Home » 2024
Yearly Archives: 2024
Meningkatkan Nasionalisme dan Keterlibatan Siswa melalui Metode BERKUDA MARINIR dalam Pembelajaran
Oleh Syafaruddin Marpaung, S.Pd., M.Hum.
SMA Negeri 2 Kota Tanjungbalai
Pendahuluan
Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa yang mencintai bangsa dan negara. Semangat nasionalisme dan cinta tanah air harus ditanamkan sejak dini kepada siswa. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa rasa nasionalisme di kalangan siswa saat ini mulai menipis. Hal ini disebabkan oleh arus globalisasi yang begitu kuat, sering kali lebih menonjolkan budaya asing daripada budaya sendiri (Nahak, 2019). Kurangnya menghargai perjuangan pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan semakin menurunkan semangat nasionalisme di kalangan siswa. Dengan mempertimbangkan hal ini, perlu ada pendekatan baru dalam pembelajaran yang dapat menggabungkan nilai-nilai kebangsaan dengan cara yang relevan dan menarik bagi siswa.
Di tengah gegap gempita menyambut perayaan kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia tahun 2024, kebutuhan akan inovasi pembelajaran yang relevan dan menarik semakin terasa. Kesadaran akan pentingnya pembentukan karakter dan semangat kebangsaan di kalangan siswa dapat ditingkatkan dengan memperkenalkan pendekatan baru dalam pendidikan. Untuk menjawab tantangan ini, saya memperkenalkan metode BERKUDA MARINIR (Bermain Kuis Mode Kertas Memakai Atribut Kemerdekaan dan Stiker). BERKUDA MARINIR adalah sebuah pendekatan yang memadukan teknologi kuis berbasis kertas dengan semangat nasionalisme dan reward, menciptakan pengalaman belajar yang dapat membekas dalam ingatan. Pembelajaran di sekolah seringkali menghadapi tantangan dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air pada proses belajar mengajar (Istianah et al., 2023).
Metode BERKUDA MARINIR hadir sebagai angin segar, menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi kejenuhan dalam pembelajaran. Tidak hanya sekadar kuis, metode ini mengintegrasikan atribut kemerdekaan seperti topi merah putih, serta memberikan reward berupa stiker motivasi. Dengan demikian, siswa tidak hanya mendapat pengetahuan, tetapi juga diajak untuk lebih menghargai dan mencintai tanah airnya. Semangat nasionalisme yang tertanam diharapkan dapat membangkitkan gairah belajar dan meningkatkan motivasi siswa dalam mencapai prestasi akademik (Yanuardianto, 2020). Pendekatan ini sejalan dengan semangat Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka yang menekankan pentingnya pembentukan karakter dan nilai-nilai kebangsaan dalam proses pembelajaran.

Pembahasan
Untuk membuat kuis mode kertas menggunakan Quizizz, pertama-tama kita perlu mengakses platform Quizizz. Kita dapat membuka website Quizizz dengan mengunjungi situs resmi https://quizizz.com. Kemudian, guru menyusun serangkaian pertanyaan pilihan ganda sesuai dengan materi. Setelah menyimpan kuis tersebut, guru dapat memainkannya dengan memilih mode kertas atau paper mode. Selanjutnya, guru mengunduh dan mencetak kartu-kartu soal yang sudah disesuaikan dalam bentuk Q-Cards. Kartu ini dilengkapi dengan kode QR unik yang mempermudah guru untuk memindai jawaban siswa menggunakan aplikasi Quizizz di perangkat seluler (Azizah et al., 2023). Ini menjadikan proses penilaian lebih efisien dan akurat, sambil tetap mempertahankan aspek interaktif dari kuis. Agar Q-Cards ini awet dan dapat dipakai di semua kelas, sebaiknya kartu ini dilaminating.

Selanjutnya, pastikan setiap siswa menerima lembaran Q-Cards sesuai dengan nomor urut di buku kehadiran. Guru juga harus menjelaskan instruksi cara menggunakannya. Guru dapat membuat kelas di Quizizz tersebut dan menginput nama-nama siswa. Dalam pelaksanaannya, guru menayangkan soal-soal di papan tulis melalui LCD projector dan siswa memilih jawaban dengan mengangkat Q-Cards yang sesuai. Di lembaran Q-Cards tertera huruf A, B, C, dan D. Setelah semua siswa memberikan jawaban, guru dapat menggunakan aplikasi Quizizz di gawai untuk memindai kode QR yang terdapat di Q-Cards siswa (Abadi et al., 2023). Hasil pemindaian langsung ditampilkan di layar, sehingga siswa dapat melihat skor mereka secara real-time. Metode ini tidak hanya memberikan variasi dalam pembelajaran berbasis kuis, tetapi juga menggabungkan teknologi dengan cara yang mudah diakses oleh siswa dan guru.

Metode BERKUDA MARINIR merupakan akronim dari Bermain Kuis Mode Kertas Memakai Atribut Kemerdekaan dan Stiker, menawarkan pendekatan inovatif dan menarik dalam pembelajaran. Dalam kegiatan BERKUDA MARINIR, siswa didorong untuk mengenakan atribut kemerdekaan, seperti topi merah putih, sebagai simbol semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Topi kemerdekaan merah putih ini dibuat siswa sendiri sesuai kreativitas mereka. Guru dapat memodifikasi kegiatan ini dengan meminta salah seorang siswa untuk menjelaskan maksud pertanyaan dan menyatakan jawabannya. Hal ini bertujuan untuk menggali kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan meningkatkan keberanian dalam menyatakan pendapat. Dengan pendekatan ini, pembelajaran menjadi lebih hidup dan melibatkan siswa secara penuh. Selanjutnya guru dan siswa berdiskusi membahas pertanyaan tersebut agar suasana pembelajaran lebih interaktif. Sebagai bentuk apresiasi dan motivasi, 10 siswa dengan skor tertinggi diberikan stiker motivasi di sesi akhir.

Penerapan metode BERKUDA MARINIR dalam pembelajaran memberikan contoh konkret bagaimana pendekatan ini dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris materi teks narrative guru dapat merancang kuis yang menggali unsur-unsur intrinsik cerita, seperti tema, alur, penokohan, dan latar. Siswa tidak hanya memahami isi cerita, tetapi juga menganalisis pesan moral dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Metode BERKUDA MARINIR juga dapat diadaptasi untuk berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh dalam pelajaran Sejarah, kuis dapat berfokus pada peristiwa penting kemerdekaan atau tokoh-tokoh pahlawan nasional. Dalam pelajaran Geografi, pertanyaan bisa berkaitan dengan kekayaan alam Indonesia atau keunikan budaya daerah. Dengan demikian, metode ini menjadi alat yang fleksibel dan efektif untuk mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan ke dalam berbagai aspek pembelajaran.

Metode BERKUDA MARINIR terbukti memberikan manfaat signifikan dalam meningkatkan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan interaktif yang diusung, dipadukan dengan elemen permainan dan kompetisi yang sehat berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan merangsang rasa ingin tahu siswa. Hal ini mendorong mereka untuk lebih aktif bertanya, berdiskusi, dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna dan tidak monoton. Dibandingkan dengan metode konvensional yang cenderung monoton dan kurang melibatkan partisipasi aktif siswa, metode BERKUDA MARINIR hadir sebagai alternatif yang lebih interaktif dan inovatif. Penggunaan kuis berbasis kertas yang dipadukan dengan teknologi pemindaian jawaban memberikan pengalaman belajar yang lebih dinamis dan menarik bagi siswa. Hal ini tidak hanya meningkatkan antusiasme mereka dalam belajar, tetapi juga mendorong mereka untuk berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa metode BERKUDA MARINIR terbukti efektif dalam meningkatkan keterlibatan dan menumbuhkan rasa nasionalisme siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pendekatan inovatif yang memadukan teknologi, atribut kemerdekaan, dan reward telah berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, interaktif, dan bermakna, serta mendorong siswa untuk lebih aktif dan bersemangat dalam belajar.
Oleh karena itu, metode BERKUDA MARINIR sangat direkomendasikan untuk diadaptasi dan diterapkan oleh para guru dan pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan semangat inovasi dan kreativitas, diharapkan para pendidik dapat terus mengembangkan metode-metode pembelajaran yang tidak hanya efektif dalam meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga mampu menumbuhkan karakter dan nilai-nilai positif pada generasi muda, termasuk semangat belajar dan cinta tanah air.
Keberhasilan implementasi metode BERKUDA MARINIR juga bergantung pada kolaborasi antara guru, sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya. Pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru sangat penting untuk memastikan bahwa mereka dapat menggunakan metode ini secara efektif. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan masyarakat juga diperlukan untuk menyediakan sumber daya yang memadai dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi penerapan metode ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, I., Afrizal, A. F., & Wahyuni, N. I. (2023). Kepraktisan Penggunaan Aplikasi Quizizz Paper Mode Sebagai Media Dalam Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Pancasila Kelas V di SD Negeri Lemahireng 05. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(10), 3. https://jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id/index.php/MAJIM/article/view/1148
Azizah, B. Y., Hermawan, I., & Farida, N. A. (2023). Penggunaan Aplikasi Quizizz Paper Mode dalam Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Islam Tarbiyyatul Falah Karawang. SALIHA: Jurnal Pendidikan & Agama Islam, 6(2), 281–300. https://doi.org/10.54396/saliha.v6i2.782
Istianah, A., Maftuh, B., & Malihah, E. (2023). Konsep Sekolah Damai: Harmonisasi Profil Pelajar Pancasila Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Education and Development, 11(3), 333–342. https://doi.org/10.37081/ed.v11i3.5048
Nahak, H. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara. Sosiologi Nusantara, 5(1), 65–67. Yanuardianto, E. (2020). Pembelajaran Edutainment Dalam Penanaman Karakter Cinta Tanah Air Pada Anak Usia Dini di Sekolah Dasar. EDUCARE: Journal of Primary Education, 1(3), 221–242. https://doi.org/10.35719/educare.v1i3.11
Inovasi My Life Map sebagai Asesmen Awal Nonkognitif di Tahun Ajaran Baru Kurikulum Merdeka
Oleh: Syafaruddin Marpaung, S.Pd., M.Hum
Guru SMA Negeri 2 Kota Tanjungbalai
Pendahuluan
Teknologi yang berkembang pesat menuntut guru untuk selalu beradaptasi. Guru harus selalu menemukan cara-cara baru yang lebih efektif dalam menyampaikan materi kepada siswa. Inovasi dalam pembelajaran memungkinkan guru untuk menciptakan lingkungan belajar dinamis dan interaktif. Inovasi juga dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Selain itu, inovasi membantu guru menghadapi berbagai tantangan pendidikan, seperti kebosanan siswa dan ketidaksiapan dalam menerima materi di tahun ajaran baru. Dengan mengembangkan inovasi pengajaran yang kreatif dan relevan, guru tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan (Amalia, 2022). Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru untuk merancang inovasi pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa.
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya fleksibilitas dalam proses belajar mengajar. Guru dapat menyesuaikan pendekatan pengajaran dengan karakteristik dan minat siswa. Dengan pendekatan ini, guru dapat mengembangkan materi dan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi dan menarik. Kurikulum Merdeka tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis tetapi juga pada pengembangan keterampilan hidup dan karakter siswa (Aisyah et al., 2023). Kebebasan bereksperimen dengan berbagai inovasi pembelajaran dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan.
Tahun ajaran baru biasanya diawali dengan kegiatan perkenalan diri antara guru dan siswa. Beberapa guru sering meminta siswa untuk menuliskan atau menceritakan pengalaman mereka selama liburan. Ada juga yang langsung memberikan pretes materi kepada siswa. Pendekatan ini sering membuat siswa merasa bosan dan takut, terlebih-lebih jika mereka mengerjakan soal pretes. Mereka masih terbawa suasana liburan sekolah. Oleh karena itu, dibutuhkan kegiatan yang lebih inovatif untuk mengawali tahun ajaran baru.
Salah satu inovasi yang dapat diterapkan mengawali tahun ajaran baru di Kurikulum Merdeka adalah aktivitas My Life Map. Kegiatan ini sebagai strategi asesmen awal nonkognitif. My Life Map memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggambarkan perjalanan hidup mereka, mulai dari masa lalu hingga harapan dan impian di masa depan. Melalui aktivitas ini, guru dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang latar belakang, minat, dan aspirasi setiap siswa. Hal ini sangat berguna untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, My Life Map membantu siswa untuk merefleksikan diri dan menetapkan tujuan belajar. Siswa menjadi lebih termotivasi dan siap menghadapi tahun ajaran baru. Kegiatan ini juga dapat mengurangi kejutan bagi siswa yang masih terbawa suasana liburan. Adaptasi akan dirasakan siswa tanpa merasa terbebani oleh transisi dari liburan ke suasana belajar.
Pembahasan
Asesmen adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk mengevaluasi pencapaian belajar siswa. Dalam Kurikulum Merdeka, asesmen dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu asesmen awal, formatif, dan sumatif. Asesmen awal dilakukan di fase pengenalan pembelajaran untuk mengidentifikasi kemampuan awal, kebutuhan, dan potensi siswa (Elizasri & Ilyas, 2022; Nur Budiono & Hatip, 2023; Watu et al., 2024). Asesmen awal dibagi menjadi dua, yaitu asesmen awal kognitif dan nonkognitif. Asesmen awal kognitif menilai kemampuan akademis siswa, seperti pengetahuan dan keterampilan belajar, sementara asesmen awal nonkognitif menilai aspek-aspek lain seperti motivasi, minat, dan sikap. Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran untuk memantau kemajuan belajar siswa dan memberikan umpan balik yang berguna (Antika et al., 2023; Nurhasanah et al., 2023; Rahman & Ririen, 2023). Asesmen sumatif dilakukan di akhir periode pembelajaran untuk mengevaluasi pencapaian belajar siswa secara keseluruhan. Salah satu bentuk inovatif dari asesmen awal nonkognitif adalah My Life Map.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan My Life Map adalah memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bermakna bagi siswa di awal tahun ajaran. Dengan menggunakan My Life Map, guru dapat mengurangi kejutan siswa terhadap materi pembelajaran yang baru dengan cara yang lebih personal dan menarik. Kegiatan ini dirancang untuk membantu siswa mengekspresikan diri mereka secara kreatif, sehingga mereka dapat merasa lebih nyaman dan termotivasi. Selain itu, My Life Map menawarkan alternatif yang lebih menarik daripada kegiatan bercerita pengalaman liburan yang sudah sering dilakukan. Dengan membuat peta perjalanan hidup, siswa tidak hanya merenungkan masa lalu, tetapi juga menetapkan tujuan untuk masa depan. Hal ini membantu mereka mengembangkan kesadaran dan rasa percaya diri yang lebih kuat. Melalui kegiatan ini, guru dapat menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis dan interaktif.
My Life Map adalah sebuah kegiatan di mana siswa membuat peta perjalanan hidup mereka dari masa lalu hingga masa depan. Konsep ini memungkinkan siswa untuk mengekspresikan diri secara kreatif dan reflektif. Siswa juga menggambarkan dan menuliskan pengalaman, aspirasi, dan tujuan hidup. Pelaksanaan My Life Map di kelas dengan memberikan kertas HVS kosong kepada setiap siswa. Kemudian siswa menulis dan menggambar menggunakan alat tulis seperti pensil, spidol, dan crayon. Guru memberikan panduan tentang elemen-elemen yang dapat dimasukkan, seperti momen penting dalam hidup, pencapaian, dan impian masa depan. Siswa bebas menghias dan mewarnai sesuai dengan kreativitas masing-masing. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini sederhana namun efektif, termasuk kertas HVS, alat tulis, pewarna, dan berbagai dekorasi yang mendukung visualisasi ide-ide mereka.
Langkah-langkah pelaksanaan My Life Map diawali dengan pendahuluan dan inspirasi untuk memotivasi siswa. Pertama, guru menyampaikan kuitpan inspiratif yang relevan untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dalam merancang peta hidup mereka. Kutipan ini berfungsi untuk memberikan pandangan positif dan menggugah pemikiran mereka tentang masa depan. Salah satu contoh kutipan inspiratif adalah : “Kita tidak dapat mengubah dari mana kita berasal, siapa orang tua kita, tapi kita bisa mengubah kehidupan kita 5 atau 10 tahun ke depan. Bagaimana perjalanan hidup kita, itu terserah kita sendiri.” – Anonim.
Selanjutnya, guru dapat memutar video tentang perjalan hidup tokoh inspiratif seperti BJ Habibie. Pemutaran video yang diiringi lagu dapat membangkitkan semangat siswa. Lagu “I Believe I Can Fly” oleh R. Kelly dapat dipilih karena mengandung pesan yang kuat tentang perjuangan, aspirasi, dan keberhasilan. Video dan lagu ini dapat menginspirasi siswa untuk berani bermimpi dan berusaha keras mencapai tujuan mereka. Lagu “I Believe I Can Fly” juga memberikan sentuhan emosional yang mendalam, mendorong siswa untuk percaya pada kemampuan mereka dan meyakini bahwa mereka bisa meraih mimpi-mimpi.

Setelah itu, guru memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang dimasukkan dalam My Life Map. Siswa diajak untuk mencantumkan berbagai elemen penting, seperti momen berkesan, pencapaian, dan impian masa depan. Guru juga menyediakan contoh My Life Map untuk membantu siswa memulai dan memberikan gambaran apa isi dari My Life Map. Dengan panduan yang terstruktur, siswa lebih mudah mengerjakan tugas, dan termotivasi untuk mengekspresikan diri. Siswa secara kreatif dan reflektif membuat peta perjalanan hidup.
Siswa menggambar dan menuliskan kejadian-kejadian yang telah mereka jalani, dimulai dari lahir, masuk TK, SD, SMP, hingga SMA. Siswa juga merencanakan masa depan setelah tamat SMA, seperti masuk perguruan tinggi, atau bekerja. Ada juga yang menuliskan melamar menjadi polisi atau aparat negara lainnya. Rencana hidup hingga menikah, berkeluarga, memiliki anak, cucu, hingga akhir hayat juga dituliskan. Siswa juga dapat menuliskan rencana melakukan ibadah haji atau perjalanan suci sesuai agama mereka.

Selanjutnya, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan diri. Siswa dapat memilih warna, gambar, dan berbagai dekorasi untuk memperkaya peta mereka. My Life Map yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan personal. Kebebasan ini memungkinkan setiap siswa untuk menampilkan kreativitas mereka yang mencerminkan kepribadian, aspirasi, dan perjalanan hidup.
Karena saya guru bahasa Inggris, siswa menuliskan My Life Map dalam bahasa Inggris. Kejadian yang sudah lewat ditulis dalam bentuk Simple Past Tense, kejadian saat ini dalam bentuk Simple Present Tense, dan rencana di masa depan dalam bentuk Simple Future Tense. Secara tidak sadar, siswa juga belajar tentang bentuk waktu melalui kegitan My Life Map. Bagi yang sudah terbiasa, ini mengingatkan kembali penggunaan tenses, sementara bagi yang belum paham, ini menjadi kesempatan untuk mengerti penggunaan tenses dasar dalam bahasa Inggris.

Langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dan presentasi di kelas. Guru mengajak siswa untuk membahas hasil My Life Map mereka secara bersama-sama, memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk berbagi cerita dan pengalaman yang mereka tuangkan dalam peta. Selain itu, beberapa siswa diminta untuk mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas. Presentasi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum dan memperkuat rasa percaya diri mereka. Diskusi dan presentasi juga mendorong interaksi antar siswa, memperkaya pemahaman mereka tentang satu sama lain, dan menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif dan kolaboratif.
Langkah terakhir adalah melakukan refleksi dan evaluasi tentang proses dan hasil kegiatan My Life Map. Guru mengajak siswa untuk merenungkan apa yang telah mereka pelajari selama kegiatan ini, termasuk tantangan yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasinya. Selain itu, guru memberikan umpan balik konstruktif kepada setiap siswa, membantu mereka memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan. Refleksi ini tidak hanya membantu siswa menginternalisasi pembelajaran mereka, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi guru tentang efektivitas metode yang digunakan, sehingga dapat terus memperbaiki pendekatan pengajaran di masa depan.

Refleksi My Life Map tidak hanya membantu siswa menginternalisasi pembelajaran mereka, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi guru tentang efektivitas metode yang digunakan, Hal ini memungkinkan guru memperbaiki pendekatan pengajaran di masa depan. Hasil dari kegiatan My Life Map menunjukkan pengaruh positif terhadap semangat belajar siswa. Melalui kegiatan ini, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar karena mereka merasa lebih terhubung dengan materi yang diajarkan. Selain itu, My Life Map membantu meningkatkan kesadaran diri dan rasa percaya diri siswa. Mereka diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri secara bebas. Kegiatan ini juga membuka peluang bagi penemuan bakat siswa dalam menggambar, melukis, dan mendesain, yang mungkin sebelumnya tidak teridentifikasi. Dengan demikian, My Life Map tidak hanya berfungsi sebagai alat pembelajaran, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan potensi dan keterampilan siswa.
Tidak ada inovasi pembelajaran yang tidak memiliki tantangan dalam pelaksanaannya. Begitu juga dengan kegiatan My Life Map. Beberapa tantangan yang dihadapi adalah manajemen waktu dan perbedaan tingkat kemampuan siswa dalam menggambar dan mengekspresikan diri. Selain itu, keterbatasan alat dan bahan juga dapat menjadi kendala. Untuk mengatasi tantangan ini, solusi yang diterapkan meliputi perencanaan waktu yang lebih matang dengan membagi kegiatan menjadi beberapa sesi, serta memberikan panduan dan dukungan yang lebih intensif kepada siswa yang memerlukan. Guru mengajak siswa untuk berkolaborasi dalam kelompok, saling membantu dan meminjamkan alat tulis. Dengan cara ini, tantangan dalam pelaksanaan kegiatan dapat diatasi, dan tujuan My Life Map dapat tercapai dengan lebih efektif.
Penutup
Secara keseluruhan, kegiatan My Life Map telah terbukti memberikan banyak manfaat bagi siswa. Semangat belajar, kesadaran diri, dan rasa percaya diri siswa semakin meningkat. Kegiatan ini juga berhasil mengidentifikasi dan mengembangkan bakat siswa dalam bidang seni seperti menggambar, melukis, dan mendesain. Keberhasilan kegiatan ini menunjukkan bahwa pendekatan yang kreatif dan personal dalam pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Oleh karena itu, saya mengajak guru-guru lain untuk mencoba kegiatan My Life Map di kelas mereka. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan, kita dapat membantu mereka mencapai potensi dan menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., Arisanti, K., & Yaqin, F. A. (2023). Adaptasi dan Inovasi Madrasah Ibtidaiyah Dalam Menyambut Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(1), 386–393. https://doi.org/10.31949/educatio.v9i1.4583
Amalia, M. (2022). Inovasi pembelajaran kurikulum merdeka belajar Di Era Society 5.0 untuk Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Sosial Sains, Pendidikan, Humaniora (SENASSDRA), 1(1), 1–6.
Antika, W., Sasomo, B., & Rahmawati, A. D. (2023). Analisis Asesmen Diagnostik Pada Model Pembelajaran Project Based Learning di Kurikulum Merdeka SMPN 3 Sine. Pedagogy, 8(1), 253.
Elizasri, & Ilyas, A. (2022). Pelaksanaan Asesmen Diagnostik Non Kognitif dalam Kurikulum Merdeka di MIN 2 Kota Sawahlunto. Jurnal Pustaka Cendekia Pendidikan, 01(01), 44–49. http://pcpendidikan.org/index.php/jpcp/article/view/8
Nur Budiono, A., & Hatip, M. (2023). Asesmen Pembelajaran Pada Kurikulum Merdeka. Jurnal Axioma : Jurnal Matematika Dan Pembelajaran, 8(1), 109–123. https://doi.org/10.56013/axi.v8i1.2044
Nurhasanah, A., Acesta, A., & Simbolon, M. E. (2023). Analisis Kebutuhan Pengembangan Assesmen Diagnostik Non Kognitif Jenjang Sekolah Dasar. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 10(2), 46–54. https://journal.uniku.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/8851
Rahman, K., & Ririen, D. (2023). Implementasi Asesmen Diagnostik Non Kognitif dalam Kebijakan Sekolah. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(5), 1815–1823. https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.3954
Watu, M. F., Sayangan, Y. V., Lawe, Y. U., Ngurah, D., Laksana, L., Guru, P., & Dasar, S. (2024). Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti PENERAPAN ASESMEN DIAGNOSTIK NON KOGNITIF PADA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 11, 615–625.
Membangun Makna Belajar dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Oleh: Ahmad Hidayat, M.Pd
Guru SDN Tugu Selatan 03

Dewasa ini, pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sebuah kegiatan formal dalam menuntaskan wajib belajar belaka. Pendidikan telah bertransformasi menjadi suatu proses yang menyeluruh. Proses yang tidak hanya bertumpu pada tujuan belajar apalagi hanya sekadar lulus. Proses yang dimana murid mampu mengembangkan seluruh potensinya dengan gaya belajar yang mereka sukai. Proses yang menghantarkan murid menjadi seorang manusia yang menyatakan dengan penuh semangat bahwa belajar adalah hal yang paling mengasyikan, dan bapak ibu guruku adalah bapak ibu guru hebat yang pernah aku temui. Proses yang mendekatkan murid pada konsep pembelajaran abad 21, yaitu murid yang kreatif, inovatif, kolaboratif, komunikatif, berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah. Murid yang kelak dapat menebar manfaat di sekitarnya sekaligus mampu bersaing ditingkat global, dan tentunya murid yang memiliki semangat Profil Pelajar Pancasila. Proses Pendidikan telah memiliki makna luas, terus menjadi sorotan dan terus akan mendapatkan banyak tantangan ke depannya. Pertanyaannya adalah bagaimana pendidik menyikapi ini semua?
Perlu digaris bawahi bahwa dalam menjalankan tugasnya, seorang pendidik harus menyesuaikan dan memahami kodrat alam dan kodrat zaman murid. Ini sesuai dengan prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama (Ki Hadjar Dewantara yang dikutip oleh Tarigan, dkk: 2022). Menurut Hendri dalam Santika (2023), visi pedagogis Ki Hadjar Dewantara yang relevan dengan pendidikan kontemporer saat ini adalah bahwa setiap anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya, baik kodrat alam maupun kodrat zaman. Kodrat alam adalah karakteristik unik dan kecenderungan yang dimiliki anak dalam belajar dan berinteraksi. Berbeda dengan kodrat alam, kodrat zaman selalu maju menyesuaikan dengan kemajuan alam dan zaman (tijd en ruimte) seiring dengan olah budaya manusia.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diartikan bahwa bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, tugas kita sebagai pendidik menuntun pertumbuhan murid agar mampu mengembangkan secara optimal kekuatan kodrat dan potensi yang ada dalam diri sehingga tidak bergantung pada orang lain dan menjadi manusia yang merdeka, selamat dan bahagia. Dari kedua aspek tersebut (alam dan zaman) maka dapat dipahami bahwa dalam proses mengajar kita harus memandang murid sebagai suatu objek yang memiliki sifat, lingkungan, minat dan bakat yang berbeda-beda, namun mereka harus sama-sama dapat membangun diri untuk belajar dan memiliki keterampilan sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan pembelajaran harus disesuaikan dengan masing-masing ragam kebutuhan murid. Konteks inilah yang harus dikembangkan guru dalam proses pembelajaran. Konsep pembelajaran ini biasa disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang disusun berdasarkan profil belajar murid yang bertujuan untuk mengakomodasi semua kebutuhan murid agar murid dapat berpartisipasi penuh selama proses belajar. Renzuli (1977) mengatakan bahwa “Differentiation is an attempt to address the variation of learners in the classroom through multiple approaches that modify instruction and curriculum to match the individual needs of students” Pernyataan tersebut menegaskan dengan jelas bahawa tujuan diferensiasi adalah mewujudkan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Menurut Fatimah dan Rezekim Muamar (2023) bahwa ada 3 (tiga) elemen penting dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu konten (tentang apa yang dipelajari), proses (tentang cara mendapatkan informasi) dan produk (tentang cara mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari). Ketiga elemen tersebut dapat dilakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan asesmen yang dilakukan sesuai dengan tingkat kesiapan murid, ketertarikan dan learning profil. Sementara itu, Renzuli dalam Sally M. Reis & Joseph S. Renzulli (2018) memberi pernyataan yang lebih detail lagi yakni menjadi 5 (lima) dimensi diferensiasi, yakni content, instruktional startegies (Strategi Pembelajaran/Instruksi), the calssroom (lingkungan belajar), product, dan the teacher (guru/fasilitator).
Mengapa pembelajaran berdiferensiasi ini begitu penting untuk diaplikasikan di kelas? Pertanyaan tersebut akan penulis arahkan kepada hasil atau tujuan dari pendidikan. Mau seperti apa generasi masa depan Indonesia di masa mendatang? Di masa depan kita butuh generasi yang memiliki kompetensi bertaraf global, yaitu generasi yang memiliki cara berpikir memecahkan masalah dengan wawasan dan pengalamannya, generasi yang memiliki keterampilan untuk hidup dan menghidupkan peradaban, generasi yang mampu bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, dan mampu berkarya dengan segenap kemampuan yang telah dipertajam pada masa pendidikannya. Generasi seperti itu hanya akan terbentuk jika kita memahami dan memenuhi kebutuhan belajar mereka, minat dan bakat mereka, lingkungan belajar mereka, pemahaman konsep akan konteks materi terkini dan tentunya rasa percaya diri yang tinggi. Jadi, seberapa penting pembelajaran berdiferensiasi dilakukan? Jawabannya adalah sangat penting. Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membangun makna belajar dengan pembelajaran berdiferensiasi?
- Memetakan kompetensi dan kebutuhan murid.
Langkah pertama dalam menunaikan pembelajaran berdiferensiasi yang baik adalah memetakan kompetensi dan kebutuhan murid. Kompetensi dan kebutuhan yang seperti apa? Misal seperti mengetahui kesiapan belajar murid, yang meliputi pemahaman awal murid (pengetahuan pra syarat), mengetahui profil belajar murid (gaya belajar, minat dan bakat), keterampilan yang dikuasai atau diminati serta mengetahui ketertarikan murid akan suatu materi tertentu. Langkah ini sangat penting untuk menyesuaikan pembelajaran agar murid berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran.
Cara untuk memetakan kompetensi dan kebutuhan murid adalah dengan melakukan asesmen awal. Pada proses ini, asesmen dilakukan di awal semester ataupun di awal pembelajaran (memasuki topik baru) untuk mengetahui kemampuan awal, kebutuhan belajar dan kemampuan umum murid. Asesmen harus dirancang secara adil, proporsional, valid dan reliabel (dapat dipercaya). Secara umum ada 3 teknik dalam melakukan asesmen awal. Yakni dengan teknik observasi, performa dan tertulis.
Misal dengan teknik observasi kita dapat melakukan pengamatan secara langsung dan tidak langsung. Seperti mewawancarai siswa, berkomunikasi dengan orang tua dan dengan guru mata Pelajaran atau walikelas sebelumnya. Teknik performa, pada asesmen awal kita dapat melihat portofolio murid seperti project yang pernah dikerjakan ataupun karya-karya lain yang dapat menjadi data akurat. Dan terakhir adalah Teknik tertulis, kita dapat melakukan survey dengan menggunakan angket atau tes tertulis untuk mengetahui informasi yang kita butuhkan.
2. Memfasilitasi kebutuhan murid untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Langkah kedua adalah memfasilitasi kebutuhan murid untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Pada proses ini kita dapat memodifikasi proses, konten dan produk akhir dalam proses pembelajaran. Bagaimana cara memfasilitasinya? Dasar pemikiran dalam proses memfasilitasi harus bersumber pada data kebutuhan murid. Sarana dan sumber belajar harus berpihak dan mengakomodasi kebutuhan murid. Proses ini juga akan membawa kita untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam merancang proses pembelajaran dalam satu kali pertemuan di kelas. Seperti yang kita pahami bersama bahwa pembelajaran di kelas perlu dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian murid.
3. Melakukan manajamen kelas.
Langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah melakukan manajemen kelas. Langkah ini dilakukan agar suasana kelas dan suasana belajar dapat berjalan dengan nyaman dan teratur. Suasana kelas yang seperti itu harus kita upayakan dan harus kita wujudkan agar murid memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Beberapa ragam strategi manajemen kelas yang dapat kita lakukan adalah:
- penentuan tata letak kelas
- pengelompokan kelas
- membuat kesepakatan dan keyakinan kelas
- meningkatkan hubungan positif antara guru dan murid
- melibatkan murid dalam segala aspek pembelajaran.
4. Merancang konsep pembelajaran secara utuh.
Langkah selanjutnya adalah merancang konsep pembelajaran secara utuh. Dalam hal ini bapak ibu guru harus membuat modul ajar yang telah didesain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan unsur eksternal yang sesuai seperti asesmen awal, model pembelajaran, metode yang digunakan untuk memfasilitasi keberagaman murid, media dan aplikasi sebagai media pembantu, LKPD, serta unsur lain seperti penilaian formatif dan sumatif, penggunaan teknologi dalam proses belajar, serta alokasi waktu. Hal ini penting agar setiap alur pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif.

5. Mefasilitasi proses pembelajaran dengan penuh semangat dan percaya diri.
Langkah terakhir adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan penuh semangat dan percaya diri. Ini adalah proses kunci. Apabila bapak ibu sudah menyiapkan semuanya dengan matang maka percayalah bapak ibu telah meminimalisir kesulitan dalam mengajar di kelas. Lakukan semuanya dengan penuh semangat dan percaya diri, karena energi bapak ibu dalam mengajar akan memberikan kekuatan bagi murid dalam memaknai proses belajar. Sehingga kelas dapat menjadi rumah belajar yang nyaman dan penuh dengan dukungan dari segala arah, serta belajar menjadi proses yang seru, menantang, bermakna dan menyenangkan.
Daftar Pustaka:
Fatimah dan M Rezeki Muamar. (2023). Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Peserta Didik. Penerbit Deepublish: Yogyakarta
Iffa Dian Santika dan Binti Khoiriyah. (2023). Pembelajaran Berdiferensiasi dan Relevansi Visi Pedagogis Ki Hajar Dewantara dalam Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal Pendidikan dan Konseling Volume 5 Nomor 1
Modul Diferensiasi dalam Pembelajaran. Platform Merdeka Mengajar: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Modul Prinsip dan Fungsi Asesmen. Platform Merdeka Mengajar: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Renzulli, J. S. (1997, July). Five dimensions of differentiation. Keynote presentation at the 20th Annual Confratute Conference, Storrs, CT.
Renzulli, J.S. (1977). The enrichment triad model. Mansfield Center, CT: Creative Learning Press.
Sally M. Reis & Joseph S. Renzulli. (2018). The Five Dimensions of Differentiation. International Journal for Talent Development and Creativity – 6(1).
Tarigan, Mardinal; dkk. (2022). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Perkembangan Pendidikan di Indonesia. UIN Sumatera Utara: Jurnal pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol. 3– No. 1.
Numerasi Menyenangkan, Peserta Didik Kian Cekatan
Oleh: Lina Puspitaning Rahayu, S.Pd.
Guru SD Negeri Gembongan, Kulon Progo
Numerasi menjadi salah satu kemampuan dasar yang perlu dimiliki setiap individu. Apa itu numerasi? Numerasi adalah kemampuan berpikir untuk menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dalam berbagai jenis konteks yang relevan dengan individu (Perdirjen GTK Kemendikbudristek No. 0340/B/HK.01.03/2022). Dalam numerasi, peserta didik belajar bahwa dengan penalaran dan asumsi yang tepat, mereka dapat memecahkan masalah sehari-hari.
Kehidupan manusia tidak lepas dari numerasi. Proses jual-beli misalnya. Hampir semua individu melakukan proses jual-beli dan proses jual-beli ini tentu membutuhkan keterampilan numerasi. Masih banyak contoh lain yang membutuhkan keterampilan numerasi. Oleh karena itu, belajar numerasi merupakan suatu hal yang penting bagi seorang individu.
Numerasi dapat meningkatkan keterampilan seseorang dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Lindquist et al., 2019), (OECD, 2017). Tidak hanya itu, individu yang memiliki keterampilan numerasi akan memiliki peluang dan pilihan yang lebih besar dalam membentuk masa depannya (NCTM, 2000). Hal ini disebabkan seseorang yang terampil dalam numerasi akan memiliki banyak peluang untuk memilih pekerjaan dan aktivitas yang berhubungan dengan numerasi. Demikianlah penjabaran pentingnya numerasi bagi individu dalam kehidupan sehari-harinya.
Namun, sering kali pendidik di kelas menjumpai kalimat-kalimat, “pelajaran yang paling tidak saya suka adalah berhitung,” atau “nilai matematika saya selalu buruk”. Kalimat tersebut adalah beberapa pernyataan paling sering diungkapkan oleh peserta didik sekolah dasar; yang menunjukkan kecemasan dan ketidaksukaan mereka terhadap numerasi. Munculnya kekhawatiran atas rendahnya skor akademis dan konsekuensi yang akan diperoleh pada gilirannya dapat membentuk rasa takut yang berlebihan. Hal ini akan menghadirkan kecemasan peserta didik terhadap numerasi. Kecemasan semacam inilah yang sulit diatasi karena tidak selalu tampak, kecuali digali dengan pendekatan interpersonal.
Selain itu, hasil survei PISA 2018 (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas) menempatkan Indonesia di urutan ke-74 alias peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca peserta didik Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan numerasi mendapat 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71. Hasil PISA ini menunjukkan bahwa kemampuan numerasi peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah.
Menengok hal tersebut, diperlukan upaya dari para pendidik untuk menciptakan pembelajaran numerasi yang bermakna dan menyenangkan. Lalu, bagaimana upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan numerasi peserta didiknya?
Hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah mengetahui kemampuan awal numerasi setiap peserta didik. Bagaimana caranya? Asesmen awal numerasi adalah jawabannya.
Peserta didik itu unik
Seperti yang kita tahu, setiap peserta didik itu unik. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya. Pendidik harus mengetahui karakteristik perkembangan setiap peserta didiknya. Hal ini diperlukan karena proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan setiap peserta didik.
Berdasarkan alasan tersebut, asesmen awal numerasi diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal numerasi dari setiap peserta didik. Asesmen awal numerasi menjadi bekal awal bagi pendidik untuk memetakan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Tujuannya agar pendidik dapat merancang pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu, asesmen awal numerasi juga diperlukan agar pendidik dapat memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
Asesmen numerasi perlu dilakukan oleh pendidik pada awal pembelajaran. Pelaksanaan asesmen awal numerasi harus disesuaikan dengan kondisi psikologis peserta didik, terutama peserta didik di kelas 1 SD yang notabene baru saja memasuki dunia sekolah dasar. Dalam melaksanakan asesmen numerasi, pendidik harus memastikan peserta didik dalam kondisi yang aman dan nyaman. Tujuannya agar peserta didik tidak merasa takut dan panik saat melaksanakan asesmen. Asesmen awal untuk peserta didik kelas 1 SD perlu dilakukan tetapi bukan dalam bentuk tes, tetapi bisa dengan observasi, unjuk kerja, atau bentuk lain agar peserta didik merasa nyaman dan tidak stress. Guru SD kelas awal perlu mempelajari Transisi PAUD-SD yang menyenangkan.
Ide-Ide Pembelajaran Numerasi
Setelah kegiatan asesmen awal numerasi selesai dilaksanakan kepada semua peserta didik, pendidik akan mendapatkan informasi mengenai kemampuan numerasi awal peserta didik. Berdasarkan hasil asesmen, pendidik akan membuat rencana tindak lanjut. Selanjutnya, pendidik merancang strategi pembelajaran untuk memaksimalkan setiap kemampuan peserta didik.
Pembelajaran numerasi dapat dikemas menjadi pembelajaran yang asyik berbantuan dengan telepon pintar maupun komputer atau bisa kita sebut dengan media digital. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara, pendidik perlu mendidik setiap peserta didiknya sesuai dengan tuntutan zaman. Pembelajaran di kelas harus disesuaikan dengan zaman serba digital. Media digital dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Pendidik perlu merencanakan dan memilih permainan yang sesuai untuk peserta didik agar tidak sekadar bermain, namun juga berinteraksi dan berdiskusi dengan rekan sebayanya untuk meningkatkan kemampuan numerasi.
Ada banyak ide yang dapat digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran numerasi. Salah satu ide pembelajaran numerasi berbantuan telepon pintar yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik dalam melakukan pembelajaran numerasi adalah aplikasi Math City Map (MCM). Math City Map merupakan satu aplikasi berbasis GPS yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan realistis di lingkungan sekitar peserta didik. Melalui aplikasi Math City Map ini, pendidik dapat membuat permasalahan berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik. Pendidik dapat menciptakan trail (jejak atau peta) kemudian menuliskan soal numerasi yang berkaitan dengan peta yang telah dibuat tadi.
Melalui aplikasi Math City Map, peserta didik akan diminta untuk mencari beberapa titik lokasi yang telah tertera pada aplikasi. Peserta didik akan berhenti di satu titik lokasi dan mendapatkan tantangan (soal). Soal ini berkaitan dengan lingkungan dan beragam benda yang ada di sekitar peserta didik. Pada tantangan ini hanya tersedia beberapa petunjuk (hints). Tantangan yang disediakan memiliki jawaban terbuka sehingga peserta didik dapat bereksplorasi dengan berbagai cara untuk menemukan solusi. Setelah menjawab tantangan, peserta didik akan memperoleh skor sesuai dengan ketepatan jawaban. Peserta didik dapat saling berdiskusi untuk menemukan jawaban yang tepat.
Praktik Baik MCM
Pembelajaran dengan Math City Map merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menguatkan kemampuan numerasi peserta didik. Berikut langkah-langkah pembelajaran dengan Math City Map dilakukan.

Pertama, setiap kelompok diminta untuk mengunduh aplikasi Math City Map melalui Playstore atau iOS.
Kedua, setelah aplikasi terunduh, peserta didik dapat menambahkan trail dengan memasukkan kode yang diberikan oleh pendidik. Ketiga, peserta didik dapat melihat tampilan trail yang akan dilakukan yaitu trail SD Negeri Gembongan. Peserta didik dapat melanjutkan dengan meng-klik tombol “Lanjutkan Trail”. Keempat, peserta didik dapat bereksplorasi ke setiap titik tujuan dan mengerjakan tantangan yang telah disediakan. Peserta didik berdiskusi dengan setiap anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tantangan yang ada.
Pada gambar 2 di bawah tersaji pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Misalnya, “apabila pinggiran jendela kelas 2 akan dihias dengan menggunakan pita, berapakah perkiraan panjang pita yang dibutuhkan?”. Peserta didik dapat memanfaatkan panjang lebar setiap ubin yang ada di bawah jendela ataupun peserta didik dapat menggunakan tali yang sebelumnya sudah disiapkan sebagai alat bantu untuk menghitung. Soal-soal tersebut merupakan soal terbuka yang memiliki rentang jawaban sehingga peserta didik dapat bereksplorasi dengan menggunakan beragam cara.
Peserta didik yang telah berdiskusi dapat menuliskan jawaban pada aplikasi Math City Map. Setelah menuliskan jawaban, peserta didik dapat mengetahui skor yang diperoleh. Peserta didik tampak senang dalam mengikuti pembelajaran numerasi dengan menggunakan aplikasi Math City Map ini. Setiap kelompok terlihat serius dalam berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar.

Dengan berdiskusi dan berkelompok, peserta didik tampak yakin dalam menyelesaikan setiap tantangan. Dengan berbagai alat bantu seperti tali dan penggaris, peserta didik dapat memanipulasi berbagai alat bantu sehingga peserta didik tampak memiliki keyakinan yang lebih tinggi. Peserta didik juga jauh lebih senang dan antusias dalam pembelajaran numerasi dengan menggunakan Math City Map. Peserta didik dapat belajar di luar kelas dan juga dapat mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Peserta didik tampak bekerja sama dan melakukan komunikasi yang positif dengan sesama rekan kelompoknya. Selain itu, peserta didik juga terlatih untuk berpikir kritis dan berinovasi dalam memecahkan masalah yang disajikan.
Numerasi merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan setiap peserta didik menghadapi tantangan abad 21. Kemampuan numerasi dibutuhkan untuk memecahkan kehidupan sehari-hari. Kemampuan numerasi dapat diasah melalui pembelajaran yang menyenangkan berbantuan dengan media digital pada telepon pintar. Math City Map merupakan salah satu ide pembelajaran numerasi yang menyenangkan dan dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif setiap peserta didik.
Dengan adanya ide-ide brilian dari para pendidik, niscaya kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin berkualitas. Pendidik yang berkualitas akan menciptakan peserta didik yang berkualitas. Ide-ide kecil para pendidik merupakan lentera-lentera kecil yang akan menerangi generasi Indonesia menjadi generasi berkualitas.
REFERENSI
Lindquist, M., Philpot, R., Mullis, I. V. S., & Cotter, K. E. (2019). TIMSS 2019 Mathematics Framework Mary. In I. V. S. Mullis & M. O. Martin (Ed.), Timss 2019 Assessment Frameworks. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States of America: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
OECD. (2017). PISA 2015 Assessment and Analytical Framework: Science, Reading, Mathematic, Financial Literacy and Collaborative Problem Solving. Paris: OECD Publishing. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1787/9789264281820-en