Oleh: Syafaruddin Marpaung, S.Pd., M.Hum
Guru SMA Negeri 2 Kota Tanjungbalai
Pendahuluan
Teknologi yang berkembang pesat menuntut guru untuk selalu beradaptasi. Guru harus selalu menemukan cara-cara baru yang lebih efektif dalam menyampaikan materi kepada siswa. Inovasi dalam pembelajaran memungkinkan guru untuk menciptakan lingkungan belajar dinamis dan interaktif. Inovasi juga dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Selain itu, inovasi membantu guru menghadapi berbagai tantangan pendidikan, seperti kebosanan siswa dan ketidaksiapan dalam menerima materi di tahun ajaran baru. Dengan mengembangkan inovasi pengajaran yang kreatif dan relevan, guru tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan (Amalia, 2022). Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru untuk merancang inovasi pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa.
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya fleksibilitas dalam proses belajar mengajar. Guru dapat menyesuaikan pendekatan pengajaran dengan karakteristik dan minat siswa. Dengan pendekatan ini, guru dapat mengembangkan materi dan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi dan menarik. Kurikulum Merdeka tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis tetapi juga pada pengembangan keterampilan hidup dan karakter siswa (Aisyah et al., 2023). Kebebasan bereksperimen dengan berbagai inovasi pembelajaran dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan.
Tahun ajaran baru biasanya diawali dengan kegiatan perkenalan diri antara guru dan siswa. Beberapa guru sering meminta siswa untuk menuliskan atau menceritakan pengalaman mereka selama liburan. Ada juga yang langsung memberikan pretes materi kepada siswa. Pendekatan ini sering membuat siswa merasa bosan dan takut, terlebih-lebih jika mereka mengerjakan soal pretes. Mereka masih terbawa suasana liburan sekolah. Oleh karena itu, dibutuhkan kegiatan yang lebih inovatif untuk mengawali tahun ajaran baru.
Salah satu inovasi yang dapat diterapkan mengawali tahun ajaran baru di Kurikulum Merdeka adalah aktivitas My Life Map. Kegiatan ini sebagai strategi asesmen awal nonkognitif. My Life Map memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggambarkan perjalanan hidup mereka, mulai dari masa lalu hingga harapan dan impian di masa depan. Melalui aktivitas ini, guru dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang latar belakang, minat, dan aspirasi setiap siswa. Hal ini sangat berguna untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, My Life Map membantu siswa untuk merefleksikan diri dan menetapkan tujuan belajar. Siswa menjadi lebih termotivasi dan siap menghadapi tahun ajaran baru. Kegiatan ini juga dapat mengurangi kejutan bagi siswa yang masih terbawa suasana liburan. Adaptasi akan dirasakan siswa tanpa merasa terbebani oleh transisi dari liburan ke suasana belajar.
Pembahasan
Asesmen adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk mengevaluasi pencapaian belajar siswa. Dalam Kurikulum Merdeka, asesmen dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu asesmen awal, formatif, dan sumatif. Asesmen awal dilakukan di fase pengenalan pembelajaran untuk mengidentifikasi kemampuan awal, kebutuhan, dan potensi siswa (Elizasri & Ilyas, 2022; Nur Budiono & Hatip, 2023; Watu et al., 2024). Asesmen awal dibagi menjadi dua, yaitu asesmen awal kognitif dan nonkognitif. Asesmen awal kognitif menilai kemampuan akademis siswa, seperti pengetahuan dan keterampilan belajar, sementara asesmen awal nonkognitif menilai aspek-aspek lain seperti motivasi, minat, dan sikap. Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran untuk memantau kemajuan belajar siswa dan memberikan umpan balik yang berguna (Antika et al., 2023; Nurhasanah et al., 2023; Rahman & Ririen, 2023). Asesmen sumatif dilakukan di akhir periode pembelajaran untuk mengevaluasi pencapaian belajar siswa secara keseluruhan. Salah satu bentuk inovatif dari asesmen awal nonkognitif adalah My Life Map.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan My Life Map adalah memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bermakna bagi siswa di awal tahun ajaran. Dengan menggunakan My Life Map, guru dapat mengurangi kejutan siswa terhadap materi pembelajaran yang baru dengan cara yang lebih personal dan menarik. Kegiatan ini dirancang untuk membantu siswa mengekspresikan diri mereka secara kreatif, sehingga mereka dapat merasa lebih nyaman dan termotivasi. Selain itu, My Life Map menawarkan alternatif yang lebih menarik daripada kegiatan bercerita pengalaman liburan yang sudah sering dilakukan. Dengan membuat peta perjalanan hidup, siswa tidak hanya merenungkan masa lalu, tetapi juga menetapkan tujuan untuk masa depan. Hal ini membantu mereka mengembangkan kesadaran dan rasa percaya diri yang lebih kuat. Melalui kegiatan ini, guru dapat menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis dan interaktif.
My Life Map adalah sebuah kegiatan di mana siswa membuat peta perjalanan hidup mereka dari masa lalu hingga masa depan. Konsep ini memungkinkan siswa untuk mengekspresikan diri secara kreatif dan reflektif. Siswa juga menggambarkan dan menuliskan pengalaman, aspirasi, dan tujuan hidup. Pelaksanaan My Life Map di kelas dengan memberikan kertas HVS kosong kepada setiap siswa. Kemudian siswa menulis dan menggambar menggunakan alat tulis seperti pensil, spidol, dan crayon. Guru memberikan panduan tentang elemen-elemen yang dapat dimasukkan, seperti momen penting dalam hidup, pencapaian, dan impian masa depan. Siswa bebas menghias dan mewarnai sesuai dengan kreativitas masing-masing. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini sederhana namun efektif, termasuk kertas HVS, alat tulis, pewarna, dan berbagai dekorasi yang mendukung visualisasi ide-ide mereka.
Langkah-langkah pelaksanaan My Life Map diawali dengan pendahuluan dan inspirasi untuk memotivasi siswa. Pertama, guru menyampaikan kuitpan inspiratif yang relevan untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dalam merancang peta hidup mereka. Kutipan ini berfungsi untuk memberikan pandangan positif dan menggugah pemikiran mereka tentang masa depan. Salah satu contoh kutipan inspiratif adalah : “Kita tidak dapat mengubah dari mana kita berasal, siapa orang tua kita, tapi kita bisa mengubah kehidupan kita 5 atau 10 tahun ke depan. Bagaimana perjalanan hidup kita, itu terserah kita sendiri.” – Anonim.
Selanjutnya, guru dapat memutar video tentang perjalan hidup tokoh inspiratif seperti BJ Habibie. Pemutaran video yang diiringi lagu dapat membangkitkan semangat siswa. Lagu “I Believe I Can Fly” oleh R. Kelly dapat dipilih karena mengandung pesan yang kuat tentang perjuangan, aspirasi, dan keberhasilan. Video dan lagu ini dapat menginspirasi siswa untuk berani bermimpi dan berusaha keras mencapai tujuan mereka. Lagu “I Believe I Can Fly” juga memberikan sentuhan emosional yang mendalam, mendorong siswa untuk percaya pada kemampuan mereka dan meyakini bahwa mereka bisa meraih mimpi-mimpi.
Setelah itu, guru memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang dimasukkan dalam My Life Map. Siswa diajak untuk mencantumkan berbagai elemen penting, seperti momen berkesan, pencapaian, dan impian masa depan. Guru juga menyediakan contoh My Life Map untuk membantu siswa memulai dan memberikan gambaran apa isi dari My Life Map. Dengan panduan yang terstruktur, siswa lebih mudah mengerjakan tugas, dan termotivasi untuk mengekspresikan diri. Siswa secara kreatif dan reflektif membuat peta perjalanan hidup.
Siswa menggambar dan menuliskan kejadian-kejadian yang telah mereka jalani, dimulai dari lahir, masuk TK, SD, SMP, hingga SMA. Siswa juga merencanakan masa depan setelah tamat SMA, seperti masuk perguruan tinggi, atau bekerja. Ada juga yang menuliskan melamar menjadi polisi atau aparat negara lainnya. Rencana hidup hingga menikah, berkeluarga, memiliki anak, cucu, hingga akhir hayat juga dituliskan. Siswa juga dapat menuliskan rencana melakukan ibadah haji atau perjalanan suci sesuai agama mereka.
Selanjutnya, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan diri. Siswa dapat memilih warna, gambar, dan berbagai dekorasi untuk memperkaya peta mereka. My Life Map yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan personal. Kebebasan ini memungkinkan setiap siswa untuk menampilkan kreativitas mereka yang mencerminkan kepribadian, aspirasi, dan perjalanan hidup.
Karena saya guru bahasa Inggris, siswa menuliskan My Life Map dalam bahasa Inggris. Kejadian yang sudah lewat ditulis dalam bentuk Simple Past Tense, kejadian saat ini dalam bentuk Simple Present Tense, dan rencana di masa depan dalam bentuk Simple Future Tense. Secara tidak sadar, siswa juga belajar tentang bentuk waktu melalui kegitan My Life Map. Bagi yang sudah terbiasa, ini mengingatkan kembali penggunaan tenses, sementara bagi yang belum paham, ini menjadi kesempatan untuk mengerti penggunaan tenses dasar dalam bahasa Inggris.
Langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dan presentasi di kelas. Guru mengajak siswa untuk membahas hasil My Life Map mereka secara bersama-sama, memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk berbagi cerita dan pengalaman yang mereka tuangkan dalam peta. Selain itu, beberapa siswa diminta untuk mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas. Presentasi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum dan memperkuat rasa percaya diri mereka. Diskusi dan presentasi juga mendorong interaksi antar siswa, memperkaya pemahaman mereka tentang satu sama lain, dan menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif dan kolaboratif.
Langkah terakhir adalah melakukan refleksi dan evaluasi tentang proses dan hasil kegiatan My Life Map. Guru mengajak siswa untuk merenungkan apa yang telah mereka pelajari selama kegiatan ini, termasuk tantangan yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasinya. Selain itu, guru memberikan umpan balik konstruktif kepada setiap siswa, membantu mereka memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan. Refleksi ini tidak hanya membantu siswa menginternalisasi pembelajaran mereka, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi guru tentang efektivitas metode yang digunakan, sehingga dapat terus memperbaiki pendekatan pengajaran di masa depan.
Refleksi My Life Map tidak hanya membantu siswa menginternalisasi pembelajaran mereka, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi guru tentang efektivitas metode yang digunakan, Hal ini memungkinkan guru memperbaiki pendekatan pengajaran di masa depan. Hasil dari kegiatan My Life Map menunjukkan pengaruh positif terhadap semangat belajar siswa. Melalui kegiatan ini, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar karena mereka merasa lebih terhubung dengan materi yang diajarkan. Selain itu, My Life Map membantu meningkatkan kesadaran diri dan rasa percaya diri siswa. Mereka diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri secara bebas. Kegiatan ini juga membuka peluang bagi penemuan bakat siswa dalam menggambar, melukis, dan mendesain, yang mungkin sebelumnya tidak teridentifikasi. Dengan demikian, My Life Map tidak hanya berfungsi sebagai alat pembelajaran, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan potensi dan keterampilan siswa.
Tidak ada inovasi pembelajaran yang tidak memiliki tantangan dalam pelaksanaannya. Begitu juga dengan kegiatan My Life Map. Beberapa tantangan yang dihadapi adalah manajemen waktu dan perbedaan tingkat kemampuan siswa dalam menggambar dan mengekspresikan diri. Selain itu, keterbatasan alat dan bahan juga dapat menjadi kendala. Untuk mengatasi tantangan ini, solusi yang diterapkan meliputi perencanaan waktu yang lebih matang dengan membagi kegiatan menjadi beberapa sesi, serta memberikan panduan dan dukungan yang lebih intensif kepada siswa yang memerlukan. Guru mengajak siswa untuk berkolaborasi dalam kelompok, saling membantu dan meminjamkan alat tulis. Dengan cara ini, tantangan dalam pelaksanaan kegiatan dapat diatasi, dan tujuan My Life Map dapat tercapai dengan lebih efektif.
Penutup
Secara keseluruhan, kegiatan My Life Map telah terbukti memberikan banyak manfaat bagi siswa. Semangat belajar, kesadaran diri, dan rasa percaya diri siswa semakin meningkat. Kegiatan ini juga berhasil mengidentifikasi dan mengembangkan bakat siswa dalam bidang seni seperti menggambar, melukis, dan mendesain. Keberhasilan kegiatan ini menunjukkan bahwa pendekatan yang kreatif dan personal dalam pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Oleh karena itu, saya mengajak guru-guru lain untuk mencoba kegiatan My Life Map di kelas mereka. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan, kita dapat membantu mereka mencapai potensi dan menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., Arisanti, K., & Yaqin, F. A. (2023). Adaptasi dan Inovasi Madrasah Ibtidaiyah Dalam Menyambut Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(1), 386–393. https://doi.org/10.31949/educatio.v9i1.4583
Amalia, M. (2022). Inovasi pembelajaran kurikulum merdeka belajar Di Era Society 5.0 untuk Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Sosial Sains, Pendidikan, Humaniora (SENASSDRA), 1(1), 1–6.
Antika, W., Sasomo, B., & Rahmawati, A. D. (2023). Analisis Asesmen Diagnostik Pada Model Pembelajaran Project Based Learning di Kurikulum Merdeka SMPN 3 Sine. Pedagogy, 8(1), 253.
Elizasri, & Ilyas, A. (2022). Pelaksanaan Asesmen Diagnostik Non Kognitif dalam Kurikulum Merdeka di MIN 2 Kota Sawahlunto. Jurnal Pustaka Cendekia Pendidikan, 01(01), 44–49. http://pcpendidikan.org/index.php/jpcp/article/view/8
Nur Budiono, A., & Hatip, M. (2023). Asesmen Pembelajaran Pada Kurikulum Merdeka. Jurnal Axioma : Jurnal Matematika Dan Pembelajaran, 8(1), 109–123. https://doi.org/10.56013/axi.v8i1.2044
Nurhasanah, A., Acesta, A., & Simbolon, M. E. (2023). Analisis Kebutuhan Pengembangan Assesmen Diagnostik Non Kognitif Jenjang Sekolah Dasar. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 10(2), 46–54. https://journal.uniku.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/8851
Rahman, K., & Ririen, D. (2023). Implementasi Asesmen Diagnostik Non Kognitif dalam Kebijakan Sekolah. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(5), 1815–1823. https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.3954
Watu, M. F., Sayangan, Y. V., Lawe, Y. U., Ngurah, D., Laksana, L., Guru, P., & Dasar, S. (2024). Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti PENERAPAN ASESMEN DIAGNOSTIK NON KOGNITIF PADA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 11, 615–625.