuk ke dalam cerita atau alur tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat film/video tersebut. Untuk film/video yang berkaitan dengan materi turorial, alur cerita dalam video harus jelas dan mudah dimengerti.

Film/video yang bagus akan tercipta jika semua proses pembuatan disiapkan dengan bagus. Mulai dari pemilihan tema, ide cerita, penulisan naskah, script, pengambilan gambar, dan juga pemilihan  kameramen, editor hingga kepada pemeran dalam film itu. Tidak ketinggalan juga peralatan produksi yang mendukung dan bisa dioperasikan agar mencapai hasil maksimal.

Untuk pengolahan video, khususnya dalam proses editing banyak software yang bisa digunakan saat ini. Sebenarnya setiap software editing film memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Bahkan saat ini sudah ada freeware portable sehingga tidak perlu menginstal kedalam komputer. Dengan demikian, kapan saja dan kemana saja kita dapat melakukan penyuntingan dengan software yang kecil ukurannya hanya dengan menggunakan flashdisk.

Agar hasil video/film yang kita buat bagus dan menarik tidak cukup dengan menggunakan satu software saja. Beberapa software pendukung sangat diperlukan, misalnya untuk pembuatan grafis, animasi dan efek-efek lain guna menambah keindahan film yang kita buat. Berikut ini beberapa software untuk mengedit video:

1.      Adobe Premiere Pro

2.      Pinacle Studio’s

3.      Edius

4.      Movie Maker

5.      Avid FreeDV

6.      Wax,

7.      Apple iMovie, dll

 

Untuk pengolahan audio dapat menggunakan software berikut:

  1. Adobe Audition
  2. CoolEdit, dll

Pengolahan grafis dapat menggunakan :

  1. CoreDraw
  2. Adobe Illustrator
  3. Adobe Photoshop

Software pembuatan animasi 3D dapat menggunakan:

  1. 3Dmax
  2. Maya
  3. Blender, dll

Untuk pembuatan efek-efek boleh juga memakai software berikut:

  1. Adobe After Effect, ada juga yang portable
  2. Particle Illusion

Namun yang terpenting dalam pembuatan film/video adalah kreatifitas, keuletan, serta kesabaran dalam mengolah detil demi detil film yang kita kerjakan. Selamat berkarya!

 

Wasidi

Pustakawan-Guru

 

Pustakawan-Guru

Istilah Teacher-Librarian atau pustakawan-guru di Indonesia sampai saat ini belum popular seperti di negara lain seperti Amerika, Australia dan Singapura. Yang lebih parah, ada yang salah mengartikan pustakawan-guru adalah guru yang ditunjuk menjadi pengelola perpustakaan karena kurangnya jam mengajar. Pustakawan-guru perlu diperkenalkan karena di masa yang akan datang profesi ini menunjang kemajuan mutu pendidikan di Indonesia.

Seperti disampaikan Ketua Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia, Hanna Latuputia, seorang teacher-librarian harus memiliki dua kompetensi yaitu sebagai ”Guru” dan sebagai ”Pustakawan”. Pustakawan harus memahami pedagogik, sehingga pustakawan secara efektif dapat membantu proses KBM di sekolah. Guru harus menguasai keilmuan perpustakaan sehingga selain dapat mengajar juga dapat mengelola perpustakaan.

Selain istilah teacher-librarian, muncul istilah library media specialist, yaitu seorang pengajar yang memiliki latar belakang kepustakaan (Librarianship). Di Amerika seorang teacher-librarian harus memiliki ijazah sarjana muda, sertifikat pendidikan dasar dan menengah serta wajib memiliki sertifikat Negara dalam bidang program (library media). Singkatnya, seorang teacher-librarian harus memiliki kualifikasi pengajar dan kualifikasi pustakawan. Hal ini didasari bahwa seorang teacher-librarian merupakan seorang pendidik sekaligus manager informasi dengan pemahaman menyeluruh atas dua bidang tersebut.

Teacher-librarian memegang peranan kunci dalam tiga aspek, yaitu kunci dalam kurikulum (curriculum leader), sebagai spesialis informasi (information specialist) dan sebagai manager layanan informasi (information services manager) (Suherman, 2009)

Selama ini masih banyak perpustakaan sekolah yang belum efektif karena kurangnya kesadaran para pimpinan sekolah sebagai pengambil kebijakan fungsi perpustakaan. Dampaknya adalah perpustakaan belum apat dimanfaatkan secara optimal dalam proses KBM terutama dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam literasi informasi. Padahal literasi informasi ini sangat penting dalam membangun kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran seumur hidup (life long education).

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Suherman, 2009.  Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah. Bandung: MQS Publishing

————-, 2010. Talk Show Teacher Librarian or Librarian as a teacher. http://ekakusmayadi.wordpress.com/2010/02/07/talk-show-teacher-librarian-or-librarian-as-a-teacher/. Diakses tanggal 5 Juni 2012

Arsidi dkk. Perpustakaan  Sebagai Sumber Belajar. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Tenaga Perpustakaan Sekolah di Jakarta, 2012.

 

Mendidik Siswa Menghargai Pendapat Orang Lain

 

MENDIDIK SISWA MENGHARGAI PENDAPAT ORANG LAIN

ditulis oleh Puji Iryanti

Situasi apa yang terjadi ketika seorang siswa atau sekelompok siswa melakukan presentasi di kelas? Seringkali banyak siswa lain tidak memperhatikan dengan baik apa yang dibicarakan oleh siswa atau kelompok yang sedang berbicara. Situasi ini penulis temukan ketika mendapat kesempatan mengamati peserta Course on Joyful Mathematics Learning SEAMEO QITEP in Mathematics yang praktik mengajar di kelas 2 salah satu SD swasta yang cukup terkenal di Yogyakarta. Karena kebiasaan yang ada, siswa selalu berbicara keras dan tidak bergantian berbicara. Akibatnya ketika siswa diskusi dalam kelompok setiap siswa ingin bicara dan semuanya berteriak. Kelas menjadi gaduh sekali karena semua kelompok berkelakuan sama. Tapi, tunggu dulu. Jangan menyalahkan mereka dulu sebelum mengetahui apakah guru sudah mendidik siswa menghargai pendapat orang lain.

Perhatikan gambar yang diambil dari dua sampel video study 2011 yang dikoordinir oleh World Bank Jakarta berikut ini.

Gambar 1. Presentasi Klasikal Siswa Video 1

Terlihat pada Gambar 1 salah seorang siswa yang sedang menuliskan jawaban diskusi kelompoknya. Pada gambar hanya seorang siswa saja yang memperhatikan siswa yang sedang presentasi tersebut sedangkan guru dan siswa lain sama sekali tidak memperhatikan. Ini artinya bahwa guru dan hampir semua siswa sama sekali tidak menghargai siswa yang sedang melakukan presentasi.

Gambar 2. Presentasi Klasikal Siswa Video 2

Pada Gambar 2 terlihat siswa sedang menuliskan jawaban yang sudah diperolehnya. Hanya guru saja yang memperhatikan siswa tersebut sementara siswa lain asyik bekerja dalam kelompoknya. Mencermati 3 situasi kelas di atas, mengapa terjadi demikian? Tentu peran guru dalam situasi itu sangat besar sehingga menyebabkan para siswa tidak menghargai seorang siswa yang sedang presentasi sekaligus tidak menghargai pendapat orang lain.

Ada budaya kelas yang baik dari beberapa negara tetangga yang dapat ditiru sehubungan dengan menghargai pendapat orang lain. Sejak di sekolah dasar siswa Kamboja dan Vietnam sudah dibiasakan menghargai pendapat orang lain. Ketika guru mengajukan pertanyaan, banyak tangan-tangan kecil yang terangkat menyatakan bahwa siswa-siswa pemilik tangan itu ingin menjawab pertanyaan guru. Tetapi sewaktu guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut, siswa tersebut langsung berdiri dan menjawab pertanyaan sementara siswa yang lain diam mendengarkan jawaban temannya. Setelah siswa itu selesai menjawab dan guru meminta siswa yang lain menanggapi barulah siswa tersebut memberikan pendapatnya.

Banyak guru yang tidak menyadari bahwa menghargai pendapat orang lain itu dimulai dari situasi di kelas bahkan dapat dimulai sejak dini dari sekolah dasar (SD). Berbicara dan mendengarkan adalah dua hal yang saling berkaitan. Etika berbicara atau berpendapat dan mendengarkan harus diajarkan kepada siswa sejak dini.  Menghargai pendapat orang lain dimulai dari mendengarkan atau memperhatikan atau menganalisa apa yang sedang dijelaskan. Siswa tidak akan menjadi pendengar yang baik jika tidak dibiasakan. Mendengarkan adalah pekerjaan yang jauh lebih berat dibandingkan berbicara. Pendengar yang baik berusaha menangkap ide-ide yang dilontarkan oleh pembicara sehingga pada gilirannya ia dapat menanggapi pembicara tadi. Oleh karena itu bukan berarti bahwa dengan menghargai pendapat orang lain itu siswa hanya menjadi pendengar yang pasif saja, tetapi yang paling penting siswa diminta untuk menangkap ide-ide yang dilontarkan oleh pembicara dan kemudian dapat menanggapinya.

Guru sebagai pengelola kelas harus menerapkan aturan yang dipatuhi oleh kelas sehingga siswa belajar menghargai pendapat siswa lain. Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan alternatif acuan dalam mendidik siswa menghargai pendapat orang lain.

1.      Guru membuat kode tertentu yang sudah disepakati ketika kelas gaduh sehingga ketika kelas melihat/mendengar kode itu mereka langsung diam.

2.      Ketika ada siswa yang presentasi/bicara baik di depan kelas maupun di kelompok siswa yang lain diam mendengarkan atau memperhatikan dan berusaha menangkap atau menganalisis apa yang dibicarakan atau dipresentasikan. Para siswa harus bergantian bicara sehingga siswa yang lain tidak bingung siapa yang harus didengarkan.

3.      Ketika guru atau siswa melakukan presentasi di depan kelas, siswa yang ingin memberikan pendapat mengangkat tangan terlebih dahulu dan setelah dipersilahkan bicara barulah ia bicara dan sebaiknya ia berdiri agar kelas mengetahui siapa yang sedang berbicara.

4.      Ketika seorang siswa sedang presentasi, guru minta siswa/kelompok lain berhenti bekerja, menyesuaikan posisi duduk sehingga menghadap ke presenter dan memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu sebelum meminta siswa melakukan presentasi guru harus yakin bahwa:

a.       apa yang dipresentasikan memang layak diketahui oleh siswa lain karena berbeda cara menyelesaikan soal/masalah atau karena soal/masalah yang diselesaikan benar-benar berbeda.

b.      hampir semua kelompok/siswa sudah menyelesaikan pekerjaannya sehingga mereka mendengarkan atau mengamati presentasi yang sedang dilakukan.

5.      Guru meminta siswa yang tidak presentasi untuk mengamati dan menganalisis jawaban atau penyelesaian soal/masalah yang sedang dipresentasikan. Ketika tiba waktunya untuk untuk memberikan tanggapan, mereka menanggapi berdasarkan analisis yang dilakukan dan tidak keluar dari konteks yang dibicarakan/dipresentasikan serta dilakukan dengan santun sesuai aturan yang disepakati.

6.      Siswa menyadari perbedaan pendapat adalah hal biasa tertapi perbedaan pendapat itu harus diutarakan dengan santun. Guru mengonfirmasi perbedaan pendapat ini berdasarkan kaidah keilmuan topik yang sedang dibahas.

Apabila beberapa hal di atas dapat diterapkan di kelas maka tidak akan terjadi lagi ketika salah seorang siswa atau kelompok atau guru presentasi di depan kelas siswa yang lain tidak mendengarkan. Selanjutnya setelah aturan-aturan itu menjadi budaya maka siswa akan terbiasa santun berbicara dan menghargai orang lain yang sedang berbicara atau presentasi tidak hanya di kelas saja tetapi dalam forum-forum lain yang lebih besar.