Oleh: Lina Puspitaning Rahayu, S.Pd.
Guru SD Negeri Gembongan, Kulon Progo
Numerasi menjadi salah satu kemampuan dasar yang perlu dimiliki setiap individu. Apa itu numerasi? Numerasi adalah kemampuan berpikir untuk menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dalam berbagai jenis konteks yang relevan dengan individu (Perdirjen GTK Kemendikbudristek No. 0340/B/HK.01.03/2022). Dalam numerasi, peserta didik belajar bahwa dengan penalaran dan asumsi yang tepat, mereka dapat memecahkan masalah sehari-hari.
Kehidupan manusia tidak lepas dari numerasi. Proses jual-beli misalnya. Hampir semua individu melakukan proses jual-beli dan proses jual-beli ini tentu membutuhkan keterampilan numerasi. Masih banyak contoh lain yang membutuhkan keterampilan numerasi. Oleh karena itu, belajar numerasi merupakan suatu hal yang penting bagi seorang individu.
Numerasi dapat meningkatkan keterampilan seseorang dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Lindquist et al., 2019), (OECD, 2017). Tidak hanya itu, individu yang memiliki keterampilan numerasi akan memiliki peluang dan pilihan yang lebih besar dalam membentuk masa depannya (NCTM, 2000). Hal ini disebabkan seseorang yang terampil dalam numerasi akan memiliki banyak peluang untuk memilih pekerjaan dan aktivitas yang berhubungan dengan numerasi. Demikianlah penjabaran pentingnya numerasi bagi individu dalam kehidupan sehari-harinya.
Namun, sering kali pendidik di kelas menjumpai kalimat-kalimat, “pelajaran yang paling tidak saya suka adalah berhitung,” atau “nilai matematika saya selalu buruk”. Kalimat tersebut adalah beberapa pernyataan paling sering diungkapkan oleh peserta didik sekolah dasar; yang menunjukkan kecemasan dan ketidaksukaan mereka terhadap numerasi. Munculnya kekhawatiran atas rendahnya skor akademis dan konsekuensi yang akan diperoleh pada gilirannya dapat membentuk rasa takut yang berlebihan. Hal ini akan menghadirkan kecemasan peserta didik terhadap numerasi. Kecemasan semacam inilah yang sulit diatasi karena tidak selalu tampak, kecuali digali dengan pendekatan interpersonal.
Selain itu, hasil survei PISA 2018 (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas) menempatkan Indonesia di urutan ke-74 alias peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca peserta didik Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan numerasi mendapat 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71. Hasil PISA ini menunjukkan bahwa kemampuan numerasi peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah.
Menengok hal tersebut, diperlukan upaya dari para pendidik untuk menciptakan pembelajaran numerasi yang bermakna dan menyenangkan. Lalu, bagaimana upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan numerasi peserta didiknya?
Hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah mengetahui kemampuan awal numerasi setiap peserta didik. Bagaimana caranya? Asesmen awal numerasi adalah jawabannya.
Peserta didik itu unik
Seperti yang kita tahu, setiap peserta didik itu unik. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya. Pendidik harus mengetahui karakteristik perkembangan setiap peserta didiknya. Hal ini diperlukan karena proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan setiap peserta didik.
Berdasarkan alasan tersebut, asesmen awal numerasi diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal numerasi dari setiap peserta didik. Asesmen awal numerasi menjadi bekal awal bagi pendidik untuk memetakan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Tujuannya agar pendidik dapat merancang pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu, asesmen awal numerasi juga diperlukan agar pendidik dapat memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
Asesmen numerasi perlu dilakukan oleh pendidik pada awal pembelajaran. Pelaksanaan asesmen awal numerasi harus disesuaikan dengan kondisi psikologis peserta didik, terutama peserta didik di kelas 1 SD yang notabene baru saja memasuki dunia sekolah dasar. Dalam melaksanakan asesmen numerasi, pendidik harus memastikan peserta didik dalam kondisi yang aman dan nyaman. Tujuannya agar peserta didik tidak merasa takut dan panik saat melaksanakan asesmen. Asesmen awal untuk peserta didik kelas 1 SD perlu dilakukan tetapi bukan dalam bentuk tes, tetapi bisa dengan observasi, unjuk kerja, atau bentuk lain agar peserta didik merasa nyaman dan tidak stress. Guru SD kelas awal perlu mempelajari Transisi PAUD-SD yang menyenangkan.
Ide-Ide Pembelajaran Numerasi
Setelah kegiatan asesmen awal numerasi selesai dilaksanakan kepada semua peserta didik, pendidik akan mendapatkan informasi mengenai kemampuan numerasi awal peserta didik. Berdasarkan hasil asesmen, pendidik akan membuat rencana tindak lanjut. Selanjutnya, pendidik merancang strategi pembelajaran untuk memaksimalkan setiap kemampuan peserta didik.
Pembelajaran numerasi dapat dikemas menjadi pembelajaran yang asyik berbantuan dengan telepon pintar maupun komputer atau bisa kita sebut dengan media digital. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara, pendidik perlu mendidik setiap peserta didiknya sesuai dengan tuntutan zaman. Pembelajaran di kelas harus disesuaikan dengan zaman serba digital. Media digital dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Pendidik perlu merencanakan dan memilih permainan yang sesuai untuk peserta didik agar tidak sekadar bermain, namun juga berinteraksi dan berdiskusi dengan rekan sebayanya untuk meningkatkan kemampuan numerasi.
Ada banyak ide yang dapat digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran numerasi. Salah satu ide pembelajaran numerasi berbantuan telepon pintar yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik dalam melakukan pembelajaran numerasi adalah aplikasi Math City Map (MCM). Math City Map merupakan satu aplikasi berbasis GPS yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan realistis di lingkungan sekitar peserta didik. Melalui aplikasi Math City Map ini, pendidik dapat membuat permasalahan berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik. Pendidik dapat menciptakan trail (jejak atau peta) kemudian menuliskan soal numerasi yang berkaitan dengan peta yang telah dibuat tadi.
Melalui aplikasi Math City Map, peserta didik akan diminta untuk mencari beberapa titik lokasi yang telah tertera pada aplikasi. Peserta didik akan berhenti di satu titik lokasi dan mendapatkan tantangan (soal). Soal ini berkaitan dengan lingkungan dan beragam benda yang ada di sekitar peserta didik. Pada tantangan ini hanya tersedia beberapa petunjuk (hints). Tantangan yang disediakan memiliki jawaban terbuka sehingga peserta didik dapat bereksplorasi dengan berbagai cara untuk menemukan solusi. Setelah menjawab tantangan, peserta didik akan memperoleh skor sesuai dengan ketepatan jawaban. Peserta didik dapat saling berdiskusi untuk menemukan jawaban yang tepat.
Praktik Baik MCM
Pembelajaran dengan Math City Map merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menguatkan kemampuan numerasi peserta didik. Berikut langkah-langkah pembelajaran dengan Math City Map dilakukan.
Pertama, setiap kelompok diminta untuk mengunduh aplikasi Math City Map melalui Playstore atau iOS.
Kedua, setelah aplikasi terunduh, peserta didik dapat menambahkan trail dengan memasukkan kode yang diberikan oleh pendidik. Ketiga, peserta didik dapat melihat tampilan trail yang akan dilakukan yaitu trail SD Negeri Gembongan. Peserta didik dapat melanjutkan dengan meng-klik tombol “Lanjutkan Trail”. Keempat, peserta didik dapat bereksplorasi ke setiap titik tujuan dan mengerjakan tantangan yang telah disediakan. Peserta didik berdiskusi dengan setiap anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tantangan yang ada.
Pada gambar 2 di bawah tersaji pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Misalnya, “apabila pinggiran jendela kelas 2 akan dihias dengan menggunakan pita, berapakah perkiraan panjang pita yang dibutuhkan?”. Peserta didik dapat memanfaatkan panjang lebar setiap ubin yang ada di bawah jendela ataupun peserta didik dapat menggunakan tali yang sebelumnya sudah disiapkan sebagai alat bantu untuk menghitung. Soal-soal tersebut merupakan soal terbuka yang memiliki rentang jawaban sehingga peserta didik dapat bereksplorasi dengan menggunakan beragam cara.
Peserta didik yang telah berdiskusi dapat menuliskan jawaban pada aplikasi Math City Map. Setelah menuliskan jawaban, peserta didik dapat mengetahui skor yang diperoleh. Peserta didik tampak senang dalam mengikuti pembelajaran numerasi dengan menggunakan aplikasi Math City Map ini. Setiap kelompok terlihat serius dalam berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar.
Dengan berdiskusi dan berkelompok, peserta didik tampak yakin dalam menyelesaikan setiap tantangan. Dengan berbagai alat bantu seperti tali dan penggaris, peserta didik dapat memanipulasi berbagai alat bantu sehingga peserta didik tampak memiliki keyakinan yang lebih tinggi. Peserta didik juga jauh lebih senang dan antusias dalam pembelajaran numerasi dengan menggunakan Math City Map. Peserta didik dapat belajar di luar kelas dan juga dapat mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Peserta didik tampak bekerja sama dan melakukan komunikasi yang positif dengan sesama rekan kelompoknya. Selain itu, peserta didik juga terlatih untuk berpikir kritis dan berinovasi dalam memecahkan masalah yang disajikan.
Numerasi merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan setiap peserta didik menghadapi tantangan abad 21. Kemampuan numerasi dibutuhkan untuk memecahkan kehidupan sehari-hari. Kemampuan numerasi dapat diasah melalui pembelajaran yang menyenangkan berbantuan dengan media digital pada telepon pintar. Math City Map merupakan salah satu ide pembelajaran numerasi yang menyenangkan dan dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif setiap peserta didik.
Dengan adanya ide-ide brilian dari para pendidik, niscaya kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin berkualitas. Pendidik yang berkualitas akan menciptakan peserta didik yang berkualitas. Ide-ide kecil para pendidik merupakan lentera-lentera kecil yang akan menerangi generasi Indonesia menjadi generasi berkualitas.
REFERENSI
Lindquist, M., Philpot, R., Mullis, I. V. S., & Cotter, K. E. (2019). TIMSS 2019 Mathematics Framework Mary. In I. V. S. Mullis & M. O. Martin (Ed.), Timss 2019 Assessment Frameworks. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States of America: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
OECD. (2017). PISA 2015 Assessment and Analytical Framework: Science, Reading, Mathematic, Financial Literacy and Collaborative Problem Solving. Paris: OECD Publishing. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1787/9789264281820-en