Home » 2024 » May

Monthly Archives: May 2024

Membangun Makna Belajar dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh: Ahmad Hidayat, M.Pd

Guru SDN Tugu Selatan 03

Dewasa ini, pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sebuah kegiatan formal dalam menuntaskan wajib belajar belaka. Pendidikan telah bertransformasi menjadi suatu proses yang menyeluruh. Proses yang tidak hanya bertumpu pada tujuan belajar apalagi hanya sekadar lulus. Proses yang dimana murid mampu mengembangkan seluruh potensinya dengan gaya belajar yang mereka sukai. Proses yang menghantarkan murid menjadi seorang manusia yang menyatakan dengan penuh semangat bahwa belajar adalah hal yang paling mengasyikan, dan bapak ibu guruku adalah bapak ibu guru hebat yang pernah aku temui. Proses yang mendekatkan murid pada konsep pembelajaran abad 21, yaitu murid yang kreatif, inovatif, kolaboratif, komunikatif, berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah. Murid yang kelak dapat menebar manfaat di sekitarnya sekaligus mampu bersaing ditingkat global, dan tentunya murid yang memiliki semangat Profil Pelajar Pancasila. Proses Pendidikan telah memiliki makna luas, terus menjadi sorotan dan terus akan mendapatkan banyak tantangan ke depannya. Pertanyaannya adalah bagaimana pendidik menyikapi ini semua?

Perlu digaris bawahi bahwa dalam menjalankan tugasnya, seorang pendidik harus menyesuaikan dan memahami kodrat alam dan kodrat zaman murid. Ini sesuai dengan prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama (Ki Hadjar Dewantara yang dikutip oleh Tarigan, dkk: 2022). Menurut Hendri dalam Santika (2023), visi pedagogis Ki Hadjar Dewantara yang relevan dengan pendidikan kontemporer saat ini adalah bahwa setiap anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya, baik kodrat alam maupun kodrat zaman.  Kodrat alam adalah karakteristik unik dan kecenderungan yang dimiliki anak dalam belajar dan berinteraksi. Berbeda dengan kodrat alam, kodrat zaman selalu maju menyesuaikan dengan kemajuan alam dan zaman (tijd en  ruimte) seiring dengan olah budaya manusia.

Sumber Pribadi: Murid harus dikenalkan dengan teknologi dalam pembelajaran sebagai bagian dari kodrat zaman.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diartikan bahwa bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, tugas kita sebagai pendidik menuntun pertumbuhan murid agar mampu mengembangkan secara optimal kekuatan kodrat dan potensi yang ada dalam diri sehingga tidak bergantung pada orang lain dan menjadi manusia yang merdeka, selamat dan bahagia. Dari kedua aspek tersebut (alam dan zaman) maka dapat dipahami bahwa dalam proses mengajar kita harus memandang murid sebagai suatu objek yang memiliki sifat, lingkungan, minat dan bakat yang berbeda-beda, namun mereka harus sama-sama dapat membangun diri untuk belajar dan memiliki keterampilan sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan pembelajaran harus disesuaikan dengan masing-masing ragam kebutuhan murid. Konteks inilah yang harus dikembangkan guru dalam proses pembelajaran. Konsep pembelajaran ini biasa disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang disusun berdasarkan profil belajar murid yang bertujuan untuk mengakomodasi semua kebutuhan murid agar murid dapat berpartisipasi penuh selama proses belajar. Renzuli (1977) mengatakan bahwa “Differentiation is an attempt to address the variation of learners in the classroom through multiple approaches that modify instruction and curriculum to match the individual needs of students” Pernyataan tersebut menegaskan dengan jelas bahawa tujuan diferensiasi adalah mewujudkan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Menurut Fatimah dan Rezekim Muamar (2023) bahwa ada 3 (tiga) elemen penting dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu konten (tentang apa yang dipelajari), proses (tentang cara mendapatkan informasi) dan produk (tentang cara mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari). Ketiga elemen tersebut dapat dilakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan asesmen yang dilakukan sesuai dengan tingkat kesiapan murid, ketertarikan dan learning profil. Sementara itu, Renzuli dalam Sally M. Reis & Joseph S. Renzulli (2018) memberi pernyataan yang lebih detail lagi yakni menjadi 5 (lima) dimensi diferensiasi, yakni content, instruktional startegies (Strategi Pembelajaran/Instruksi), the calssroom (lingkungan belajar), product, dan the teacher (guru/fasilitator).

Mengapa pembelajaran berdiferensiasi ini begitu penting untuk diaplikasikan di kelas? Pertanyaan tersebut akan penulis arahkan kepada hasil atau tujuan dari pendidikan. Mau seperti apa generasi masa depan Indonesia di masa mendatang? Di masa depan kita butuh generasi yang memiliki kompetensi bertaraf global, yaitu generasi yang memiliki cara berpikir memecahkan masalah dengan wawasan dan pengalamannya, generasi yang memiliki keterampilan untuk hidup dan menghidupkan peradaban, generasi yang mampu bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, dan mampu berkarya dengan segenap kemampuan yang telah dipertajam pada masa pendidikannya. Generasi seperti itu hanya akan terbentuk jika kita memahami dan memenuhi kebutuhan belajar mereka, minat dan bakat mereka, lingkungan belajar mereka, pemahaman konsep akan  konteks materi terkini dan tentunya rasa percaya diri yang tinggi. Jadi, seberapa penting pembelajaran berdiferensiasi dilakukan? Jawabannya adalah sangat penting. Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membangun makna belajar dengan pembelajaran berdiferensiasi?

  1. Memetakan kompetensi dan kebutuhan murid.

Langkah pertama dalam menunaikan pembelajaran berdiferensiasi yang baik adalah memetakan kompetensi dan kebutuhan murid. Kompetensi dan kebutuhan yang seperti apa? Misal seperti mengetahui kesiapan belajar murid, yang meliputi pemahaman awal murid (pengetahuan pra syarat),  mengetahui profil belajar murid (gaya belajar, minat dan bakat), keterampilan yang dikuasai atau diminati serta mengetahui ketertarikan murid akan suatu materi tertentu. Langkah ini sangat penting untuk menyesuaikan pembelajaran agar murid berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran.

Cara untuk memetakan kompetensi dan kebutuhan murid adalah dengan melakukan asesmen awal. Pada proses ini, asesmen dilakukan di awal semester ataupun di awal pembelajaran (memasuki topik baru) untuk mengetahui kemampuan awal, kebutuhan belajar dan kemampuan umum murid. Asesmen harus dirancang secara adil, proporsional, valid dan reliabel (dapat dipercaya). Secara umum ada 3 teknik dalam melakukan asesmen awal. Yakni dengan teknik observasi, performa dan tertulis.

Misal dengan teknik observasi kita dapat melakukan pengamatan secara langsung dan tidak langsung. Seperti mewawancarai siswa, berkomunikasi dengan orang tua dan dengan guru mata Pelajaran atau walikelas sebelumnya.  Teknik performa, pada asesmen awal kita dapat melihat portofolio murid seperti project yang pernah dikerjakan ataupun karya-karya lain yang dapat menjadi data akurat. Dan terakhir adalah Teknik tertulis, kita dapat melakukan survey dengan menggunakan angket atau tes tertulis untuk mengetahui informasi yang kita butuhkan.

2. Memfasilitasi kebutuhan murid untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Langkah kedua adalah memfasilitasi kebutuhan murid untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Pada proses ini kita dapat memodifikasi proses, konten dan produk akhir dalam proses pembelajaran. Bagaimana cara memfasilitasinya? Dasar pemikiran dalam proses memfasilitasi harus bersumber pada data kebutuhan murid. Sarana dan sumber belajar harus berpihak dan mengakomodasi kebutuhan murid. Proses ini juga akan membawa kita untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam merancang proses pembelajaran dalam satu kali pertemuan di kelas. Seperti yang kita pahami bersama bahwa pembelajaran di kelas perlu dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian murid.

3. Melakukan manajamen kelas.

Langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah melakukan manajemen kelas. Langkah ini dilakukan agar suasana kelas dan suasana belajar dapat berjalan dengan nyaman dan teratur. Suasana kelas yang seperti itu harus kita upayakan dan harus kita wujudkan agar murid memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Beberapa ragam strategi manajemen kelas yang dapat kita lakukan adalah:

  1. penentuan tata letak kelas
  2. pengelompokan kelas
  3. membuat kesepakatan dan keyakinan kelas
  4. meningkatkan hubungan positif antara guru dan murid
  5. melibatkan murid dalam segala aspek pembelajaran.

4. Merancang konsep pembelajaran secara utuh.

Langkah selanjutnya adalah merancang konsep pembelajaran secara utuh. Dalam hal ini bapak ibu guru harus membuat modul ajar yang telah didesain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan unsur eksternal yang sesuai seperti asesmen awal, model pembelajaran, metode yang digunakan untuk memfasilitasi keberagaman murid, media dan aplikasi sebagai media pembantu, LKPD, serta unsur lain seperti penilaian formatif dan sumatif, penggunaan teknologi dalam proses belajar, serta alokasi waktu. Hal ini penting agar setiap alur pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif.

Sumber pribadi: Penggunaan model, metode dan media pembelajaran menjadi bagian penting yang tidak boleh dilupakan (ilustrasi).

5. Mefasilitasi proses pembelajaran dengan penuh semangat dan percaya diri.

Langkah terakhir adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan penuh semangat dan percaya diri. Ini adalah proses kunci. Apabila bapak ibu sudah menyiapkan semuanya dengan matang maka percayalah bapak ibu telah meminimalisir kesulitan dalam mengajar di kelas. Lakukan semuanya dengan penuh semangat dan percaya diri, karena energi bapak ibu dalam mengajar akan memberikan kekuatan bagi murid dalam memaknai proses belajar. Sehingga kelas dapat menjadi rumah belajar yang nyaman dan penuh dengan dukungan dari segala arah, serta belajar menjadi proses yang seru, menantang, bermakna dan menyenangkan.

Daftar Pustaka:

Fatimah dan M Rezeki Muamar. (2023). Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Peserta Didik. Penerbit Deepublish: Yogyakarta

Iffa Dian Santika dan Binti Khoiriyah. (2023). Pembelajaran Berdiferensiasi dan Relevansi Visi Pedagogis Ki Hajar Dewantara dalam Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal Pendidikan dan Konseling Volume 5 Nomor 1

Modul Diferensiasi dalam Pembelajaran. Platform Merdeka Mengajar: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Modul Prinsip dan Fungsi Asesmen. Platform Merdeka Mengajar: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Renzulli, J. S. (1997, July). Five dimensions of differentiation. Keynote presentation at the 20th Annual Confratute Conference, Storrs, CT.

Renzulli, J.S. (1977). The enrichment triad model. Mansfield Center, CT: Creative Learning Press.

Sally M. Reis & Joseph S. Renzulli. (2018). The Five Dimensions of Differentiation. International Journal for Talent Development and Creativity – 6(1).

Tarigan, Mardinal; dkk. (2022). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Perkembangan Pendidikan di Indonesia. UIN Sumatera Utara: Jurnal pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol. 3– No. 1.

Numerasi Menyenangkan, Peserta Didik Kian Cekatan

Oleh: Lina Puspitaning Rahayu, S.Pd.

Guru SD Negeri Gembongan, Kulon Progo

Numerasi menjadi salah satu kemampuan dasar yang perlu dimiliki setiap individu. Apa itu numerasi? Numerasi adalah kemampuan berpikir untuk menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dalam berbagai jenis konteks yang relevan dengan individu (Perdirjen GTK Kemendikbudristek No. 0340/B/HK.01.03/2022). Dalam numerasi, peserta didik belajar bahwa dengan penalaran dan asumsi yang tepat, mereka dapat memecahkan masalah sehari-hari.

Kehidupan manusia tidak lepas dari numerasi. Proses jual-beli misalnya. Hampir semua individu melakukan proses jual-beli dan proses jual-beli ini tentu membutuhkan keterampilan numerasi. Masih banyak contoh lain yang membutuhkan keterampilan numerasi. Oleh karena itu, belajar numerasi merupakan suatu hal yang penting bagi seorang individu.

Numerasi dapat meningkatkan keterampilan seseorang dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Lindquist et al., 2019), (OECD, 2017). Tidak hanya itu, individu yang memiliki keterampilan numerasi akan memiliki peluang dan pilihan yang lebih besar dalam membentuk masa depannya (NCTM, 2000). Hal ini disebabkan seseorang yang terampil dalam numerasi akan memiliki banyak peluang untuk memilih pekerjaan dan aktivitas yang berhubungan dengan numerasi. Demikianlah penjabaran pentingnya numerasi bagi individu dalam kehidupan sehari-harinya.

Namun, sering kali pendidik di kelas menjumpai kalimat-kalimat, “pelajaran yang paling tidak saya suka adalah berhitung,” atau “nilai matematika saya selalu buruk”. Kalimat tersebut adalah beberapa pernyataan paling sering diungkapkan oleh peserta didik sekolah dasar; yang menunjukkan kecemasan dan ketidaksukaan mereka terhadap numerasi. Munculnya kekhawatiran atas rendahnya skor akademis dan konsekuensi yang akan diperoleh pada gilirannya dapat membentuk rasa takut yang berlebihan. Hal ini akan menghadirkan kecemasan peserta didik terhadap numerasi. Kecemasan semacam inilah yang sulit diatasi karena tidak selalu tampak, kecuali digali dengan pendekatan interpersonal.

Selain itu, hasil survei PISA 2018 (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas) menempatkan Indonesia di urutan ke-74 alias peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca peserta didik Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan numerasi mendapat 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71. Hasil PISA ini menunjukkan bahwa kemampuan numerasi peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah.

Menengok hal tersebut, diperlukan upaya dari para pendidik untuk menciptakan pembelajaran numerasi yang bermakna dan menyenangkan. Lalu, bagaimana upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan numerasi peserta didiknya?

Hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah mengetahui kemampuan awal numerasi setiap peserta didik. Bagaimana caranya? Asesmen awal numerasi adalah jawabannya.

Peserta didik itu unik

Seperti yang kita tahu, setiap peserta didik itu unik. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya. Pendidik harus mengetahui karakteristik perkembangan setiap peserta didiknya. Hal ini diperlukan karena proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan setiap peserta didik.

Berdasarkan alasan tersebut, asesmen awal numerasi diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal numerasi dari setiap peserta didik. Asesmen awal numerasi menjadi bekal awal bagi pendidik untuk memetakan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Tujuannya agar pendidik dapat merancang pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu, asesmen awal numerasi juga diperlukan agar pendidik dapat memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.

Asesmen numerasi perlu dilakukan oleh pendidik pada awal pembelajaran. Pelaksanaan asesmen awal numerasi harus disesuaikan dengan kondisi psikologis peserta didik, terutama peserta didik di kelas 1 SD yang notabene baru saja memasuki dunia sekolah dasar. Dalam melaksanakan asesmen numerasi, pendidik harus memastikan peserta didik dalam kondisi yang aman dan nyaman. Tujuannya agar peserta didik tidak merasa takut dan panik saat melaksanakan asesmen. Asesmen awal untuk peserta didik kelas 1 SD perlu dilakukan tetapi bukan dalam bentuk tes, tetapi bisa dengan observasi, unjuk kerja, atau bentuk lain agar peserta didik merasa nyaman dan tidak stress. Guru SD kelas awal perlu mempelajari Transisi PAUD-SD yang menyenangkan.

Ide-Ide Pembelajaran Numerasi

Setelah kegiatan asesmen awal numerasi selesai dilaksanakan kepada semua peserta didik, pendidik akan mendapatkan informasi mengenai kemampuan numerasi awal peserta didik. Berdasarkan hasil asesmen, pendidik akan membuat rencana tindak lanjut. Selanjutnya, pendidik merancang strategi pembelajaran untuk memaksimalkan setiap kemampuan peserta didik.

Pembelajaran numerasi dapat dikemas menjadi pembelajaran yang asyik berbantuan dengan telepon pintar maupun komputer atau bisa kita sebut dengan media digital. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara, pendidik perlu mendidik setiap peserta didiknya sesuai dengan tuntutan zaman. Pembelajaran di kelas harus disesuaikan dengan zaman serba digital. Media digital dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Pendidik perlu merencanakan dan memilih permainan yang sesuai untuk peserta didik agar tidak sekadar bermain, namun juga berinteraksi dan berdiskusi dengan rekan sebayanya untuk meningkatkan kemampuan numerasi.

Ada banyak ide yang dapat digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran numerasi. Salah satu ide pembelajaran numerasi berbantuan telepon pintar yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik dalam melakukan pembelajaran numerasi adalah aplikasi Math City Map (MCM). Math City Map merupakan satu aplikasi berbasis GPS yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan realistis di lingkungan sekitar peserta didik. Melalui aplikasi Math City Map ini, pendidik dapat membuat permasalahan berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik. Pendidik dapat menciptakan trail (jejak atau peta) kemudian menuliskan soal numerasi yang berkaitan dengan peta yang telah dibuat tadi.

Melalui aplikasi Math City Map, peserta didik akan diminta untuk mencari beberapa titik lokasi yang telah tertera pada aplikasi. Peserta didik akan berhenti di satu titik lokasi dan mendapatkan tantangan (soal). Soal ini berkaitan dengan lingkungan dan beragam benda yang ada di sekitar peserta didik. Pada tantangan ini hanya tersedia beberapa petunjuk (hints). Tantangan yang disediakan memiliki jawaban terbuka sehingga peserta didik dapat bereksplorasi dengan berbagai cara untuk menemukan solusi. Setelah menjawab tantangan, peserta didik akan memperoleh skor sesuai dengan ketepatan jawaban. Peserta didik dapat saling berdiskusi untuk menemukan jawaban yang tepat.

Praktik Baik MCM

Pembelajaran dengan Math City Map merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menguatkan kemampuan numerasi peserta didik. Berikut langkah-langkah pembelajaran dengan Math City Map dilakukan.

Pertama, setiap kelompok diminta untuk mengunduh aplikasi Math City Map melalui Playstore atau  iOS.

Kedua, setelah aplikasi terunduh, peserta didik dapat menambahkan trail dengan memasukkan kode yang diberikan oleh pendidik. Ketiga, peserta didik dapat melihat tampilan trail yang akan dilakukan yaitu trail SD Negeri Gembongan. Peserta didik dapat melanjutkan dengan meng-klik tombol “Lanjutkan Trail”. Keempat, peserta didik dapat bereksplorasi ke setiap titik tujuan dan mengerjakan tantangan yang telah disediakan. Peserta didik berdiskusi dengan setiap anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tantangan yang ada.

Pada gambar 2 di bawah tersaji pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Misalnya, “apabila pinggiran jendela kelas 2 akan dihias dengan menggunakan pita, berapakah perkiraan panjang pita yang dibutuhkan?”. Peserta didik dapat memanfaatkan panjang lebar setiap ubin yang ada di bawah jendela ataupun peserta didik dapat menggunakan tali yang sebelumnya sudah disiapkan sebagai alat bantu untuk menghitung. Soal-soal tersebut merupakan soal terbuka yang memiliki rentang jawaban sehingga peserta didik dapat bereksplorasi dengan menggunakan beragam cara.

Peserta didik yang telah berdiskusi dapat menuliskan jawaban pada aplikasi Math City Map. Setelah menuliskan jawaban, peserta didik dapat mengetahui skor yang diperoleh. Peserta didik tampak senang dalam mengikuti pembelajaran numerasi dengan menggunakan aplikasi Math City Map ini. Setiap kelompok terlihat serius dalam berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar.

Dengan berdiskusi dan berkelompok, peserta didik tampak yakin dalam menyelesaikan setiap tantangan. Dengan berbagai alat bantu seperti tali dan penggaris, peserta didik dapat memanipulasi berbagai alat bantu sehingga peserta didik tampak memiliki keyakinan yang lebih tinggi. Peserta didik juga jauh lebih senang dan antusias dalam pembelajaran numerasi dengan menggunakan Math City Map. Peserta didik dapat belajar di luar kelas dan juga dapat mengeksplorasi lingkungan  sekitarnya. Peserta didik tampak bekerja sama dan melakukan komunikasi yang positif dengan sesama rekan kelompoknya. Selain itu, peserta didik juga terlatih untuk berpikir kritis dan berinovasi dalam memecahkan masalah yang disajikan.

Numerasi merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan setiap peserta didik menghadapi tantangan abad 21. Kemampuan numerasi dibutuhkan untuk memecahkan kehidupan sehari-hari. Kemampuan numerasi dapat diasah melalui pembelajaran yang menyenangkan berbantuan dengan media digital pada telepon pintar. Math City Map merupakan salah satu ide pembelajaran numerasi yang menyenangkan dan dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif setiap peserta didik.

Dengan adanya ide-ide brilian dari para pendidik, niscaya kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin berkualitas. Pendidik yang berkualitas akan menciptakan peserta didik yang berkualitas. Ide-ide kecil para pendidik merupakan lentera-lentera kecil yang akan menerangi generasi Indonesia menjadi generasi berkualitas.

REFERENSI

Lindquist, M., Philpot, R., Mullis, I. V. S., & Cotter, K. E. (2019). TIMSS 2019 Mathematics Framework Mary. In I. V. S. Mullis & M. O. Martin (Ed.), Timss 2019 Assessment Frameworks. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States of America: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

OECD. (2017). PISA 2015 Assessment and Analytical Framework: Science, Reading, Mathematic, Financial Literacy and Collaborative Problem Solving. Paris: OECD Publishing. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1787/9789264281820-en