Pustakawan-Guru
Pustakawan-Guru
Istilah Teacher-Librarian atau pustakawan-guru di Indonesia sampai saat ini belum popular seperti di negara lain seperti Amerika, Australia dan Singapura. Yang lebih parah, ada yang salah mengartikan pustakawan-guru adalah guru yang ditunjuk menjadi pengelola perpustakaan karena kurangnya jam mengajar. Pustakawan-guru perlu diperkenalkan karena di masa yang akan datang profesi ini menunjang kemajuan mutu pendidikan di Indonesia.
Seperti disampaikan Ketua Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia, Hanna Latuputia, seorang teacher-librarian harus memiliki dua kompetensi yaitu sebagai ”Guru” dan sebagai ”Pustakawan”. Pustakawan harus memahami pedagogik, sehingga pustakawan secara efektif dapat membantu proses KBM di sekolah. Guru harus menguasai keilmuan perpustakaan sehingga selain dapat mengajar juga dapat mengelola perpustakaan.
Selain istilah teacher-librarian, muncul istilah library media specialist, yaitu seorang pengajar yang memiliki latar belakang kepustakaan (Librarianship). Di Amerika seorang teacher-librarian harus memiliki ijazah sarjana muda, sertifikat pendidikan dasar dan menengah serta wajib memiliki sertifikat Negara dalam bidang program (library media). Singkatnya, seorang teacher-librarian harus memiliki kualifikasi pengajar dan kualifikasi pustakawan. Hal ini didasari bahwa seorang teacher-librarian merupakan seorang pendidik sekaligus manager informasi dengan pemahaman menyeluruh atas dua bidang tersebut.
Teacher-librarian memegang peranan kunci dalam tiga aspek, yaitu kunci dalam kurikulum (curriculum leader), sebagai spesialis informasi (information specialist) dan sebagai manager layanan informasi (information services manager) (Suherman, 2009)
Selama ini masih banyak perpustakaan sekolah yang belum efektif karena kurangnya kesadaran para pimpinan sekolah sebagai pengambil kebijakan fungsi perpustakaan. Dampaknya adalah perpustakaan belum apat dimanfaatkan secara optimal dalam proses KBM terutama dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam literasi informasi. Padahal literasi informasi ini sangat penting dalam membangun kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran seumur hidup (life long education).
Daftar Pustaka
Suherman, 2009. Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah. Bandung: MQS Publishing
————-, 2010. Talk Show Teacher Librarian or Librarian as a teacher. http://ekakusmayadi.wordpress.com/2010/02/07/talk-show-teacher-librarian-or-librarian-as-a-teacher/. Diakses tanggal 5 Juni 2012
Arsidi dkk. Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Tenaga Perpustakaan Sekolah di Jakarta, 2012.
Petunjuk Penggunaan Program Iteman
Petunjuk Penggunaan Program Iteman
Oleh: Estina Ekawati
ITEMAN adalah salah satu program analisis butir soal yang dapat digunakan untuk menganalisa hasil tes.
ITEMAN (Item and Test Analysis) merupakan analisis butir empirik model klasik. Anda dapat mendownloadnya di sini.
Setelah didownload kemudian anda extract dan simpan dalam folder tersendiri, misalkan anda beri nama ANALISIS.
Mendidik Siswa Menghargai Pendapat Orang Lain
MENDIDIK SISWA MENGHARGAI PENDAPAT ORANG LAIN
ditulis oleh Puji Iryanti
Situasi apa yang terjadi ketika seorang siswa atau sekelompok siswa melakukan presentasi di kelas? Seringkali banyak siswa lain tidak memperhatikan dengan baik apa yang dibicarakan oleh siswa atau kelompok yang sedang berbicara. Situasi ini penulis temukan ketika mendapat kesempatan mengamati peserta Course on Joyful Mathematics Learning SEAMEO QITEP in Mathematics yang praktik mengajar di kelas 2 salah satu SD swasta yang cukup terkenal di Yogyakarta. Karena kebiasaan yang ada, siswa selalu berbicara keras dan tidak bergantian berbicara. Akibatnya ketika siswa diskusi dalam kelompok setiap siswa ingin bicara dan semuanya berteriak. Kelas menjadi gaduh sekali karena semua kelompok berkelakuan sama. Tapi, tunggu dulu. Jangan menyalahkan mereka dulu sebelum mengetahui apakah guru sudah mendidik siswa menghargai pendapat orang lain.
Perhatikan gambar yang diambil dari dua sampel video study 2011 yang dikoordinir oleh World Bank Jakarta berikut ini.
Gambar 1. Presentasi Klasikal Siswa Video 1
Terlihat pada Gambar 1 salah seorang siswa yang sedang menuliskan jawaban diskusi kelompoknya. Pada gambar hanya seorang siswa saja yang memperhatikan siswa yang sedang presentasi tersebut sedangkan guru dan siswa lain sama sekali tidak memperhatikan. Ini artinya bahwa guru dan hampir semua siswa sama sekali tidak menghargai siswa yang sedang melakukan presentasi.
Gambar 2. Presentasi Klasikal Siswa Video 2
Pada Gambar 2 terlihat siswa sedang menuliskan jawaban yang sudah diperolehnya. Hanya guru saja yang memperhatikan siswa tersebut sementara siswa lain asyik bekerja dalam kelompoknya. Mencermati 3 situasi kelas di atas, mengapa terjadi demikian? Tentu peran guru dalam situasi itu sangat besar sehingga menyebabkan para siswa tidak menghargai seorang siswa yang sedang presentasi sekaligus tidak menghargai pendapat orang lain.
Ada budaya kelas yang baik dari beberapa negara tetangga yang dapat ditiru sehubungan dengan menghargai pendapat orang lain. Sejak di sekolah dasar siswa Kamboja dan Vietnam sudah dibiasakan menghargai pendapat orang lain. Ketika guru mengajukan pertanyaan, banyak tangan-tangan kecil yang terangkat menyatakan bahwa siswa-siswa pemilik tangan itu ingin menjawab pertanyaan guru. Tetapi sewaktu guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut, siswa tersebut langsung berdiri dan menjawab pertanyaan sementara siswa yang lain diam mendengarkan jawaban temannya. Setelah siswa itu selesai menjawab dan guru meminta siswa yang lain menanggapi barulah siswa tersebut memberikan pendapatnya.
Banyak guru yang tidak menyadari bahwa menghargai pendapat orang lain itu dimulai dari situasi di kelas bahkan dapat dimulai sejak dini dari sekolah dasar (SD). Berbicara dan mendengarkan adalah dua hal yang saling berkaitan. Etika berbicara atau berpendapat dan mendengarkan harus diajarkan kepada siswa sejak dini. Menghargai pendapat orang lain dimulai dari mendengarkan atau memperhatikan atau menganalisa apa yang sedang dijelaskan. Siswa tidak akan menjadi pendengar yang baik jika tidak dibiasakan. Mendengarkan adalah pekerjaan yang jauh lebih berat dibandingkan berbicara. Pendengar yang baik berusaha menangkap ide-ide yang dilontarkan oleh pembicara sehingga pada gilirannya ia dapat menanggapi pembicara tadi. Oleh karena itu bukan berarti bahwa dengan menghargai pendapat orang lain itu siswa hanya menjadi pendengar yang pasif saja, tetapi yang paling penting siswa diminta untuk menangkap ide-ide yang dilontarkan oleh pembicara dan kemudian dapat menanggapinya.
Guru sebagai pengelola kelas harus menerapkan aturan yang dipatuhi oleh kelas sehingga siswa belajar menghargai pendapat siswa lain. Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan alternatif acuan dalam mendidik siswa menghargai pendapat orang lain.
1. Guru membuat kode tertentu yang sudah disepakati ketika kelas gaduh sehingga ketika kelas melihat/mendengar kode itu mereka langsung diam.
2. Ketika ada siswa yang presentasi/bicara baik di depan kelas maupun di kelompok siswa yang lain diam mendengarkan atau memperhatikan dan berusaha menangkap atau menganalisis apa yang dibicarakan atau dipresentasikan. Para siswa harus bergantian bicara sehingga siswa yang lain tidak bingung siapa yang harus didengarkan.
3. Ketika guru atau siswa melakukan presentasi di depan kelas, siswa yang ingin memberikan pendapat mengangkat tangan terlebih dahulu dan setelah dipersilahkan bicara barulah ia bicara dan sebaiknya ia berdiri agar kelas mengetahui siapa yang sedang berbicara.
4. Ketika seorang siswa sedang presentasi, guru minta siswa/kelompok lain berhenti bekerja, menyesuaikan posisi duduk sehingga menghadap ke presenter dan memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu sebelum meminta siswa melakukan presentasi guru harus yakin bahwa:
a. apa yang dipresentasikan memang layak diketahui oleh siswa lain karena berbeda cara menyelesaikan soal/masalah atau karena soal/masalah yang diselesaikan benar-benar berbeda.
b. hampir semua kelompok/siswa sudah menyelesaikan pekerjaannya sehingga mereka mendengarkan atau mengamati presentasi yang sedang dilakukan.
5. Guru meminta siswa yang tidak presentasi untuk mengamati dan menganalisis jawaban atau penyelesaian soal/masalah yang sedang dipresentasikan. Ketika tiba waktunya untuk untuk memberikan tanggapan, mereka menanggapi berdasarkan analisis yang dilakukan dan tidak keluar dari konteks yang dibicarakan/dipresentasikan serta dilakukan dengan santun sesuai aturan yang disepakati.
6. Siswa menyadari perbedaan pendapat adalah hal biasa tertapi perbedaan pendapat itu harus diutarakan dengan santun. Guru mengonfirmasi perbedaan pendapat ini berdasarkan kaidah keilmuan topik yang sedang dibahas.
Apabila beberapa hal di atas dapat diterapkan di kelas maka tidak akan terjadi lagi ketika salah seorang siswa atau kelompok atau guru presentasi di depan kelas siswa yang lain tidak mendengarkan. Selanjutnya setelah aturan-aturan itu menjadi budaya maka siswa akan terbiasa santun berbicara dan menghargai orang lain yang sedang berbicara atau presentasi tidak hanya di kelas saja tetapi dalam forum-forum lain yang lebih besar.
Mengenal SQ Sebagai Salah Satu Dari Ragam Kecerdasan
oleh : rumiati
T : Saya pernah mendengar tentang IQ dan EQ, dan sekarang saya mendengar tentang SQ. Singkatan apakah itu?
J : IQ adalah singkatan dari Intellectual Quotient artinya taraf kecerdasan intelektual, EQ atau lebih tepat disebut EI (Emotional Intelligence) artinya kecerdasan emosi, sedangkan SQ atau lebih tepat disebut SI adalah singkatan dari Spiritual Intelligence artinya kecerdasan ruhaniah.
T : Bisakah anda menjelaskan apa maksudnya?
J : IQ adalah kemampuan untuk berpikir, bernalar dan memecahkan masalah menggunakan logika. EI atau lebih populer disebut EQ adalah kemampuan untuk memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi tersebut untuk membimbing pikiran dan tindakan. Sedangkan SI atau SQ adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan makna dan nilai, untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa jalan hidup yang kita pilih memiliki makna yang lebih baik daripada yang lain.
T : Anda menyebutkan taraf kecerdasan, jadi apakah tiga macam kecerdasan itu dapat diukur ?
J : Seperti mungkin telah anda ketahui IQ dapat diukur dengan menggunakan alat ukur/tes IQ yang validitasnya cukup tinggi. Cara pengukuran IQ sudah dibakukan dengan angka, tetapi memang belum ada alat ukur yang cukup dapat dipercaya untuk EQ dan SQ. Itulah sebabnya sebutan EQ dan SQ sebenarnya kurang tepat, karena kata Quotient bisa berarti taraf, tetapi kata ini sudah terlanjur populer di masyarakat. Istilah yang lebih tepat adalah EI dan SI. Andaikan mungkin diukur, saya kira alat ukur untuk SQ dan IQ tidak tepat jika berbentuk kuantitatif.
T : Bagaimana sejarahnya hingga ketiga kecerdasan itu diperkenalkan ?
J : IQ dikenalkan kira – kira pada awal abad 20 ini. Semula orang mengira IQ inilah sebagai satu-satunya kecerdasan yang menentukan keberhasilan manusia. Sampai kira-kira awal tahun 1990-an , Daniel Goleman menemukan bahwa IQ bukan satu-satunya hal yang mempengaruhi keberhasilan manusia dalam belajar. Orang –orang yang memiliki IQ tinggi ternyata tidak selalu memperoleh keberhasilan seperti yang diinginkan. Ada kualitas-kualitas emosional lain yang penting bagi keberhasilan seperti : empati, pengendalian diri, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan , sikap hormat dan lain-lain. Dan di akhir abad ini, Danah Zohar dan Ian Marshall memperkenalkan kecerdasan lain yang membedakan manusia dengan mesin dan dengan hewan yaitu kecerdasan Spiritual.
T : Anda menyatakan bahwa SQ membedakan manusia dengan mesin dan hewan. Apa maksudnya ?
J : IQ atau boleh dikatakan sebagai kemampuan logika, tentu dimiliki oleh komputer. Komputer sebagai benda kreasi manusia justru mungkin mengalahkan manusia dalam hal berpikir logis dan taat azas. Sementara hewan juga memiliki kecerdasan emosi dalam tingkat rendah, ketika dia dapat menempatkan dirinya sesuai dengan emosi yang dimilikinya. Sedangkan semua itu tidak cukup untuk menjadi alasan bagi manusia untuk tetap meneruskan hidupnya.
T : Apakah maksudnya SQ yang dimiliki manusia membantu manusia untuk menemukan hakekat dan makna dirinya ?
J : Ya, benar.Sepanjang jaman manusia selalu berhadapan dengan pertanyaan tentang siapa dirinya, dari mana dia berasal, mengapa dan untuk apa dia hidup. Menurut Victor Frankl dalam Man’s search for meaning, pencarian manusia akan makna merupakan motivasi utamanya dalam hidup . Makna itu unik dan spesifik dan hanya dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri. Keberadaan SQ dalam diri manusialah yang membantu manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan penemuan makna diri ini.
T : Apa yang terjadi jika manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya akan makna ini ?
J : Kehidupan jaman modern yang ditandai dengan banyaknya kemudahan dalam bidang materi justru menyebabkan kehampaan manusia dalam bidang ruhani. Ketika hubungan antarmanusia menjadi renggang, ketika lingkungan semakin rusak dan tercemar, dan manusia hidup dalam ketidakpastian nilai, akhirnya menyebabkan kehampaan dalam diri manusia. Semua ini jika tidak dipedulikan akan mengancam kelangsungan manusia sendiri sebagai spesies pemimpin di muka bumi. Jadi sebagaimana IQ dan EQ, SQ merupakan salah satu penentu bagi keberhasilan manusia untuk bertahan hidup dan untuk meningkatkan mutu kehidupannya, bahkan SQ dapat dilihat dalam kerangka yang lebih luas sebagai landasan semua aspek yang dimiliki IQ dan EQ. SQ membantu manusia untuk membangun dirinya secara utuh.
T : Anda tadi mengatakan bahwa masyarakat modern yang materialistik justru memiliki tingkat SQ yang rendah. Bisakah anda menjelaskannya lebih jauh dengan contoh yang jelas ?
J : Baiklah saya ingin mengutip percakapan yang diberikan Danah Zohar dan Ian Marshall tentang nelayan (N) dan pengusaha (P) dalam bukunya SQ-The Ultimate Intelligence.
P : Ikan anda bagus-bagus. Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk menangkapnya
N : Hanya sebentar
P : Mengapa anda tidak menghabiskan waktu lebih lama di laut untuk mendapatkankan ikan lebih banyak ?
N : Ini sudah cukup untuk biaya hidupku dan keluargaku hari ini
P : Tapi untuk apa waktu anda yang selebihnya?
N : Saya tidur larut, memancing di laut, bercengkerama dengan istri dan anak-anak saya, berjalan-jalan ke desa dan bermain gitar dengan kawan-kawan saya. Pokoknya hidup saya sibuk, Tuan.
P : Saya seorang MBA lulusan Harvard, menurut saya anda seharusnya menghabiskan waktu lebih banyak di laut agar mendapat ikan lebih banyak. Dengan keuntungan dari situ anda dapat membeli perahu baru, sehingga anda mendapat ikan yang lebih banyak lagi, dan tentu saja keuntungan yang lebih banyak. Lalu anda membeli perahu lagi dan akhirnya anda mungkin akan mempunyai armada nelayan. Sehingga akhirnya anda dapat langsung menjual ikan ke pabrik, membuat perusahaan pengalengan ikan sendiri dan anda tinggal mengontrol produk, pemrosesan dan distribusi. Perusahaan anda akan berkembang pesat.
N : Berapa waktu yang diperlukan untuk semua itu ?
P : Mungkin 15 sampai 20 tahun
N : Lalu setelah itu apa ?
P : Anda bisa menjual saham kepada masyarakat dan anda akan mendapat uang berjuta-juta.
N : Berjuta-juta? Lalu untuk apa?
P : Ya, sekarang anda dapat menghabiskan waktu untuk memancing, untuk bersantai dengan istri dan anak-anak anda, berjalan-jalan ke desa dan bermain gitar dengan teman-teman anda.
Anda melihat bahwa pengusaha tersebut bodoh secara spiritual, sedangkan nelayan tersebut lebih memahami hal yang paling bermakna dalam hidupnya. Materialisme dapat membodohkan manusia secara spiritual, ketika hal tersebut menjadi satu-satunya tujuan. Tetapi jangan salah sangka, kebodohan spiritual di jaman ini tidak hanya menimpa orang–orang yang secara materi telah tercukupi, tetapi juga kalangan yang secara materi kekurangan, yaitu mereka yang sukar memperoleh akses terhadap materi tetapi terus memaksakan diri karena pengaruh dan desakan lingkungan. Pada mereka tetap terdapat kehampaan diri yang harus diisi. Disinilah letak peran kecerdasan spiritual. Orang yang mempunyai kecerdasan Spritual tidak hanya sanggup menyerap nilai-nilai yang ada dan cocok dengan dirinya , tetapi juga menciptakan nilai-nilai baru untuk memaknai hidupnya
T : Lalu mungkinkah kecerdasan spiritual itu ditingkatkan dan bagaimana caranya?
J : Ini sebuah berita bagus. Berbeda dengan IQ yang menurut para ahli adalah bawaan sejak lahir, dan hampir tidak mungkin untuk di tingkatkan, SQ mungkin dilatih dan ditingkatkan seperti halnya EQ. Meningkatkan SQ dapat dilakukan dengan belajar mendengarkan suara hati. Menurut Danah Zohar di dalam diri manusia terdapat Godspot atau titik Tuhan. Dari sanalah sumber suara hati berasal. Ada dua hal sederhana yang dapat dilakukan. Pertama berusahalah mendengarkan suara hati. Suara hati tidak mungkin berbohong. Suara hati menuntun kepada hal-hal yang benar. Suara hati bisa disebut fitrah manusia. Lalu lakukanlah tindakan sesuai dengan suara hati. Yang kedua adalah melakukan refleksi. Berusahalah memandang suatu masalah dari berbagai sudut. Jika itu menyangkut hubungan antar manusia, anda dapat melakukan refleksi dengan diri anda sendiri. Jika anda tidak ingin diperlakukan seperti itu, janganlah melakukan hal yang sama kepada orang lain. Mungkin ini tampak terlalu sederhana, bukankah setiap orang bebeda? Itu memang benar. Tetapi tetap ada nilai-nilai universal seperti cinta, kasih sayang, persaudaraan, persahabatan, tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya. Anda bisa berusaha memprioritaskan tindakan sejalan dengan nilai-nilai tersebut.
Mari kita berusaha berpikir melingkar dengan memperhatikan semua aspek.
Pustaka:
Ary Ginanjar Agustian. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual. 2001. Jakarta: Penerbit Arga.
Danah Zohar dan Ian Marshall. SQ, memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan. 2002. Bandung: Pustaka MizaN
Geometri Transformasi dalam Karya Seni Batik di Indonesia
Oleh: Sri Wulandari Danoebroto
Batik merupakan karya seni warisan budaya bangsa milik Indonesia. Keindahan batik telah diakui dunia melalui penetapan UNESCO sejak 2 Oktober 2009 bahwa batik merupakan salah satu warisan kemanusiaan untuk karya lisan dan non bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Karya seni batik tidak hanya didominasi dari budaya Jawa, karena sesungguhnya daerah-daerah lain di Indonesia juga memiliki karya seni lukis kain (jika boleh disebut demikian) atau batik. Lukisan bernilai seni tinggi dapat kita jumpai pada ornamen kain ulos (batak), sasirangan (Kalimantan Selatan), maupun dari belahan Indonesia lainnya yaitu batik Papua, batik Sulawesi dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa betapa kayanya budaya kita.
Keindahan batik dapat dinikmati dari bentuk-bentuk artistik yang dituangkan pada lembaran kain tersebut. Bila diamati secara seksama, dalam bentuk-bentuk batik sesungguhnya terdapat sifat-sifat keteraturan yang berirama atau berpola. Beberapa bentuk keteraturan pada batik merupakan bentukan transformasi geometris.
Bentuk geometri yang dapat dijumpai pada batik berupa titik, garis dan bidang datar. Bidang datar tersebut misalnya lingkaran, elips, segiempat dan sebagainya. Bentukan artistik pada batik dihasilkan melalui transformasi titik, garis atau bidang datar tersebut melalui translasi (pergeseran), rotasi (perputaran), refleksi (pencerminan) atau dilatasi (perkalian).
Download Lengkap File: Geometri Transformasi dalam Karya Seni Batik di Indonesia
Pemanfaatan Pembuktian tidak Langsung dengan Kontradiksi
Sejatinya, di dalam kehidupan nyata sehari-hari, penggunaan pembuktian tak langsung (indirect proof) sering digunakan meskipun tidak disadari bahwa pembuktian tersebut merupakan pembuktian tidak langsung. Contohnya terjadi ketika Anda sedang asyik membaca lalu tiba-tiba saja listrik di kamar padam. Mungkin setelah itu akan muncul pikiran bahwa padamnya listrik itu terjadi di semua tempat. Sebagai akibat dari pemisalan tersebut, listrik di seluruh kota akan padam, termasuk di rumah-rumah di dekat rumah Anda. Namun, ketika Anda melongok ke luar lewat jendela, ternyata listrik di rumah-rumah yang ada di sekitar rumah Anda masih menyala. Keadaan inilah yang disebut dengan ’kontradiksi’. Artinya, di satu sisi dengan pikiran bahwa listrik padam karena ada masalah di pusat listriknya, dan hal tersebut akan mengakibatkan seluruh listrik akan padam, namun di sisi lain, pada kenyataannya, listriknya tidak padam semua. Kesimpulannya, pikiran atau pemisalan awal tadi bahwa listrik padam karena ada masalah di pusat listriknya adalah tidak benar karena pemisalan awal tadi telah mengakibatkan adanya suatu keadaan yang kontradiktif sehingga harus diingkari.
Download Lengkap File: Pemanfaatan Pembuktian tidak Langsung dengan Kontradiksi
Cara Sehat di Saat Diklat
Tulisan ini terinspirasi dari seorang tetangga yang harus ke rumah sakit ketika pulang dari diklat karena sakit. Saat mengikuti kegiatan diklat, workshop, pelatihan, seminar, atau lainnya yang mengharuskan kita tinggal di asrama/hotel untuk beberapa waktu memang memberikan pengalaman tersendiri bagi kita. Namun, rutinitas yang sementara tadi hendaknya kita imbangi dengan beberapa kegiatan, sehingga kita pun tetap merasa fresh saat mengikuti kegiatan.
Kegiatan yang mayoritas duduk terlalu lama di ruangan yang full AC, kamar tempat istirahat yang juga didisain untuk selalu tetap menggunakan AC (sehingga tidak ada kesempatan untuk menikmati segarnya udara melalui jendela), dan juga menu makanan hotel yang kadang tidak cocok dengan yang biasanya kita makan, harus kita sikapi dengan bijak. Beberapa tips berikut ini adalah pengalaman pribadi penulis untuk menghindari kebosanan selama mengikuti kegiatan.
a. Kegiatan di ruangan yang full AC
Bagi Anda yang memang tidak ada masalah dengan dinginnya AC, maka kegiatan di ruangan yang full AC bukan masalah. Namun, jika Anda seperti saya yang “kurang sehat” jika di ruangan ber AC, jangan lupa untuk menyiapkan jaket dan dipakai selama mengikuti kegiatan, atau jika memungkinkan, diskusikan dengan teman-teman masalah pengaturan suhu. Namun, kadang ada ruangan yang pengaturan AC-nya terpusat, mintalah bantuan kepada petugas ruangan untuk mengatur suhunya. Saya pernah berada di ruangan, yang amat sangat dingin sekali, setelah saya cek, ternyata suhu ruangan tersebut 5oC. Jangankan 5oC, 18oC saja bagi saya kadang masih terlalu dingin.
b. Kamar tempat istirahat yang selalu tertutup.
Meskipun tempat istirahat saat diklat hanya kita gunakan untuk “sementara” saja, namun yang sementara tadi harus kita maksimalkan, sehingga kita bisa istirahat dengan optimal. Bagi yang terbiasa tidur menggunakan AC tidak ada masalah, namun jika yang memiliki kebiasaan di lingkungan udara segar, mungkin tips berikut bisa dicoba. Sebelum memakai ruang istirahat (kamar), nyalakan dulu AC nya, sehingga ketika akan kita gunakan, kamar sudah dalam suhu dingin dan pada saat kita di kamar sudah tidak memerlukan AC lagi. Saat bangun tidur pagi hari, manfaatkanlah waktu yang ada untuk berolahraga ringan. Misal, Anda bisa jalan-jalan atau jogging di sekitar tempat kegiatan. Atau bisa juga keliling kompleks sekitar, selain sehat juga akan tambah pengalaman tentang kondisi sekitar.
Atau, manfaatkan fasilitas fitnes yang biasanya juga disediakan (untuk kegiatan yang dilaksanakan di hotel), dan bagi yang biasa renang, mungkin memanfaatkan fasilitas kolam renang yang ada. Atau jika memang benar-benar malas, lakukanlah peregangan di kamar saja. Hal ini bisa membantu melemaskan otot-otot yang kaku.
Jika kegiatan diklat dilaksanakan di instansi yang pada saat itu sedang ada senam, jangan sungkan-sungkan untuk ikut bergabung ikut senam. Jarangkan di antara kita yang mau gabung?
c. Menu makanan monoton
Menu makanan di tempat diklat mungkin kurang cocok dengan menu yang kita makan sehari-hari atau juga menunya tidak bervariasi alias yang itu-itu saja. Cobalah sekali-kali untuk mencari makanan di luar, mungkin bisa malam hari setelah selesai kegiatan atau pagi hari setalah jalan-jalan mencoba mencari sarapan di luar. Intinya, jangan biarkan perut kita kosong karena menu makanan tidak sesuai dengan selera kita.
Nah, selamat mencoba beberapa tips di atas. Badan sehat, diklatpun lancar.
Oleh: Estina Ekawati, S.Si, M.Pd.Si (Staff Unit MTI PPPPTK Matematika)
Cara Memunculkan Rasa Suka, Keinginan, dan Minat Membaca Buku
Belajar tidak ada hentinya. Berarti selamanya berhadapan dengan buku. Masalahnya tidak semua orang hobi membaca, lalu bagaimana cara menimbulkan minat baca?
Buku adalah jendela ilmu pengetahuan, dimana dengan membaca buku kita bisa mendapatkan tambahan wawasan ilmu yang berguna bagi kita baik saat ini maupun di masa depan. Dibutuhkan minat, kemampuan membaca dan wawasan yang cukup untuk bisa memahami isi dari buku yang dibaca. Tidak semua buku baik untuk kita, karena ada banyak buku yang bisa menjerumuskan kita pada hal-hal yang negatif.
Terkadang seseorang yang sebenarnya ingin tahu banyak hal namun tidak mau membaca buku karena malas membaca. Sebenarnya untuk mendapatkan ilmu dan wawasan tidak hanya didapat dari buku saja, karena banyak sumber lain yang dapat menjadi pengganti buku seperti koran, majalah, percakapan, televisi, radio, film, seminar, pelatihan, dan lain-lain.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diterapkan untuk meningkatkan minat dan keinginan untuk membaca banyak buku, yaitu sebagai berikut ini :
1. Buka Buku Berdasarkan Minat atau Hobi
Jika Anda suka dengan dunia komputer, coba datang ke toko buku atau perpustakaan dan cari buku-buku tentang dunia komputer. Dari sana mungkin Anda bisa mulai menyukai mencari-cari tahu sesuatu yang Anda belum tahu atau yang selama ini Anda pertanyakan.
2. Jawab Pertanyaan Anda Dengan Buku
Apakah Anda punya suatu pertanyaan yang ingin segera terjawab? Cobalah datang ke toko buku atau perpustakaan yang lengkap untuk mulai mencari tahu jawaban atas pertanyaan Anda. Misalnya Anda penasaran kenapa pohon mangga di pekarangan rumah Anda tidak kunjung berbuah. Cobalah cari buku-buku tentang tumbuhan mangga dan membacanya pelan-pelan untuk mendapatkan jawabannya.
3. Iseng-Iseng Jalan-Jalan Ke Toko Buku Besar
Kalau Anda punya waktu luang, cobalah datang ke toko buku besar dan iseng berkeliling sambil melihat-lihat buku yang dijual di sana. Mungkin nantinya ada beberapa judul buku yang menarik perhatian Anda untuk menjamah, membuka dan kemudian membacanya dengan penuh ketertarikan.
4. Berteman dengan Orang Yang Suka Membaca Buku (Kutu Buku)
Ada pepatah mengatakan bahwa berteman dengan tukang minyak wangi akan membuat kita jadi wangi karena kecipratan parfum minyak wangi. Mungkin kalau Anda berteman baik atau mungkin juga pacaran dengan kutu buku yang hobi baca banyak buku mungkin dia akan merekomendasikan Anda suatu buku yang kira-kira kita akan suka membacanya.
5. Mulailah Dari Apa Yang Anda Sukai
Kalau Anda benci membaca, mungkin Anda suka nonton tv atau nonton film. Cobalah Anda cari video-video pendidikan dengan topik yang membuat Anda tertarik untuk melihatnya. Nantinya dengan begitu diharapkan Anda akan mencoba lihat-lihat buku ketika ada film yang menimbulkan pertanyaan atau ingin tahu lebih lanjut mengenai sesuatu yang belum banyak versi videonya.
6. Sediakan Waktu
Sediakan waktu minimal 15 menit setiap hari untuk membaca, abaikan dahulu untuk mengerti apa yang dibaca, biasakan dahulu diri kita untuk membaca. Nantinya dengan terbiasa membaca setiap hari akan menimbulkan kebiasaan untuk selalu ingin membaca
Semoga Anda bisa menjadi orang yang senang membaca buku untuk menambah ilmu pengetahuan dan sekaligus untuk hiburan Anda. Selamat mencoba dan terima kasih.
Sumber tulisan: http://organisasi.org/tips-cara-memunculkan-rasa-suka-keinginan-minat-membaca-buku
Pengertian Dasar Problem Solving
Pengertian Dasar Problem Solving
[googleapps domain=”docs” dir=”viewer” query=”url=http%3A%2F%2Fp4tkmatematika.org%2Ffile%2Fproblemsolving%2FPengertianDasarProblemSolving_smd.pdf&embedded=true” width=”600″ height=”800″ /]